• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Tinjauan Pustaka

2. Minat Baca

a. Pengertian Minat Baca

Sinambela dalam Sudarsana dan Bastiano (2010: 4.27) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Menurut Lilawati dalam Sudarsana dan Bastiano (2010: 4.27) minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan individu untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Rahim (2011: 28) menyebutkan minat baca merupakan keinginan yang kuat disertai usaha seseorang untuk membaca.

Dalman (2014: 141) mendefinisikan minat baca sebagai dorongan untuk memahami kata demi kata dan isi yang terkandung dalam teks bacaan, sehingga pembaca dapat memahami hal-hal yang dituangkan dalam bacaan itu.Sedangkan pengertian minat baca menurut Tarigan dalam Dalman (2014: 141) adalah kemampuan seseorang berkomunikasi dengan diri sendiri untuk menangkap makna yang terkandung dalam tulisan, sehingga memberikan pengalaman emosi akibat dari perhatian yang mendalam terhadap makna bacaan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah keinginan kuat yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan membaca atas kemauannya sendiri dan didasari dengan perasaan senang.Dalam kegiatan membaca tersebut,

seorang pembaca juga memiliki keinginan untuk dapat memahami makna yang dimaksud penulis dalam tulisannya.

b. Tujuan Minat Membaca

Secara umum, tujuan orang membaca adalah untuk mendapatkan suatu informasi (pengetahuan dan wawasan) baru.

Namun dalam kenyataanya, terdapat tujuan khusus dari kegiatan membaca seperti yang diungkapkan oleh Darmono,yaitu :

1) membaca untuk tujuan kesenangan.

Termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah dan komik. Bacaan yang dijadikan objek kesenangan menurut David Eskey adalah sebagai bacaan ringan.

2) membaca untuk meningkatkan pengetahuan.

Seperti pada membaca buku-buku pelajaran, buku ilmu pengetahuan, kegiatan membaca untuk meningkatkan pengetahuan.

3) membaca untuk melakukan suatu pekerjaan.

Misalnya, para mekanik perlu membaca buku petunjuk dan ibu-ibu membaca booklet tentang resep masakan.

c. Faktor yang Memengaruhi Minat Baca

Dalam usaha pembinaan minat baca, tentu terdapat faktor- faktor yang memengaruhi minat baca seseorang. Bunata dalam Dalman (2014: 142- 143) menjelaskan bahwa minat baca ditentukan oleh beberapa faktor, sebagai berikut.

1) Faktor lingkungan keluarga.

Di tengah kesibukan sebaiknya orang tua menyisihkan waktu untuk menemani anaknya membaca buku, dengan begitu orang tua dapat memberikan contoh yang baik dalam meningkatkan kreativitas membaca anak.

2) Faktor kurikulum dan pendidikan sekolah yang kurang kondusif Kurikulum yang tidak secara tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian, serta staf tenaga kependidikan baik guru maupun pustakawan yang tidak memberikan motivasi pada siswa bahwa membaca itu penting untuk menambah ilmu pengetahuan, melatih berpikir kritis, menganalisis persoalan, dan sebagainya.

3) Faktor infrastruktur masyarakat yang kurang mendukung peningkatan minat baca.

Kurangnya minat baca masyarakat bisa dilihat dari kebiasaan sehari-hari. Banyak orang yang memilih menghabiskan uang untuk hal lain daripada membeli buku.

Orang juga kadang lebih suka pergi ke tempat hiburan daripada ke toko buku, mereka hanya pergi ke toko buku atau perpustakaan bila memang diperlukan.

4) Faktor keberadaan dan kejangkauan bahan bacaan.

Sebaiknya pemerintah daerah mengadakan program perpustakaan keliling atau perpustakaan tetap di tiap-tiap daerah agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemahaman bacaan menurut Pandawa dalam Arisma (2012: 29). Faktor-faktor tersebut adalah: 1) faktor kognitif, 2) faktor afektif, 3) faktor teks bacaan,dan 4) faktor penguasaan bahasa. Faktor yang pertama berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, dan tingkat kecerdasan (kemampuan berpikir) seseorang. Faktor kedua berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi. Faktor ketiga berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan bahasanya.

Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan unsur-unsur kewacanaan.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai faktor-faktor yang memengaruhi minat baca seseorang, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor personal dari dalam diri anak mempengaruhi minat baca anak itu sendiri, seperti tingkat kecerdasan,emosional, sikap,dan situasi.

Selain itu faktor dari lingkungan serta sarana dan prasarana yang memadai dalam mendukung kegiatan membaca juga berpengaruh terhadap minat baca seorang anak. Dikarenakan faktor lingkungan yang efektif juga menjadi salah satu alasan dan dorongan anak untuk membaca, seperti dengan ketersediaan buku bacaan maupun tempat untuk membaca yang nyaman seperti perpustakan.

3. Sekolah Dasar

a. Pengertian Sekolah Dasar

Desmita dalam Dheni Purwanti (2015 : 30), menyatakan bahwa Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Pasal 17 mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut: (1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah;

(2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b. Fase Sekolah Dasar

Suryosubroto dalam Dheni Purwanti (2015 : 30), menganggap bahwa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya.Menurutnya masa ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu sebagai berikut.

1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain sebagai berikut.

a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi di sekolah.

b) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan- peraturan permainan yang tradisional.

c) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

e) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.

f) Pada masa ini (terutama pada umur 6 - 8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2)Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.

d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orangorang dewasa lainnya.

e) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di

dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

c. Tujuan Sekolah Dasar

Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun.Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar (Bafadal, 2003:3).

Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa

“pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah”. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar (Tahun 2007 Semester I dan II) dijelaskan bahwa “Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut Muhaimin dalam Norhafizah,dkk (2012:

53). Sebagai satu bentuk satuan pendidikan, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaanya.Setiap orang mengakui bahwa tanpa menyelesaikan pendidikan pada sekolah dasar atau yang sederajat, secara formal seseorang tidak mungkin dapat mengikuti pendidikan di SLTP.Besarnya peranan pendidikan di sekolah dasar sangat disadari oleh semua negara di dunia (Bafadal 2003:11).

d. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Setiap siswa dan kelompok kelas memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda, sehingga perlakuan yang sama terhadap semua siswa dan kelompok kelas justru akan mengakibatkan kurang maksimalnya proses pembelajaran. Oleh karenanya salah satu tahap penting dalam proses perencanaan pembelajaran yang penting adalah melakukan analisis karakteristik siswa. Dimana karakteristik siswa di tingkat sekolah dasar itu berbeda dengan mereka yang berada pada tingkat sekolah menengah. Pola pikir, persepsi dan cara mengatasi masalah yang mereka tempuh sangat berbeda. Pada masa anak-anak kecenderungan untuk melakukan imitasi kepada seseorang yang diidolakan sangat besar.Sementara para remaja ingin sekali diakui eksistensi mereka sebagai manusia yang utuh, dewasa dan dapat menentukan jalan hidup sendiri. Masa kanak- kanak adalah masa bermain dan belajar. Beban yang berat pada sekolah terkadang mengurangi hak-hak mereka untuk bermain.

Sehingga yang terjadi mereka cenderung malas dan bosan pada saat belajar di dalam kelas, karena mereka menghadapi situasi pembelajaran yang nyaris sama (Alfin, 2015).

Sukiman, dkk (2016:5) mengungkapkan bahwa Karakteri stik umum anak Sekolah Dasar antara lain:

1) senang bermain terutama mereka yang di kelas-kelas awal.

2) mulai memasuki masa pubertas.

3) aktif bergerak.

4) masih belum bisa duduk diam pada waktu yanglama.

5) mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

6) masih lebih mudah memahami hal-hal yang bersifat konkret.

7) mulai berpikir logis dan bias memecahkan masalah sederhana.

8) mulai mencari sendiri hal-hal yang mereka ingin ketahui.

9) mulai memasuki masa pubertas.

10) senang bekerja dalam kelompok dan mulai tidak bergantung pada kehadiran orang dewasa.

Dokumen terkait