• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Atau Pola Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

B. Pengungkapan CSR

3. Model Atau Pola Corporate Social Responsibility (CSR)

Berikut beberapa pola umum CSR yang digunakan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:

1. Terlibat langsung

Perusahaan menjalankan kegiatan CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosialnya atau menyerahkan sumbangan langsung kepada masyarakat. Dalam menjalankan usahanya tersebut perusahaan akan menugaskan salah satu pejabat seperti pejabat public atau affair manager.

2. Yayasan atau Organisasai Perusahaan

Model ini adalah adopsi dari model yang biasa diterapkan oleh perusahaan-perusahaan pada negara maju. Biasanya perusahaan

menyediakan dana awal dan dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

3. Bermitra dengan Pihak Lain

Model ini adalah melalui kerjasama dengan lembaga sosial/

organisasi non-pemerintah (NGO/ LSM), instansi pemerintah atau universitas dan media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatannya. Beberapa lembaga sosial yang bekerja sama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR yakni:

Dompet duafa, kita peduli Indosia, Palang merah Indonesia (PMI) dll.

4. Mendukung atau bergabung dalam satu konsorsium

Dibandingkan dengan model lainnya pola ini lebih mengarah pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat hibah pembangunan.

Pihak konsorsium biasanya dipercayai oleh perusahaan yang didukung mencari mitara kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan dikembangkan dengan program yang disepakati bersama.

Model CSR yang dikemukakan oleh Hartman, Des Jardins, dan Macdonald, dalam buku “Business Ethics, Decision making for Personal Integrity & Social Responsibility Third Edition”.. 4 bentuk atau model CSR yaitu:

a. Economic View of CSR

Economic View of CSR memandang tanggung jawab sosial sebuah perusahaan sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawab perusahaan tersebut, misalnya menghasilkan produk dan layanan yang memberikan manfaat kepada masyarakat luas dan juga

segala hal yang berhubungan dengan tindakan dari sebuah perusahaan, seperti apakah dalam menghasilkan produknya, sebuah perusahaan telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

Tanggung jawab tersebut yakni apakah perusahaan tidak menimbulkan kerusakan, apakah perusahaan telah melakukan segala daya upaya untuk mencegah timbulnya kerusakan dan yang paling terakhir adalah apakah perusahaan selalu konsisten untuk melakukan kebaikan dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

b. Philantropic model of CSR

Filantropi memiliki arti tidakan kedermawanan. Maksudnya yaitu tidakan sesorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan. Wujud kecintaan tersebut dengan memberi sumbangan baik dalam bentuk bantuan materil atau bantuan sosial lainnya. “Filantropi dan program tanggung jawab perusahaan (CSR) memiliki spirit yang sama, yaitu memberikan empati kepada orang lain atas nama kemanusiaan. Dari sudut pandang ini, perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk bekontribusi pada hal sosial tetapi menjadi hal yang baik jika dilakukan dan sesuatu yang dapat kita dorong. Dengan model philanthropy dapat membangun pencitraan yang baik bagi perusaahan, pengurangan pajak, membangun hubungan dan reputasi yang baik dengan masyarakat dan komunitas setempat. Seperti banyak perusahaan yang mensponsori kegiatan seni, museum, teater, atau acara sekolahan dengan harapan akan diberikan manfaat publikasi. Walaupun beberapa perusahaan juga

masih berkontribusi dengan maksud sosial tanpa manfaat reputasi.

Dalam situasi ini dimana terdapat bisnis support pada hal sosial untuk tujuan menerima manfaat bisnis tidak berbeda dengan pandangan ekonomi adalah investasi bukan kontribusi.”

c. Social web model of CSR

Social web model of CSR ini mempunyai pendapat bahwa perusahaan dalam menjalankan bisnis mempunyai hubungan keterkaitan sebagai masyarakat dimana perusahaan harus menjalankan tugas etika yang bersifat normatif dan memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi. CSR memandang bahwa perusahaan juga mempunyai tanggung jawab terhadap karyawan yakni memberikan hak karyawan walaupun tidak terikat dengan hukum seperti hak karyawan mempunyai keselamatan dan kesehatan kerja, hak karyawan untuk privasi dan proses pekerjaan karyawan. Tambahan tanggung jawab sosial lainnya seperti memberikan produk yang aman, mempromosikan barang atau jasa yang sifatnya tidak manipulatif atau ada unsur kebohongan.

Salah satu contoh praktek social web model adalah Teori Stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan bukan hanya sekedar entitas semata yang hanya melakukan kepentingan perusahaan sendiri akan tetapi memberikan nilai-nilai maupun manfaat kepada stakeholdernya seperti : pemegang saham, karyawan, konsumen, supplier, pemerintah dan lain-lain. Maksud dari tujuan stakeholder adalah meningkatkan nilai-nilai perusahaan dari suatu yang telah dilakukan oleh perusahaan.

d. Integrative Model of CSR

Setiap perusahaan membuat kontribusi yang signifikan kepada masyarakat. Pada tingkat yang paling dasar, bisnis menawarkan barang dan jasa yang orang inginkan. Dalam prosesnya, bisnis menyediakan modal, pekerjaan, keterampilan, ide dan pajak. Tapi banyak perusahaan tidak menekankan kontribusi itu. Secara internal, hanya fokus pada apa yang bisa didapatkan dari masyarakat: input yang lebih murah, harga yang lebih tinggi, dan regulasi yang ramah.

Secara eksternal, mereka mempromosikan CSR mengenai kontribusi kecil yang telah disumbangkan, sebagai contoh sembako yang mereka salurkan atau taman yang telah mereka bangun mengabaikan kontribusi besar yang dibuat oleh bisnis sehari-hari.

Integerative model of CSR memperluas wawasan bahwa perusahaan yang berbasis profit dapat juga memiliki tujuan sosial sebagai pusat dari misi strategis perusahaan. Perusahaan mengintegrasikan antara profit dan tanggungjawab sosial.

Dikarenakan perusahaan ini membawa tujuan sosial sebagai core business model, terintegrasi sepenuhnya antara tujuan ekonomi dan sosial, maka perusahaan ini dapat disebut dengan integerative model of CSR.

4. Bentuk Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) a. Perencanaan corporate social responsibility

Sebelum perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya terlebih dahulu melakukan pengendalian dan pengawan terhadap kegiatan operasional. Perencanaan menjadi satu dimensi keseriusan

perusahaan dalam ikut berpartisipasi dan empaty “erhadap berbagai masalah lingkungan dan sosial.

Corporate social responsibility butuh perumusan yang jelas, baik materi, sasaran, strategii, penelitian pemangku kepentingan, maupun anggaran yang dibutuhkan. Untuk itu, butuh kajian mendalam dan berkelanjutan, khususnya dalam menentukan isi dan sasaran agar memiliki daya dukung dalam pembangunan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan pemberdayaan pada para pemangku kepentingan, dengan demikian kualitas perencanaan praktik tanggung jawab sosial perusahaan tergantung pada analisis perusahaan terhadap lingkungan dan sosial.

b. Implementasi Social Responsibility

Merencanakan Implementasi pelaksanaan tanggung jawab dilapangan terdapat berbagai pendekatan yang dapat dijadikan pijakan dalam mengimplementasikan praktik tanggung jawab sosial, antara lain : sentralisasi, desentralisasi dan kombinasi. Implementasi tanggung jawab sosial juga dapat dilaksanakan secara self managing, maupun outsourching.

c. Dampak tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social rensponsibility)

Perusahaan dalam menjalannkan tanggung jawab sosialnya tidak hanya untuk memperoleh laba dengan jangka pendek akan tetapi juga berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang.

Priyanto susioladi (“2008:126) mengemukakan bahwa CSR dapat memberi banyak keuntungan, yaitu :

a. “Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik.”

b. “Menurunkan resiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar, karena sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri di sebuah kawasan, dengan jalan membangun kerja sama antar stakeholder”

“yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program- program pengembangan masyarakat sekitar dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait.”

c. “Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang”

sebagai sosial marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan.”

“Susanto (2007) dalam Priyanto Susiloadi (2008) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat enam “manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR, antara lain :”

a. “Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan.”

b. “CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan “membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis.”

c. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan.

d. “CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan “mempererat hubungan antara perusahaan dengan para”

stakeholder nya.

e. Meningkatkan penjualan.”

f. “Insentif-insentif lainnya seperti insentif “pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.”

Implementasi tanggung jawab sosial dalam nilai-nilai ekonomi Islam harus memenuhi beberapa unsur, yaitu :

a. Al-„Adl, Islam mengajarkan keseimbangan sosial dan keseimbangan alam harus tetap terjaga serta mengharuskan setiap orang untuk berbuat adil terhadap hak orang lain, hak lingkungan sosial serta hak alam semesta. Dalam operasional perusahaan/ bisnis, Islam melarang adanya segala bentuk penipuan, gharar (spekulasi), najsh (iklan palsu) dan ihtiqar (penimbunan) yang akan merugikan pihak lain.

b. Al-Ihsan, bisnis yang dilandasi ihsan merupakan bisnis yang dijalankan dengan proses niat, sikap, perilaku serta transaksi yang baik sehingga mampu memberikan keuntungan lebih pada stakeholders. Perusahaan tersebut menjalankan bisnis dengan melakukan kebaikan meskipun tanpa ada unsur paksaan/kewajiban untuk melakukan hal tersbut.

c. Al-Manfa‟ah, konsep manfaat yang diemban perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosial prusahaannya tidak hanya dalam aktivitas ekonomi, melainkan memberikan manfaat yang lebih luas dalam berbagai aspek sosial seperti, pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat ataupun pelestarian lingkungan.

d. Al-Amanah, konsep amanah merupakan niat dan tekad yang harus dijalankan dalam pengelolaan sumber daya manusia ataupun sumber daya alam. Secara makro konsep amanah dapat direalisasikan perusahaan dengan melaksanakan perbaikan sosial dan menjaga keseimbangan lingkungan. Sedangkan secara mikro perusahaan

bertanggung jawab dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan terhindar dari perbuatan tidak terpuji.

C. Islamic Social Reporting (ISR)

1. Pengertian Islamic Social Reporting

ISR pertama kali digagas oleh Hannifa (2002) dalam tulisannya yang berjudul “Social Reporting Disclosure: An Islamic Perspective.”

Munculnya konsep ISR ini berawal dari adanya keterbatasan dalam pelaporan tanggung jawab konvensional, sehingga muncul konseptual ISR ysng sesuai dengan prinsp syariah. Bentuk pelaporan ini akan dipakai oleh lembaga syariah karena menurut beliau tidak etis bagi entitas bisnis yang bergerak dibidang syariah dan melakukan aktivitas sesuai prinsip syariah tapi masih mengacu pada pedoman Bank konvensional.

Pada dasarnya ISR tidak hanya membantu pengambilan keputusan bagi pihak muslim tetapi juga membantu perusahaan dalam pertanggungjawabannya kepada Allah SWT, spiritual, masyarakat, hak minoritas, karyawan dan lingkungan (Fitria dan Hartanti, 2010).

Islam dalam kehidupan senantiasa menuntun umatnya untuk selalu beradaptasi dan berkembang sesuai zaman. Islam tidak membatasi umatnya untuk berinovasi dalam hal bermuamalah selama tidak keluar dari syariat Islam. perusahaan bisnis maupun non bisnis yang menerapkan sistem syariah dalam menjalankan usahanya hendaknya berdasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah (Ahmed et al, 2002).

Islamic Social Reporting merupakan sebuah standar alternatif yang digunakan untuk mengatur pelaporan tanggungjawab sosial perusahaan yang berbasis syariah. Islamic Social Reporting Index

merupakan standar yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution). ISR merupakan dari Social Reporting yang meliputi harapan msyarakat tidak hanya mengenai peran perusahaan dalam perekonoian, tetapi juga peran perusahaan dalam perspektif spiritual.

Islamic Social Reporting adalah standar pelaporan kinerja sosial perusahaan-perusahaan yang berbasis syariah. Indeks ini lahir dikembangkan dengan dasar dari standar pelaporan berdasarkan AAOIFI yang kemudian dikembangkan oleh masing-masing peneliti berikutnya (Fitria dan Hartanti 2010).

Islamic Social Reporting merupakan bentuk tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung jawab lingkungan dengan tidak mengabaikan kemampuan daripada perusahaan yang sesuai dengan prinsip Islam.

Menurut Maliah et al, dalam Abi Rafdi, Islamic Social Reporting (ISR) adalah perluasan dari Social Reporting yang meliputi harapan masyarakat tidak hanya mengenai peran perusahaan dalam perekonomian, tetapi juga peran perusahaan dalam perspektif spiritual.

Dalam ISR, penekanan difokuskan pada keadilan sosial melalui melampaui melaporkan lingkungan, hak minoritas dan karyawan. Ini menyangkut dengan kepentingan dan praktik perdagangan yang tidak adil seperti distribusi pendapatan yang dikenal sebagai zakat.

Menurut Maali dalam Khoirudin ada beberapa hal yang penting dalam Social Reporting dalam perspektif Islam yaitu pemahaman mengenai akuntabilitas, keadilan sosial dan kepemilikan sosial.

Akuntabilitas sangat dipengaruhi oleh antara hubungan individu perusahaan dengan Allah. Hal ini berdasarkan tauhid, yang menegaskan bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. dan segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan perintah-Nya. Keadilan sosial yang dimaksud Maali adalah berlaku adil kepada siapapun. Konsep keadilan sosial meliputi keadilan kepada karyawan, pelanggan dan seluruh anggota masyarakat dimana perusahaan beroperasi. Kemudian yang penting dalam ISR adalah konsep kepemilikan. Islam mengakui adanya kepemilikan individu, tetapi pada hakekatnya segala sesuatu adalah milik Allah SWT sehingga pemilik bertanggung jawab menggunakan sumber 29 daya yang dimilikinya sesuai perintah Allah SWT dan bertujuan memberikan manfaat bagi ummat.

2. Pengukuran ISR bagi Perusahaan

Untuk pengukuran ISR bagi perusahaan, maka bisa digunakan indeks ISR yang mana dalam konsepnya memakai metode analisis isi (content analysis). Analisis isi (content analysis) adalah suatu metode dengan teknik observasi yang bertujuan untuk menganalisis isi (pesan) dari suatu dokumen.

Dalam melakukan identifikasi pengungkapan ISR, dokumen yang dianalisis adalah laporan tahunan perusahaan. Karena di dalamnya mencakup seluruh informasi yang dibutuhkan dalam pengungkapan ISR suatu perusahaan.

Cara yang diambil untuk melakukan content analysis yaitu dengan memberi penilaian (scoring) yang sesuai dengan indeks ISR. Dalam

indeks ISR, terdapat enam (6) indikator yang terdiri 48 item pernyataan.

Untuk penilaiannya, setiap item yang diungkapkan/disebut maka diberi nilai 1, dan nilai 0 untuk item yang tidak diungkapkan.

Indeks ISR adalah item-item pengungkapan yang digunakan sebagai indikator dalam pelaporan kinerja sosial institusi bisnis syariah, adapun beberapa penelitian yang telah mengembangkan Indeks ISR yang terdiri dari enam tema pengungkapan indeks ISR di antaranya (1) Tema Pendanaan dan Investasi, (2) Tema Produk dan Jasa, (3) Tema Karyawan, (4) Tema Masyarakat, (5) Tema Lingkungan Hidup dan (6) Tema Tata Kelola Perusahaan (Othman, 2010).

Pada penelitian ini tedapat 6 tema yang akan diungkapkan, dari ke-6 enam tema tersebut total 53 sub-tema yang dirincikan “sebagai berikut:”

1. Pendanaan dan Investasi (finance & investment)

“Konsep dasar pada tema ini adalah tauhid, halal & haram, dan wajib. Beberapa informasi yang diungkapkan pada” tema ini menurut Haniffa” (2002) “adalah praktik operasional yang mengandung riba, gharar, dan aktivitas pengelolaan zakat.” “Kegiatan yang mengandung riba dilarang dalam Islam, sebagaimana” ditegaskan Allah dalam Al- Quran surat Al-Baqarah ayat 278-279. Salah satu bentuk riba di dunia perbankan adalah pendapatan dan beban bunga.”

“Kegiatan yang mengandung gharar pun merupakan yang terlarang dalam Islam. “Gharar adalah situasi dimana terjadi incomplete information karena adanya uncertainty to both parties. “Contoh transaksi modern yang mengandung riba adalah transaksi lease and purchace,

karena adanya ketidak jelasan antara transaksi sewa atau beli yang berlaku (Karim, 2004). Bentuk lain dari gharar adalah future on delivery trading atau margin trading, jual-beli” valuta asing bukan transaksi komersial (arbitage baik spot maupun forward, melakukan penjualan melebihi jumlah yang dimiliki atau dibeli (short selling), melakukan transaksi pure swap, capital lease, future, warrant, option, dan transaksi derivatif lainnya (Arifin,2009).”

“Aspek lain yang harus diungkapkan oleh entitas syariah adalah praktik pembayaran dan pengelolaan zakat. Entitas syariah berkewajiban”

untuk mengeluarkan zakat dari laba yang diperoleh, dalam fikh kontemporer di kenal dengan istilah zakat perusahaan. Berdasarkan”

“AAOIFI, perhitungan zakat bagi entitas syariah dapat menggunakan dua metode. Metode “pertama, dasar perhitungan zakat perusahaan dengan menggunakan metode net worth (kekayaan bersih). “Metode kedua, dasar perhitungan zakat adalah keuntungan dalam setahun (Hakim,2011). Selain itu bagi bank” syariah berkewajiban untuk melaporkan laporan sumber dan penggunaan dana zakat selama periode dalam laporan keuangan.“

“Pengungkapan selanjutnya yang merupakan penambahan dari”

Othman et al (2009) adalah kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan kebangkrutan klien, neraca dengan nilai saat ini (Current”

Value Balance Sheet), dan laporan nilai tambah (Value added statement).

“Dalam fattwa DSN MUI ditetapkan bahwa pencadangan harus diambil dari dana (modal/ keuntungan) bank. Sedang menurut” AAOIFI, pencadangan disisihkan dari keuntungan yang diperoleh bank” sebelum

dibagikan ke nasabah. Ketentuan PPAP bagi bank syariah juga telah diatur dalam PBI No.5 Tahun 2003.”

“Pengungkapan lainya adalah Neraca menggunakan nilai saat ini”

(current value balance sheet/ CVBS) dan laporan nilai tambah (value added statement/ VAS). Menurut Nurhayati dan Wasilah (2009) metode”

CVBS digunakan untuk mengatasi kelemahan dari metode historical cost yang kurang cocok dengan perhitungan zakat yang mengharuskan”

perhitungan kekayaan dengan nilai sekarang. Sedang VAS menurut Harahap (2008) adalah berfungsi untuk memberikan informasi tentang”

nilai tambah yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu dan kepada pihak mana nilai tambah itu disalurkan. Dua sub-tema ini tidak digunakan dalam penelitian ini, karena belum diterapkan di Indonesia.”

“Menurut Haniffa dan Hudaib (2007) aspek lain yang perlu diungkapkan pada tema ini adalah jenis investasi yang dilakukan oleh”

bank syariah dan proyek pembiayaan yang dijalankan. Aspek ini cukup diungkapkan secara umum.”

2. Produk dan jasa (products and services)

“Menurut Othman et al (2009) beberapa aspek yang perlu diungkapkan pada tema ini adalah status kehalalan produk yang digunakan dan pelayanan atas keluhan konsumen. Dalam konteks”

perbankan syariah, maka status kehalalan produk dan jasa baru yang”

digunakan adalah melalui opini yang disampaikan oleh DPS untuk setiap produk dan jasa baru.”

Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan independen yang”ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada bank syariah. Anggota DPS harus terdiri dari para pakar di bidang syariah muamalah” dan pengetahuan umum bidang perbankan. Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN. Oleh karenanya setiap produk baru bank syariah harus mendapat persetujuan dari DPS (Wiroso,2009). Hal ini penting bagi pemangku kepentingan Muslim untuk mengetahui apakah produk bank syariah terhindar dari hal- hal yang dilarang syariat.

“Selain itu pelayanan atas keluhan nasabah harus juga menjadi”

prioritas bank syariah dalam rangka menjaga kepercayaan nasabah.

Saat ini hampir seluruh bisnis mengedepankan aspek pelayanan bagi”

“konsumen atau nasabah mereka. Karena pelayanan yang baik akan berdampak pada tingkat loyalitas nasabah.”

“Hal lain yang harus diungkapkan oleh bank syariah menurut”

Hanifa “dan Hudaib (2007) adalah glossary atau” defenisi “setiap produk serta akad yang melandasi produk tersebut. Hal ini” meningkatkan “akad- akad di bank syariah menggunakan istilah-istilah yang masih asing bagi masyarakat, sehingga perlu informasi terkait” defenisi “akad-akad tersebut agar mudah” untuk “dipahami oleh pengguna informasi.”

3. Karyawaan (employees)”

Pada indeks “ISR segala yang berkaitan dengan karyawan”

berasal “dari konsep etika, amanah dan keadilan. Menurut Haniffa (2002)

dan Othman dan” Thai (2010) menerangkan “bahwa masyarakat muslim ingin mengetahui apakah karyawan-karyawan perusahaan diperlakukan secara adil dan wajar” melalui informasi yang dipaparkan. Beberpa informasi yang “berkaitan dengan karyawan menurut Haniffa” (2000) “dan Othman et al (2009)” yaitu tunjangan karyawan, hari libur, jam kerja pendidikan dan pellatihan bagi Karyawan.

Ada “beberapa aspek lainya yang ditambahkan oleh Othman et al (2009) adalah kebijakan remunerasi untuk karyawan, kesamaan peluang”

“karir bagi seluruh karyawan baik pria maupun wanita, kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, keterlibatan karyawan dalam beberapa”

kebijakan perusahaan, karyawan dari kelompok khusus seperti cacat fisik atau korban narkoba, tempat ibadah yang memadai, serta waktu atau”

“kegiatan keagamaan untuk karyawan. Selain itu, Haniffa dan Hudaib”

(2007) juga menambahkan beberapa aspek pengungkapan berupa”

kesejahteraan karyawan dan jumlah karyawan yang dipekerjakan.”

4. Masyarakat (community iInvolvement)

“Konsep yang mendasar pada tema masyarakat “adalah ummah, amanah dan „adl.” Islam mengajarkan “kepada umatnya untuk saling membantu antar sesama. Bentuk saling berbagi dan tolong-menolong bagi bank syariah dapat dilakukan dengan” melakukan sedekah, wakaf dan qard. Jumlah dan pihak” yanng akan “menerima bantuan harus diungkapkan dalam laporan tahunan bank syariah.”

Pada tema tersebut yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sedekah, wakaf dan pinjaman kebijakan (Haniffa 2002). Sedangkan pada aspek lainnya menurut “Othman et al (2009) adalah sukarelawan dari

kalangan karyawan, pemberian beasiswa pendidikan, pemberdayaan kerja para lulusan sekolah atau mahasiswa berupa magang,”

pengembangan generasi muda, peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat miskin, kepedulian terhadap anak-anak, kegiatan amal atau”

sosial dan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan kesehatan, hiburan, olahraga, budaya, pendidikan dan agama.”

5. Lingkungan hidup (environment)

Konsep yang mendasari tema tersebut adalah mizan, i‟tidal, khalifah dan akhirah. Konsep-konsep tersebut menekankan pada prinsip keseimbangan, kesederhanaan dan tanggung jawab dalam” rangka

“menjaga lingkungan” sekitar. “Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga, memelihara dan” melestarikan “bumi. Allah menyediakan bumi dan seluruh isinya termasuk lingkungan” yaitu “untuk manusia kelola tanpa harus merusaknya. Namun watak dasar manusia yang rakus telah merusak lingkungan.”

Allah berfirman dalam QS. Ar-Ruum ayat 41 yang artinya: “telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Pada penelitian ini informasi yang diungkapkan dalam tema lingkungan hidup adalah perbaikan lingkungan hidup, tidak membuat polusi lingkungan hidup, pendidikan mengenai lingkungan hidup, penghargaan di bidang lingkungan hidup dan sistem manajemen lingkungan (Haniffa 2002; Othman et al 2009; Haniffa dan Hidaib 2007).

Dokumen terkait