III METODE
3.2 Model
Model Pendugaan IHK-KP Kabupaten/Kota
Penghitungan IHK-KP dilakukan berdasarkan hasil proses data harga konsumen di setiap kota IHK di Indonesia. Pendugaan langsung diperlukan dalam mengestimasi pendugaan area kecil IHK-KP (Pusponegoro et al. 2021).
Penduga langsung diperoleh dari SHK oleh BPS. SHK merupakan survei nonprobabilistik atau purposif, baik kabupaten/kota maupun komoditas dipilih secara proporsif. Artinya, peluang penarikan contoh kabupaten/kota dan komoditas barang atau jasa tidak diketahui. Oleh karena itu, statistik IHK diberikan pembobot khusus yang berasal dari SBH. Pembobot ini bukan bersumber dari peluang penarikan contoh. Statistik IHK-KP 2019 diduga dengan rumus rataan terboboti dengan memanfaatkan pembobot hasil SBH 2012. Penduga langsung tersebut dalam penelitian ini disebut penduga weighted proporsive sampling (WPS).
Statistik IHK-KP ke- g untuk kabupaten/kota ke- π diduga dengan mengacu pada persamaan (2.4) yaitu dengan persamaan WPS sebagai berikut:
π¦Μπππππ = 1
βππππ=1π€πππβππ=1ππ π€ππππ¦Μπππ (3.1) dengan π = 1,2, β¦ , πππ, π = 1,2, β¦ , π, dan π = 1,2, β¦ , πΊ, π€πππ dan π¦Μπππ masing-masing adalah pembobot dan statistik IHK subkelompok pengeluaran ke-π, kabupaten/kota ke-π, kelompok pengeluaran ke-π dan πππ banyaknya subkelompok pengeluaran di kabupaten/kota ke-π pada kelompok pengeluaran ke-π. Untuk KTG penduga langsung WPS IHK-KP kabupaten/kota ke-π pada kelompok pengeluaran ke- π dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
πΎππΊ(π¦Μπππππ) = π π¦πππ
2
(βππππ€πππ
π=1 )
2[βππ=1ππ π€πππ2 ] (3.2) dengan π = 1,2, β¦ , πππ, π = 1,2, β¦ , π, dan π = 1,2, β¦ , πΊ, dan π π¦2πππ = (πππβ 1)β1βππ=1ππ(π¦Μππβ π¦Μπππ)2.
Peubah Keterangan
π₯16 Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan untuk barang dan jasa
π₯17 Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan untuk pakaian, alas kaki dan tutup kepala
π₯18 Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan untuk barang-barang yang tahan lama
π₯19 Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan untuk pajak dan asuransi π₯20 Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan untuk keperluan pesta dan
upacara
20
Dalam pendugaan area kecil pada penelitian ini dilakukan dengan menduga IHK-KP kota contoh terlebih dahulu, setelahnya melakukan pendugaan IHK-KP kota nircontoh dan kemudian menduga IHK-T kabupaten/kota. Model level area adalah model dasar pengembangan dalam pendugaan area kecil. Berikut formulasi model pendugaan area kecil IHK-KP kabupaten/kota yang dinyatakan sebagai berikut:
(i) Model populasi, untuk π = 1,2, β¦ , π
π¦ππ = πΜπππ»π·π+ (πππβ πΜππ)π·π+ π’ππ + πππ (3.3) (ii) Model prediksi area contoh, untuk π = 1,2, β¦ , π
π¦Μππ= πΜπππ»π·Μπ+ (πππβ πΜππ)π·Μπ+ π’Μππ (3.4) (iii) Model prediksi area nircontoh untuk πβ = π + 1, π + 2, β¦ . , π π¦Μππβ = πΜππβπ»π·Μπ (3.5) dengan π¦ππ, π¦Μππdan π¦Μππβ adalah IHK-KP dan penduganya untuk area contoh dan area nircontoh kabupaten/kota ke-π pada kelompok pengeluaran ke-π. πΜπππ» dan πΜππβπ» merupakan vektor peubah penyerta area yang mengandung galat pengukuran untuk masing-masing kota contoh dan nircontoh yang tersedia di kabupaten/kota ke-π kelompok pengeluaran ke-π. π’ππ dan π’Μππ merupakan pengaruh acak area dan penduganya. π·π dan π·Μπ adalah vektor parameter pengaruh tetap area dan penduganya, serta πππ merupakan galat percobaan.
Pendugaan area kecil IHK-KP kota contoh dilakukan dengan dengan tiga metode pendugaan area kecil yaitu metode SAE EBLUP-FH, pendugaan dilakukan dengan persamaan (2.12) dengan mengasumsikan π₯Μπ adalah nilai sebenarnya. Pendugaan dengan metode SaeME level area Ybarra-Lohr, dilakukan dengan metode EBLUP modifikasi Ybarra-Lohr seperti pada persamaan (2.21). Pendugaan selanjutnya adalah dengan pendekatan Bayes Berhierarki yang diusulkan oleh Arima et al. (2015) pada hierarki persamaan (2.23). Implementasi prosedur bayesian dilakukan dengan simulasi markov chain monte carlo. Dalam pengolahannya dilakukan dengan menggunakan software R yaitu package βmcmcsaeβ, pembentukan sebaran prior yang digunakan berdasarkan default dari software tersebut.
Model Pendugaan IHK-T Kabupaten/Kota
Pendugaan IHK Umum atau IHK total (IHK-T) kabupaten/kota pada area contoh dan nircontoh diduga dengan penduga WPS, dengan persamaan sebagai berikut:
π¦Μπ =β 1
π€ππ πΊπ=1
βπΊπ=1π€πππ¦Μππ (3.6) dengan π€ππ dan π¦Μππ masing-masing adalah pembobot dan nilai prediksi IHK- KP kabupaten/kota ke-π dan kelompok pengeluaran ke-π dengan pengeluaran ke-π, kabupaten/kota ke-π, kelompok pengeluaran ke-π, π = 1,2, β¦ , 27 dan π = 1,2, β¦ , 7.
21 3.3 Metode
Tahapan Data Simulasi
Terdapat dua simulasi yang dilakukan pada penelitian ini. Simulasi diadaptasi dari Arima et al. (2015) dengan menambah skenario pada ragam peubah acak. Simulasi pertama dilakukan untuk melihat kondisi galat pengukuran yang berbeda di setiap area sedangkan simulasi kedua dilakukan dengan membuat skenario yang berbeda pada peubah penyerta. Sebagian syntax R untuk analisis data simulasi ditampilkan pada Lampiran 1. Langkah- langkah dari kedua simulasi adalah sebagai berikut (Gambar 1):
1. Menentukan banyaknya area kecil yaitu π = 20.
2. Membangkitkan pengaruh acak area (π’π) dengan dua skenario yaitu π’1π~π(0, π2 = 2) dan π’1π~π(0, π2 = 4) dengan π = 1,2,3 β¦ π.
3. Membangkitkan galat pengambilan sampel ππ~π(0,1).
4. Peubah penyerta yang mengandung galat pengukuran nantinya akan dibangkitkan dengan data galat area peubah penyerta (π£π) dengan π£π~π(0, ππ ). Terdapat tiga skenario ragam (ππ) yang ditentukan sebagai konstanta ππ π {0, π} di mana π = 2, 3, dan 4. Kedua simulasi dilakukan dengan 100 iterasi. Perbedaan skenario dan tahapan selanjutnya dari dua simulasi dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4 Tahapan kajian simulasi
Simulasi 1 Simulasi 2
5. Menentukan nilai πΌ = 1 6. Menentukan nilai π½ = 3
7. Membangkitkan satu peubah penyerta dari sebaran Normal yaitu π₯π~π(5,9).
8. Dari setiap iterasi akan dibangkitkan
ππ = πΌ + π½π₯π + π’π dan π¦π = ππ + ππ,
9. Membangkitkan peubah penyerta yang mengandung galat pengukuran dari persamaan π₯Μπ = π₯π+ π£π.
10. Akan dilakukan beberapa skenario ππ{0,20,50,80,100}
dengan π merupakan persentase area kecil dengan peubah penyerta yang diukur mengandung error ππ π {0, π} , misal π = 80% dan ππ = 2 berarti 80% area kecil dengan peubah penyerta yang diukur mengandung error ππ = 2, dan sisanya bernilai 0.
5. Menentukan nilai πΌ = 1
6. Menentukan nilai π½ dengan dua skenario π½1 = 3 dan π½2 = 5 7. Membangkitkan dua peubah
penyerta yaitu π₯1π~π(5, π = 3) dan π₯2π~π(3, π = 5)
8. Dari setiap iterasi akan dibangkitkan
ππ = πΌ + π½1π₯1π+ π½2π₯2π + π’π dan π¦π = ππ + ππ,
9. Membangkitkan peubah penyerta yang mengandung galat pengukuran dari persamaan yaitu π₯Μ1π = π₯1π+ π£π dan π₯Μ2π = π₯2π+ π£π 10. Pemodelan dibangun dengan dua
skenario:
a. 1 peubah penyerta
mengandung galat pengukuran dan 1 peubah tidak
mengandung galat pengukuran b. kedua peubah penyerta
mengandung galat pengukuran
22
Mulai
Pembentukan Rancangan Simulasi
Pembangkitan Peubah Penyerta dan Peubah Amatan
Simulasi 1
Pembangkitan Peubah Penyerta dan Peubah Amatan
Simulasi 2
Penghitungan rata-rata bias dan rata-rata KTG
Simulasi 1
Penghitungan rata-rata bias dan rata-rata KTG
Simulasi 2
Membandingkan rata-rata bias dan rata-rata KTG
Simulasi 1
Membandingkan rata-rata bias dan rata-rata KTG
Simulasi 2
Selesai Selesai
Pendugaan Area Kecil Simulasi 1
Pendugaan Area Kecil Simulasi 2
Gambar 1 Bagan alir tahapan data simulasi 1 dan simulasi 2 11. Menghitung penduga parameter dengan:
a. Metode pendugaan langsung π¦π,
b. Metode SAE EBLUP-FH (πΜππΉπ»), Pendugaan SAE level area yang akan dilakukan dengan metode EBLUP, persamaan (2.12) dengan mengasumsikan π₯Μπ adalah nilai sebenarnya.
c. Metode SAEME level area Ybarra-Lohr (πΜπππΈ),. Pendugaan SAEME level area yang akan dilakukan dengan metode EBLUP modifikasi Ybarra-Lohr, persamaan (2.21).
d. Metode penduga area kecil bayes berhierarki dengan galat pengukuran yang diusulkan oleh Arima et al. (2015) (πΜππ»π΅),. Implementasi prosedur bayesian dilakukan dengan simulasi markov chain monte carlo. Dengan membangkitkan 2 rantai, 10000 iterasi, burning period sebanyak 5000 dan thin sebanyak 20.
12. Menghitung bias dan akar kuadrat tengah galat penduga pada semua metode pendugaan. Hasil penghitungan tersebut kemudian dihitung rata-
23 rata bias dan rata-rata kuadrat tengah galat (KTG) dari 100 ulangan untuk semua skenario.
π ππ‘π β πππ‘π π΅πππ = πΎβ1βπΎπ=1(πβ1βππ=1(πΜπββ ππ)) (3.7) π ππ‘π β πππ‘π πΎππΊ = πΎβ1βπΎπ=1(πβ1βππ=1(πΜπββ ππ)2) (3.8)
dengan πΜπβ yang merupakan pendugaan dari masing-masing metode.
13. Membandingkan nilai rata-rata bias dan rata-rata KTG semua metode pendugaan. Metode yang lebih baik adalah metode dengan nilai rata-rata KTG yang lebih kecil.
Tahapan Data Riil
Dalam melakukan kajian terhadap data riil akan dilakukan dengan program R. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut (Gambar 2):
1. Mempersiapkan data yang akan digunakan. Peubah respons yang digunakan adalah IHK-KP Januari 2019 dengan daftar peubah respons pada Tabel 2 dan peubah penyerta yang diperoleh dari SUSENAS 2019 (Tabel 3). Melakukan eksplorasi data IHK tersebut.
2. Mengeksplorasi IHK kabupaten/kota contoh di Provinsi Jawa Barat.
3. Melakukan pendugaan langsung IHK-KP kabupaten/kota contoh dengan penduga WPS serta melakukan pendugaan KTG penduga WPS.
4. Menghitung korelasi antara peubah penyerta dengan IHK-KP dan memilih peubah penyerta yang digunakan untuk pendugaan tidak langsung dengan melihat nilai korelasinya.
5. Memodelkan IHK-KP dengan pemodelan SAE EBLUP FH, SAEME Ybarra-Lohr dan SAEME Bayes Berhierarki dengan peubah penyerta mengandung galat pengukuran
6. Melakukan pendugaan parameter model untuk SAE EBLUP FH, SAEME Ybarra-Lohr dan SAEME Bayes Berhierarki dengan peubah penyerta mengandung galat pengukuran
7. Melakukan pendugaan area kecil IHK-KP kota contoh serta melakukan pendugaan kuadrat tengah galat (KTG) dan akar kuadrat tengah galat relatif (AKTGR).
8. Membandingkan hasil penghitungan KTG dan rata-rata AKTGR dari masing-masing metode.
9. Melakukan pendugaan area kecil IHK-KP kota nircontoh berdasarkan hasil koefisien π·Μπ sesuai dengan persamaan (3.5). KTG pendugaan IHK-KP kota nircontoh didekati dengan persamaan berikut:
V(π¦Μππβ) = (πΜππβπ)π»πΊπ¬(π·Μπ)π (3.9) Diasumsikan bahwa bias penduga dapat diabaikan, sehingga πΎππΊ(π¦Μππβ) β V(π¦Μππβ) dan π΄πΎππΊ(π¦Μππβ) = βπΎππΊ(π¦Μππβ)
24
10. Melakukan Pendugaan IHK Umum atau IHK Total (IHK-T) kabupaten/kota pada area contoh dan nircontoh diduga dengan penduga WPS dengan persamaan (3.6).
Mulai
Eksplorasi Data
Selesai Data IHK, Data SBH
dan Data Susenas
Pendugaan Langsung IHK-KP dengan Penduga WPS
Pemodelan IHK-KP dengan EBLUP-FH, SaeME, SaeME HB
Pendugaan Area Kecil IHK-KP dan KTG serta AKTGR dan
Membandingkannya
Pendugaan Area Kecil untuk Kabupaten/Kota Nircontoh dan
Pendugaan KTGnya
Pendugaan IHK-T Penghitungan Korelasi dan
Pemilihan Peubah Penyerta
Pendugaan Parameter Model EBLUP-FH, SaeME, SaeME HB
Gambar 2 Bagan alir tahapan data riil
25