• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

Dalam dokumen skripsi - IAIN Repository (Halaman 49-52)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

D. Teknik Analisis Data

33

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.47

Metode ini dilakukan untuk mengumpukan data-data yang ada di Baitul Tamwil Muhammadiyah tentang sejarah berdirinya BTM Sakinatul Ummah, Struktur Organisasi BTM Sakinatul Ummah dan data anggota yang melakukan pembiayaan mudharabah.

34

Ummah. Kemudian data-data terkait sumber data tersebut akan peneliti uraikan kemudian disajikan.

2. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.

Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

Penyajian data dalam penelitian ini terletak dalam pembahasan.

Data-data yang di munculkan maka akan disajikan dalam bentuk analisis di pembahasan.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan apabila keseluruhan data sudah disajikan dalam pembahasan, maka akan di tarik kesimpulan berdasarkan data-data yang sudah di bahas tentang pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah dalam perspektif Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000.

35

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif, dengan teknik induktif, yaitu berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian dianalisis dan akhirya ditemukan pemecahan persoalan yang bersifat umum.49

Cara berfikir ini, peneliti gunakan untuk menguraikan tentang pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Desa Braja Harjosari Kec. Braja Selebah Kab. Lampung Timur, kemudian ditarik kesimpulan secara umum.

Penarikan kesimpulan secara umum dalam penelitian ini yaitu menentukan pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Desa Braja Harjosari Kec. Braja Selebah Kab. Lampung Timur, apakah sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI No. 07/DSN- MUI/IV/2000.

49 Moh. Kasiram, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), Cet-2, h. 193

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

1. Sejarah dan Perkembangan BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM) sakinatul Ummah adalah unit usaha yang bergerak dalam bidang simpan pinjam syariah yang mempunyai 2 (dua) kegiatan yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyakurkan kembali dana kepada masyarakat. Dalam kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat, BTM Sakinatul Ummah beroperasi dengan bersifat bisnis yang berlandaskan syariah agama Islam.

BTM Sakinatul Ummah berkedudukan di Desa Braja Harjosari, tepatnya di Jl. Hos Cokro Aminoto Kecamatan Braja Selebah Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. BMT Sakinatul Ummah didirikan pada tahun 1998. Rapat pembentukan BMT. Sakinatul Ummah diselenggarakan di Desa Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah Kabupaten Lampung Timur, diadakan pada hari jum’at tanggal 24 Juli 1998 pada pukul 17.00 s.d 24.00 WIB, bertempat di gedung SMU 3 Muhammadiyah dan dihadiri sebanyak 50 orang yang sebagian besar menyatakan siap dan sanggup mengambil saham serta menjadi anggota. Dalam rapat tersebut diputuskan menetapkan nama yaitu Koperasi Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Sakinatul

37

Ummah, yang beralamatkan di Desa Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah Kabupaten Lampung Timur. Setelah menentukan nama kemudian mengesahkan Anggaran Dasar Koperasi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Sakinatul Ummah dan mengesahkan dewan pengawas dan dewan pengurus.50

Pada tahun 2014 BMT. Sakinatul Ummah melakukan Pembaharuan Badan Hukum dikarenakan badan hukum yang lama telah kadaluarsa serta menambahkan dan merubah nama pada BMT menjadi BTM. Sakinatul Ummah Lampung dengan No Badan Hukum: 30/BH/X.7/XII/2014.51

Seiring perkembangannya BTM Sakinatul Ummah telah mempunyai 2 kantor, yaitu kantor pusat yang berada di Jl. Hos Cokro Aminoto dan kantor kas yang berada di area pasar Braja Harjosari, tepatnya di Jl. Raya Braja Harjosari.

Moto BTM. Sakinatul Ummah dalam menjalankan usahanya adalah

“Menjalin Kemitraan, Menuai Keberkahan”, dengan visi “Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Syariah Yang Terkemuka Dan Terpercaya”. Adapun misi dari BTM. Sakinatul Ummah adalah:

a. Menjadi lembaga keuangan yang terpercaya dengan pelayanan yang prima.

b. Menjadi lembaga yang memberi kemanfaatan bagi mitra.

50 Dokumentasi sejarah BTM Sakinatul Ummah, Desa Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

51 Ibid.,

38

c. Menjadi lembaga yang mampu mensejahterakan kehidupan karyawan, anggota dan mitra dari segi ekonomi.

2. Struktur Organisasi BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

Susunan Organisasi BTM. Sakinatul Ummah masa bakti 2014 -2019 sebagai berikut:

a. Dewan Pengawas Syari`ah Ketua : Drs. Budi Hermanto Anggota I : Suradi, S.pd

Anggota II : Rismawan b. Dewan Pengawas

Ketua : Hi. Fatihul Qomar Anggota I : Misbani

Anggota II : Abu Nurwanto c. Dewan Pengurus

Ketua : Aries Zulfikar, ST Sekretaris : Eko Setiawan, ST Bendahara : Sasmara

Sampai dengan saat ini BTM. Sakinatul Ummah Lampung memiliki 18 karyawan pengelola dengan komposisi sebagai berikut:

a. Manager Pusat : Aries Zulfikar, ST b. Ka. Bag. Marketing : Eko Setiawan, Amd

39 c. Ka. Bag. Operasional : Sasmara d. Adm. Pembiayaan : Nurmaidah

e. Wawancaraor : Yogi Gunawan Affandi, Amd f. Ka. Kantor Kas : Rani Riana

g. Telller : Mesikem, Amd h. Teller Kantor Kas : Dina Nur Asifka i. Teller : Anisa Cintya A. A j. Pembukuan : Desi Permatasari k. Ka. Remedial : Rahmat Fauzi l. Marketing Funding : Mahfud Hasan m. Marketing Funding : Eka Purwaningsih n. Marketing Funding : Eni Susilowati o. Customer Service : Yuni Prabawati p. Customer Service : Windi Wijayanti q. Pembukuan : Susi Susanti

r. Marketing Funding : Khumaidatul Rumaiyah s. Marketing Funding : Heni Tiawan

t. Remedial : Awalul Hasani

3. Produk-produk BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

Dalam perjalanan bisnisnya BTM. Sakinatul Ummah selalu melakukan inovasi dari waktu ke waktu baik produk maupun pelayanan

40

mengikuti kebijakan dan perkembangan serta kondisi ekonomi khususnya kondisi masyarakat sekitar. Produk–produk BTM. Sakinatul Ummah adalah sebagai berikut :

a. Simpanan:

1) Simpanan Mudharabah 2) Simpanan Qurban

3) Simpanan Haji dan Umrah 4) Simpanan Pendidikan

5) Simpanan Berjangka Mudharabah 6) Simpanan Tamasya

b. Pinjaman /Pembiayaan 1) Murabahah

2) Mudharabah 3) Musyarakah 4) Qodrul Hasan

B. Pelaksanaan Bagi Hasil Produk Pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

Pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, aspek awal yang harus diperhatikan ketika seorang anggota hendak mengajukan permohonan pembiyaan Mudharabah adalah melihat dahulu jenis usahanya. Jika usaha seperti perdagangan menurut pihak BTM dapat di akadkan dengan Mudharabah, maka pembiayaan tersebut akan diakadkan dengan Mudharabah

41

dengan imbal bagi hasil yang disepakati. Tetapi jika setelah dilakukan wawancara menurut pihak BTM tidak bisa menggunakan akad Mudharabah, maka otomatis diganti dengan akad yang lain yang sesuai, karena pihak BTM tidak memaksakan suatu pembiayaan menggunakan akad Mudharabah.52

Jenis usaha yang dibiayai dalam pembiayaan Mudharabah yang diterapkan oleh BTM Sakinatul Ummah yaitu usaha yang sudah berjalan, bukan sebuah usaha yang baru akan di mulai. Menurut Pak Aris selaku Manajer BTM Sakinatul Ummah, membiayai suatu usaha yang baru akan dimulai memiliki resiko yang tinggi.

Jenis usaha yang dibiayai adalah usaha yang sudah berjalan kira-kira 2 tahun, maka bisa diketahui bahwa usaha tersebut akan berkembang atau tidak untuk kedepannya. Membiayai sebuah usaha yang sudah berjalan resikonya lebih sedikit dan masih bisa untuk di minialisir dari pada usaha yang baru akan dimulai. Jadi alokasi dana dalam pembiayaan Mudharabah yang diterapkan oleh BTM Sakinatul Ummah yaitu untuk penambahan modal bukan sebagai modal utama.53

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada angggota pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Lampung, mereka menyebutkan bahwa alokasi dana pembiayaan Mudharabah mereka gunakan

52 Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 17 Juli 2018

53 Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 18 Juli 2018

42

untuk tambahan modal usaha yang mereka jalankan bukan sebagai modal utama untuk memulai sebuah usaha54.

Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah, alokasi dana pembiayaan Mudharabah digunakan sebagai tambahan modal, karena dalam kegiatan operasionalnya anggota kekurangan modal sehingga anggota mengajukan pembiayaan untuk tambahan modal usaha.55

Menurut keterangan dari salah satu anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, beliau mengatakan bahwa ketika usahanya mengalami kekurangan modal, anggota mengajukan permohonan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah karena prosesnya yang mudah dan dana dari pembiayaan tersebut cepat di berikan sehingga dapat digunakan untuk tambahan modal dan usaha yang dijalankan oleh anggota tetap berjalan56.

Berdasarkan data penjelasan dari beberapa pihak tersebut dapat ditegaskan kembali bahwa dalam BTM Sakinatul Ummah pembiayaan Mudharabah diberikan kepada anggota yang usahanya sudah berjalan. Modal dari pembiayaan tersebut digunakan oleh anggota untuk tambahan modal usaha karena dalam kegiatan operasionalnya mereka mengalami kekurangan modal.

54 Wawancara dengan Bapak Bambang selaku anggota yang melakukan Pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 19 Juli 2018

55 Wawancara dengan Ibu Listiana selaku anggota yang melakukan Pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 19 Juli 2018

56 Wawancara dengan Bapak Sukiman selaku anggota yang melakukan Pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 20 Juli 2018

43

Syarat dan prosedur yang diterapkan oleh BTM Sakinatul Ummah untuk anggotanya yang mengajukan permohonan pembiayaan Mudharabah yaitu:

1. Mengajukan pembiayaan ke BTM Sakinatul Ummah

2. Melengkapi syarat-syarat, seperti Fotokopi KTP Suami dan Istri, Fotokopi KK, dan Fotokopi Jaminan.

3. Survey ke Lokasi untuk mendapatkan informasi atau penilaian kelayakan pembiayaan yang dilakukan oleh BTM yang didasarkan pada prinsi 6C, meliputi Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Econmy, dan Constrain. Pemberian pembiayaan Mudharabah yang sesuai dengan kenyataan di lapangan diharapkan dapat meminimalisir risiko kerugian yang mungkin dihadapi BTM.

4. Setelah dilakukan wawancara untuk mengetahui keadaan calon anggota pembiayaan Mudharabah, kemudian diadakan rapat komite pembiayaan untuk pengambilan keputusan apakah usaha tersebut layak untuk dibiayai atau tidak. Biasanya besaran pengajuan pembiayaan tidak 100% diberikan. Misalnya, seorang anggota mengajukan pembiayaan sebesar Rp 10.000.000,-, karena dinilai oleh BTM Sakinatul Ummah bahwa kemampuannya hanya Rp 5.000.000,-, maka hanya diberikan pembiayaan sebesar Rp 5.000.000,-. Dalam memberika keputusan layak atau tidak layak seorang anggota mendapatkan pembiayaan Mudharabah, aspek-aspek yang dipertimbangkan oleh BTM antara lain, usaha yang dilakukan oleh

44

calon anggota, karakter dari masing-masing calon anggota, kemampuan bayar dan jaminan. Permohonan pembiayaan ditolak apabila dianggap tidak layak karena faktor-faktor tertentu atau tidak memenuhi persyaratan tertentu. Permohonan pembiayaan dapat diterima jika persyaratan telah dilengkapi dan dianggap layak untuk disetujui.

Permohonan juga dapat diterima dengan beberapa perubahan dari permohonan yang diajukan calon anggota pembiayaan Mudharabah57. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa dalam pengambilan keputusan suatu usaha yang dijalankan oleh anggota layak atau tidak diberi pembiayaan, hal ini dilakukan melalui rapat komite. Besaran pembiayaan Mudharabah yang diajukan oleh anggota biasanya tidak 100%

diberikan. Besarnya pembiayaan diberikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anggota. Aspek utama yang dipertimbangkan oleh BTM Sakinatul Ummah dalam memberikan pembiayaan Mudharabah yaitu karakter anggota.

Jumlah anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah yaitu 30 orang dengan besar kecilnya jumlah pembiayaan bervariasi sesuai dengan kenutuhan dan permintaan yang diajukan oleh anggota. Pembiayaan terkecil di BTM Sakinatul Ummah sebesar Rp 1.000.000,- sedangkan untuk pembiayaan dalam jumlah besar dapat mencapai hingga RP 50.000.000,- dengan menganalisis terlebih dahulu usaha yang

57 Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 17 Juli 2018

45

sedang dijalankan oleh anggota pembiayaan tersebut untuk menghindari terjadinya resiko pembiayaan.58

Metode bagi hasil yang ditetapkan di BTM Sakinatul Ummah yaitu revenue sharing. Dihitung total pendapatan kotornya, kemudian di bagi antara BTM dengan anggota sesuai dengan nisbah bagi hasil yang disepakati. Dalam pelaksanaannya, bagi hasil pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah didasarkan pada asumsi pendapatan pada awal akad bukan berdasarkan keuntungan pada bulan berjalan yang di dapat oleh anggota. Hal ini karena pada umumnya masyarakat belum paham dengan sistem bagi hasil pembiayaan Mudharabah.

Alasan lain yaitu pihak BTM masih ragu dengan kejujuran anggota dan tidak semua anggota bisa berlaku jujur serta dapat dipercaya dalam dalam melaporkan setiap keuntungan yang diperoleh anggota, sehingga ditetapkan jumlah nisbah bagi hasil yang sama setiap bulan dengan melihat berdasarkan asumsi keuntungan yang diperoleh anggota dari usahanya.59 Adapun contoh perhitungan bagi hasil yang diterapkan BTM Sakinatul Ummah yaitu sebagai berikut:

58 Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 17 Juli 2018

59 Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 17 Juli 2018

46 Tabel 4.1: Perhitungan Bagi Hasil60 N

o Saldo pembiayan

Asumsi pendapatn

perbulan

Porsi Bagi Hasil Perincian Angsuran

Jumlah Angsuran

40% 60% Modal Hasil

1 25.000.000 5.000.000 2.000.000 3.000.000 2.500.000 3.000.000 5.500.000 Data olahan: hasil wawancara dengan Bapak Aries Zulfikar,ST selaku Manajer BTM Sakinatul Ummah.

Asumsi pendapatan pada tabel bagi hasil tersebut didapat berdasarkan analisi dan survey yang di lakukan pihak BTM tehadap usaha yang dijalankan oleh anggota dengan menggunakan analisis pembiayaan menggunakan prinsip 5c.

Asumsi pendapatan tidak sepenuhnya didapat dari modal usaha yang diperoleh dari pembiayaan Mudharabah tetapi juga didapat dari hasil usaha yang sudah berjalan sebelumnya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah, beliau mengatakan bahwa penentuan nisbah bagi hasil memang dilakukan dengan cara tawar menawar, tetapi ketika anggota menawarkan nisbah yang lebih besar, atau anggota menawar nisbah 50%, maka pihak BTM tidak memberikan pembiayaan Mudharabah tersebut61.

Pada dasarnya walaupun pihak BTM Sakinatul Ummah melakukan akad negosisai atau tawar menawar dengan anggota dalam menetapkan nisbah,

60 Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 18 Juli 2018

61 Wawancara dengan Bapak Tugiban selaku anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 20 Juli 2018

47

sebenarnya besaran nisbah bagi hasil tetap diputuskan atau ditetapkan sepihak oleh pihak BTM Sakinatul Ummah.62

Pembagian bagi hasil pembiayaan Mudharabah yang dijalankan oleh BTM Sakinatul Ummah didasarkan pada asumsi pendapatan yang diperoleh oleh Mudharib, bukan didasarkan pada keuntungan yang didapat oleh Mudharib pada bulan berjalan, sehingga hal ini menyebabkan bagi hasil yang diterima oleh anggota dan BTM setiap bulannya tetap.63

Berdasarkan wawancara dengan anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, bagi hasil yang dijalankan oleh BTM Sakinatul Ummah perhitungannya berdasarkan 2,5% dari modal. Misalnya modal pembiayaan yang diterima oleh anggota Rp 25.000.000,- maka bagi hasilnya adalah 2,5% dari Rp 25.000.000,- yaitu Rp 625.000,- dan bagi hasil tersebut setiap bulannya tetap.64 Adapun perhitungan bagi hasil pembiayaan Mudharabah berdasarkan keterangan dari anggota yaitu sebagai berikut:

62 Wawancara dengan Bapak Siswandi selaku anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 20 Juli 2018

63 Wawancara dengan Bapak Slamet selaku anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 19 Juli 2018

64 Wawancara dengan Bapak Sumardi selaku anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 20 Juli 2018

48

Tabel 4.2: perhitungan Bagi Hasil65

No Modal

Angsuran Pokok (Modal ÷ 10

bulan)

Bagi Hasil (Modal ×

2,5%)

Total Angsuran

Perbulan 1

25.000.000

2.500.000 625.000 3.125.000

2 2.500.000 625.000 3.125.000

3 2.500.000 625.000 3.125.000

4 2.500.000 625.000 3.125.000

5 2.500.000 625.000 3.125.000

6 2.500.000 625.000 3.125.000

7 2.500.000 625.000 3.125.000

8 2.500.000 625.000 3.125.000

9 2.500.000 625.000 3.125.000

10 2.500.000 625.000 3.125.000

Total Angsuran 31.250.000

Data olahan: Hasil wawancara dengan anggota BTM Sakinatul Ummah yang melakukan pembiayaan Mudharabah.

Berdasarkan data penjelasan dari beberapa pihak tersebut dapat ditegaskan kembali bahwa, BTM Sakinatul Ummah dalam menerapkan bagi hasil pembiayaan Mudharabah berdasarkan asumsi pendapatan bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh Mudharib dalam menjalankan usahanya. Adapun dalam perhitungan bagi hasil berbeda antara yang dijelaskan oleh Manajer BTM Sakinatul Ummah dengan anggota pembiayaan Mudharbah. Perhitungan bagi hasil yang dijelaskan oleh Manajer BTM Sakinatul Ummah dihitung berdasarkan nisbah bagi hasil yang disepakati yaitu 60%-40%, sedangkan menurut penjelasan anggota bagi hasil dihitung berdasarkan 2,5%dari modal.

65 Wawancara dengan Bapak Sumardi selaku anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 20 Juli 2018

49

Dalam hal keterlambatan dalam pembayaran angsuran, pihak BTM tidak memberikan denda. Jika keterlambatan pembayaran angsuran masih terhitung hari tidak dipermasalahkan, peringatannya disampaikan secara langsung kepada anggota yang bersangkutan. Tetapi jika sudah keluar dari hitungan bulan, maka BTM akan memberikan surat peringatan 1 (SP1) sampai SP 3.66

Keterlambatan dalam pembayaran angsuran tersebut biasanya disebabkan oleh kemacetan usaha yang dijalankan oleh anggota yang menyebabkan terjadinya kerugian. Kerugian yang terjadi biasanya disebabkan oleh usaha yang dilakukan anggota mengalamai kemacetan, anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah kabur, jaminan sudah tidak ada misalnya menjaminkan BPKB motor tetapi motornya sudah tidak ada atau sudah di jual, bisa juga karna usahanya bangkrut, setelah dibiayai beberapa bulan berjalan, beberapa tahun kemudian menjadi down dan bangkrut.

Jika usaha anggota mengalami kerugian maka tidak ada hasil yang akan dibagi. Jika terjadi kerugian biasanya dimasukkan sebagai kerugian perusahaan, disisihkan dan tidak diputihkan. Pihak BTM percaya bahwa suatu saat anggota tersebut akan membayarnya walaupun waktunya tidak diketahui.

Jadi pembiayaan macat tersebut dkeluarkan dari sistem, dibuatkan catatan sendiri atau dipisahkan dari pembiayaan yang masih aktif.67

66Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 18 Juli 2018

67 Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 17 Juli 2018

50

Menurut hasil wawancara peneliti dengan salah satu anggota pembiayaan Mudharabah, beliau menyebutkan bahwa walaupun usaha mereka mengalami kerugian atau bangkrut mereka harus tetap membayarkan bagi hasil kepada pihak BTM Sakinatul Ummah68.

Walaupun usahanya mengalami kerugian anggot harus tetap membayar bagi hasil kepada pihak BTM Sakinatul Ummah, karena hal itu merupakan ketetapan dari BTM dan sudah terdapat kesepakatan pada awal akad.69

Berdasarkan data penjelasan dari beberapa pihak diatas dapat dipahami bahwa ketika usaha yang dijalankan Mudharib mengalami kerugian atau bangkrut, mereka tetap membayar bagi hasil kepada BTM Sakinatul Ummah, karena hal tersebut merupakan ketetapan yang dijalankan oleh BTM Sakinatul Ummah.

C. Pelaksanaan Bagi Hasil Produk Pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur Perspektif Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000

Secara terminologi Mudharabah berarti sejumlah uang yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk modal usaha, apabila mendapat keuntungan maka dibagi dua, yaitu untuk pihak pemilik modal (Shahibul Maal) dan pelaku usaha atau yang menjalankan modal (Mudharib) dengan persentase atau

68 Wawancara dengan Bapak Suwito selaku anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 19 Juli 2018

69 Wawancara dengan Bapak Boymen selaku anggota yang melakukan pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 19 Juli 2018

51

jumlah sesuai dengan kesepakatan. Sementara apabila terjadi kerugian maka ditanggung oleh pemilik modal.70

Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing.71

Dalam pelaksanaannya di BTM Sakinatul Ummah, pembiayaan Mudharabah diberikan untuk anggota yang mengajukan pembiayaan untuk mengembangkan usahanya ataupun untuk tambahan modal usahanya karena kekurangan modal sehingga diharapkan usahanya supaya lebih maju dengan pola bagi hasil. Pembiayaan ini disesuaikan dengan kebutuhan modal anggota dengan pola pengembalian secara angsuran sesuai jangka waktu yang disepakati.

Alokasi dana dari pembiayaan tersebut digunakan sebagai tambahan modal bukan sebagai modal utama usaha baru, karena menurut pihak BTM hal ini akan meminimalisir kerugian. Dalam pembiayaan Mudharabah, pembagian bagi hasil ditentukan pada awal akad berdasarkan asumsi pendapatan yang diperoleh Mudharib dan bagi hasil tersebut setiap bulannya tetap. Dalam hal kerugian Mudharib tetap membayar bagi hasil walaupun kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian Mudharib.

70 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro Lampung, 2014), Cet-1, h. 127

71 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet-1 h. 95

52

Seharusnya dalam pembiayaan Mudharabah modal 100% dari Shahibul Maal dimana hal ini terjadi apabila usaha tersebut baru akan dimulai, namun apabila pembiayaan Mudharabah dialokasikan untuk usaha yang sudah berjalan maka modal usahanya sudah bercampur dengan pengelola usaha atau Mudharib, maka akad yang seharusnya digunakan yaitu Musyarakah.

Kemudian bagi hasil yang diterapkan BTM Sakinatul Ummah dala pembiayaan Muharabah seharusnya berdasarkan keuntungan yang diperoleh dari usaha Mudharib, karena konsep dari bagi hasil itu sendiri yaitu berubah dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidak tetap. Apabila usaha yang dijalankan Mudharib merugi dan kerugian bukan disebabkan oleh kelalaian Mudharib, seharusnya tidak ada kewajiban bagi Mudharib untuk membayar bagi hasil tersebut, dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal atau Shahibul Maal yang dalam pembiayaan ini yaitu pihak BTM Sakinatul Ummah.

Sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang ketentuan pembiayaan poin ke-2 yang menyebutkan bahwa Dalam pembiayaan Mudharabah LKS sebagai Shahibul Maal (pemilik dana) membiayai 100%

kebutuhan suatu proyek (usaha). Sedangkan pengusaha (nasabah/ anggota) bertindak sebagai Mudharib atau pengelola usaha.

Pembiayaan Mudharabah yang dijalankan oleh BTM Sakinatul Ummah berbeda dengan teori dari Mudharabah yaitu dalam pembiayaan Mudharabah, sejumlah uang yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk modal usaha, apabila mendapat keuntungan maka dibagi dua, yaitu untuk pihak pemilik modal (Shahibul Maal) dan pelaku usaha atau yang menjalankan

Dalam dokumen skripsi - IAIN Repository (Halaman 49-52)

Dokumen terkait