دواد
B. Metode
menghafal Al-Qur‟an dan mengamalkan dengan cara yang diridhai- Nya.
2) Ikhlas niat dan beribadah karena Allah SWT. dengan membaca Al- Qur‟an.
3) Bulatkan tekad untuk mengamalkan Al-Qur‟an dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
4) Waspadailah perbuatan tercela yang dapat menghilangkan hafalan Al-Qur‟an, seperti: „ujub (bangga diri), riya‟(ingin dilihat orang lain), memakan sesuatu yang subhat (tidak jelas) dan haram, mengejek orang lain yang tidak hafal atau tidak bisa membaca Al-Qur‟an, kemaksiatan dan dosa-dosa baik dosa besar maupun dosa kecil, yang terakhir tidak konsisten dan tidak ada perhatian untuk membaca Al- Qur‟an meski dalam kondisi tersulit sekali pun.36
Winarno Surakhmad menyebutkan metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan tertentu, makin baik metode itu makin efektif pula pencapaian tujuan. 39
Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.40
2. Unsur-unsur Metode Mengajar
Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany menganalisis unsur-unsur yang terdapat pada metode mengajar menjadi beberapa bagian, diantaranya:
a. Metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk memberi pemahaman kepada murid-muridnya dan mengubah tingkah laku murid tersebut sesuai dengan tujuan-tujuan yang dinginkannya.
b. Metode mengajar mempunyai arti lebih sebagai alat untuk menyampaikan pengajaran dan pengetahuan kepada murid, atau membantu peserta didik dalam menyerap materi yang diajarkan.
c. Pelakasanaan pengajaran yang baik atau perubahan yang diinginkan pada tingkah laku pelajar adalah tujuan asasi bagi proses pengajaran.
d. Kegiatan pengajaran adalah kegiatan yang terarah dan bertujuan untuk mencapai proses belajar yang diinginkan.41
39 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan Teknik Metodelogi Pengajaran, (Bandung: Tarsito, 1982), h. 96
40 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 3
41 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam. Terj, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t), h.553
3. Metode Mengajar Qur’ani dan Bahasa Qur’ani
Di bawah ada beberapa metode mengajar sebagaimana yang dinukilkan dalam buku “Metodologi Pendidikan Agama Islam,” karya Prof. Dr. Ramayulis sebagai berikut:
a. Metode Qur‟ani
1) Metode hiwar (dialog), yaitu percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah kepada suatu tujuan. Demikianlah kedua belah pihak saling bertukar pendapat tentang suatu perkara tertentu.
2) Meotde kisah. Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukasi yang tidak dapat digantikan dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Hal ini disebabkan kisah Qur‟ani dan Nabawi memiliki beberapa keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak psikologi dan edukatif yang sempurna, rapih dan jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan zaman.
3) Metode amtsal (perumpamaan). Di dalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat-ayat dalam bentuk amtsal dalam rangka mendidik umatnya. Sebagai contoh, dalam surah Al-Baqarah ayat 17.
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (QS.
Al-Baqarah [2]: 17)
Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat-sifat
kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas.
4) Metode keteladanan. Kita mungkin bisa saja dapat menemukan suatu sistem pendidikan yang sempurna, akan tetapi perlu adanya realistis edukatif yang dilakukan oleh pendidik karena peserta didik cendrung meneladani pendidiknya dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam segala hal, sebab secara psikologis anak adalah seorang peniru ulung.
5) Metode targhib (janji kesenangan dan kenikmatan yag disertai bujukan) dan metode tarhib (ancaman atas dosa yang dilakukan).
Tujuan dari kedua metode ini adalah untuk mematuhi aturan Allah SWT.42
b. Bahasa Qur‟ani
Bahasa-bahasa yang dipakai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Qaulan ma‟rufan, berarti ucapan yang indah, baik lagi pantas dalam tujuan kebaikan, tidak mengandung kemungkaran, kekejian dan tidak bertentangan dari ketentuan Allah SWT.
2) Qaulan kariman, berarti ucapan yang mulia, lembut, brmanfaat baik dengan menjaga sopan santun, ketenangan dan kemuliaan.
3) Qaulan maisuran, adalah tutur kata yang ringan, mudah dipahami, bermuatan penghargaan sebagi penawar hati peserta didik.
4) Qaulan laiyinan, berarti perkataan dengan kalimat yang simpatik, halus, mudah dicerna dan ramah, agar berkesan pada jiwa serta bermanfaat.
42 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam ..., h.282-293
5) Qulan balighan, adalah perkataan yang membekas di dalam sebelumnya tertutup hingga menimbulkan kesadaran yang mendalam.
6) Qaulan sadidan, berarti ucapan yang benar dan segala sesuatu yang hak (benar).43
4. Metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an
Dalam menghafal Al-Qur‟an seseorang mempunyai metode atau cara yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang digunakan tidak terlepas dari membaca dengan berulang-ulang sampai dapat mengucapkan tanpa melihat mushaf sekalipun. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan dalam menghafal Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:
a. Bin-Nazhar, yaitu membeca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur‟an yag akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur‟an secara berulang- ulang. Proses bin-nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu.
b. Tahfizh, menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar tersebut.
c. Talaqi, yaitu menyetor atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur. Guru tersebut haruslah seorang hafizh Al-Qur‟an telah mantap agama dan ma‟rifatnya, serta dikenal mampu menjaga dirinya.
d. Takrir, yaitu mengulang hafalan atau men-sima‟-kan hafalan yang pernah dihafalnya atau sudah pernah di-sima‟-kan kepada guru tahfizh. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik.
e. Tasmi‟, yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik perseorangan maupun kepada jamaah. Dengan tasmi‟ ini seorang
43 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam ..., h. 294-296
penghafal Al-Qur‟an akan diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat.44 f. Wahdah, yaitu menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang
hendak dihafalkannya.
g. Kitabah, yaitu menghafal dengan cara menulis ayat yang akan dihafal di secarik kertas yang telah disediakan. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkan.45
h. Jama‟, ialah menghafal Al-Qur‟an secara kolektif, yakni ayat-ayat dihafal dibacakan bersama-sama dan dipimpin oleh instruktur. 46
Pada prinsipnya semua metode diatas baik sekali untuk dijadikan pedoman dalam menghafal Al-Qur‟an, baik salah satu di antaranya, atau digunakan semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan yang terkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan kejenuhan dalam proses menghafal Al- Qur‟an.
C. Pengertian Metode Takriri dalam Menghafal Al-Qur’an dan