• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan budaya literasi melalui program gerakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan budaya literasi melalui program gerakan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rendahnya minat membaca merupakan permasalahan dalam pencapaian keterampilan berbahasa siswa, termasuk keterampilan membaca yang mempunyai banyak manfaat dalam perkembangan bahasa siswa. Hal ini dapat menunjukkan bahwa hampir sebagian besar penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton dibandingkan membaca dan juga menjadi salah satu rendahnya minat membaca penduduk Indonesia. Meski begitu, hasil penelitian tersebut tidak serta merta membuat masyarakat Indonesia bangga, karena sebenarnya tantangan yang dihadapi saat ini adalah rendahnya minat membaca sehingga menjadi salah satu tugas pemerintah untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat.

Upaya pemerintah untuk meminimalisir rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah dengan mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang pertumbuhan karakter moral, dengan menggunakan waktu 15 menit sebelumnya. . pembelajaran dimulai dengan membaca buku selain buku pelajaran (setiap hari). Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan salah satu langkah pemerintah untuk mendorong dan menumbuhkan minat membaca. Gerakan literasi sekolah (SSL) tidak hanya bertujuan untuk membangkitkan minat membaca siswa, namun lebih mengarah pada terciptanya warga sekolah yang terdidik dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan peningkatan minat baca siswa di Sungguminas III Gowa, dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah Pemerintah (GLS) ) program untuk meningkatkan minat baca pada siswa SDN Sungguminas III Gowa yang bertajuk Literasi melalui Relasi Budaya Program GLS untuk mengembangkan minat membaca pada siswa SD Negeri Sungguminas III Gowa.

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mulai menanamkan budaya literasi di Indonesia dengan mencanangkan kebijakan berupa Gerakan Nasional Literasi yang bertujuan menjadikan literasi sebagai bagian integral dari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan referensi bagi pemerintah untuk mengembangkan pengembangan dalam merancang kebijakan apa pun terkait penerapan budaya literasi. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sungguminasa III Gowa dengan tujuan untuk mengetahui budaya literasi melalui Gerakan Literasi Sekolah di SD Negeri Sungguminasa III Gowa.

Pihak sekolah dapat menganalisis berbagai kelebihan dan kekurangan minat membaca siswa SD Negeri Sungguminasa III Gowa sehingga dapat melakukan pembangunan berkelanjutan. Sebagai seorang pendidik yang fungsinya memberikan arahan kepada peserta didik mengenai materi yang akan dipelajari tentunya harus mempunyai gambaran yang luas dan mempunyai banyak referensi terhadap mata pelajaran yang akan dipelajari peserta didik. Manfaat praktis yang diterima oleh tenaga pengajar dalam hal ini adalah guru ketika diwujudkan.

Manfaat penelitian ini bagi peneliti dapat memberikan banyak manfaat, salah satunya adalah wawasan dan pengalaman yang sangat berguna di kemudian hari ketika menghadapi ujian skripsi atau kasus-kasus yang dihadapi penelitian.

LANDASAN TEORI

Penelitian Terdahulu

Penelitian ini membahas proses penelitian terkait beberapa aspek literasi, seperti penggunaan perpustakaan. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa langkah-langkah dalam penulisan proyek penelitian hampir sama dengan model literasi yang ada. Penelitian ini juga menyarankan agar perpustakaan dilibatkan dalam penulisan proyek penelitian sebagai tempat sumber daya literasi.

Dalam penelitian ini kegiatan yang dilakukan Perpustakaan Kelana bertujuan untuk meningkatkan minat membaca anak melalui kegiatan bercerita di perpustakaan. Penelitian ini akan mengkaji proses implementasi kebijakan dan hubungan program literasi dalam meningkatkan minat baca siswa sekolah dasar.

Tinjauan Pustaka

  • Budaya Literasi
  • Minat Baca

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Pertumbuhan Ciri. Dalam Permendikbud disebutkan bahwa salah satu kegiatan wajib siswa dalam mengembangkan seluruh potensi siswa adalah meluangkan waktu 15 menit sebelum memulai setiap hari membaca buku selain buku teks (setiap hari). Dalam pelaksanaannya, pemerintah berupaya untuk menggalakkan kecintaan membaca pada masyarakat, yaitu melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi Masyarakat (GLM) dan Gerakan Literasi Nasional (CAP). Menumbuhkan karakter siswa dengan membina ekosistem literasi sekolah yang tercermin dalam Gerakan Literasi Sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tahap pembiasaan pada kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa terhadap bahan bacaan pada saat kegiatan membaca.

Secara tidak langsung dengan dilaksanakannya kegiatan membaca buku baik buku fiksi maupun nonfiksi serta yang berkaitan dengan materi pembelajaran akan menjadi salah satu bentuk pengayaan pada tahap pembiasaan. Guru menyapa siswa dan bercerita sebelum membaca buku serta mengajak siswa membaca buku (Faizah, 2016:18). Tahapan pengembangan pada kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bertujuan untuk menjaga minat siswa dalam membaca dan kegiatan membaca, sehingga dapat meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca siswa.

Kegiatan literasi pada tataran pembelajaran ditujukan untuk menjaga minat membaca siswa dan kegiatan membaca untuk meningkatkan literasi siswa melalui buku pengayaan dan buku pelajaran. Melalui fase pembiasaan, fase pengembangan, dan fase pembelajaran menjadi struktur pelaksanaan GLS (Gerakan Literasi Sekolah) pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar yang mengacu pada peningkatan minat baca siswa untuk menciptakan lingkungan sekolah yang melek huruf. Menurut Lilawati dalam Sudarsana dan Bastian, minat membaca merupakan suatu kepedulian yang kuat dan mendalam disertai perasaan senang terhadap kegiatan membaca guna mengarahkan individu untuk membaca sesuka hatinya.

Dalman mengartikan minat membaca sebagai motivasi untuk memahami kata demi kata dan isi teks bacaan sehingga pembaca dapat memahami hal-hal yang diuraikan dalam bacaan tersebut. pentingnya membaca. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa minat membaca adalah suatu keinginan kuat yang mendorong seseorang untuk mandiri melakukan kegiatan membaca dan didasari oleh perasaan senang. Namun pada kenyataannya ada tujuan khusus dari kegiatan membaca seperti yang diungkapkan Darmono, yaitu.

Berdasarkan perbedaan pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca seseorang, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor pribadi dari dalam diri anak mempengaruhi minat membaca anak itu sendiri, seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosi, sikap dan situasi. Selain itu, faktor lingkungan serta sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan membaca juga mempengaruhi minat membaca anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Pasal 17 mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut: (1) Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang mendasari pendidikan menengah; 2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

Folkeskolen merupakan satuan pedagogi yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun, dan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar (Bafadal, 2003:3).

Kerangka Berpikir

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan upaya atau kegiatan partisipatif yang melibatkan warga sekolah (siswa, guru, pimpinan sekolah, tenaga kependidikan, konselor sekolah, komite sekolah, orang tua/wali siswa), akademisi, penerbit, media massa, komunitas (community). pemimpin yang bisa mewakili keteladanan, dunia usaha, dll), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Sri Wahyuningsih, dkk 2016: 2). GLS dalam implementasinya adalah siswa dibiasakan membaca selama 15 menit sebelum memulai pelajaran setiap harinya. Peran guru dalam hal ini adalah mengarahkan siswa dan membimbingnya dalam pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran sebagai tahapan dalam pengembangan budaya keterampilan membaca siswa. Salah satu jenjang satuan pendidikan di Kota Makassar yang telah menerapkan kebijakan pemerintah untuk mewujudkan budaya literasi di kalangan sekolah dasar adalah SD Negeri Sungguminasa III bj Gowa yang beralamat di JL.

Berkenaan dengan penerapan GLS di SD Sungguminasa III Gowa, peneliti berinisiatif untuk mengetahui hubungan budaya literasi dengan peningkatan minat membaca siswa. Berdasarkan uraian penelitian dan kerangka teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat peningkatan minat membaca siswa SDN Sungguminasa III Gowa ditinjau dari penerapan GLS yang dilakukan guru dalam kebiasaan membaca 15 menit”.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Hasil analisis deskriptif menunjukkan adanya hubungan program GLS dengan minat membaca siswa SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa. Minat membaca yang dimaksud adalah nilai-nilai yang dicapai siswa selama proses pelaksanaan program GLS. Nilai yang diambil peneliti adalah nilai yang diberikan guru mengenai tingkat minat membaca siswa tersebut dan kemudian rata-ratanya.

Nilai yang diperoleh peneliti dari rata-rata minat membaca siswa yang diajar oleh guru A adalah sebagai berikut. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan gerakan literasi di sekolah berkaitan dengan minat baca siswa. Untuk menghitung koefisien korelasi antara lain kebijakan literasi sekolah (Variabel X) dan minat membaca siswa (Variabel Y), digunakan Person Product Moment.

Sumber: Data Variabel Kebijakan Tren Literasi Sekolah dan Minat Baca Siswa Pemaparan perhitungan di atas menunjukkan hal itu. Kemudian peneliti menghitung koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar hubungan kebijakan gerakan literasi sekolah (X) terhadap minat membaca siswa (Y), sedangkan perhitungan koefisien determinasi (KD) digunakan. oleh para peneliti. . Jadi sumbangan politik gerakan literasi sekolah (X) terhadap minat baca siswa (Y) sebesar 39,2% dengan memperhitungkan nilai KD 39,2% dan nilai rxy = (0,626) (kuat), maka hipotesisnya menyatakan jika rhit > rtab = terdapat hubungan yang dapat diterima.

Berdasarkan pemaparan penelitian yang menunjukkan nilai rxy, maka hipotesis yang diterima menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kebijakan gerakan literasi sekolah terhadap minat membaca pada siswa kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 Kabupaten Gowa. Semakin baik sekolah dalam menerapkan kebijakan literasi sekolah, maka minat membaca siswa semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan gerakan literasi sekolah merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan mempunyai hubungan yang kuat terhadap minat membaca siswa.

Setelah itu, minat membaca siswa kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3 secara umum sangat baik, berdasarkan perhitungan rata-rata yang diperoleh sebesar 84,625. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebijakan pergerakan keterampilan membaca di sekolah dengan minat membaca siswa. Artinya semakin baik penerapan kebijakan gerakan literasi maka minat baca siswa akan semakin tinggi, dan sebaliknya semakin buruk penerapan kebijakan gerakan literasi maka minat baca siswa akan semakin rendah.

Bagi guru, penambahbaikan pembinaan dan kawalan dalam membimbing pelajar diharap dapat meningkatkan minat membaca pelajar.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian: Murid  Kelas IV  SD Negeri Sungguminasa 3
Tabel 3.1 Sampel Penelitian: Murid Kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3

Waktu dan Lokasi Penelitian

Data dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Gambar

Tabel 3.1 Sampel Penelitian Murid Kelas IV SD Negeri Sungguminasa 3  Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi  Tabel 4.1 Respon Murid terhadap Angket Program GLS
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Sampel Penelitian: Murid  Kelas IV  SD Negeri Sungguminasa 3
Tabel 3.2  Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi  Interval Koefisien  Tingkat Hubungan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan Teknik Pembelajaran Literasi Dalam Rangka Menyukseskan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Masalah yang dialami mitra Guru SD Plus Jabal Rahmah