• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. DeskripsiTeoritis

3. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Mengingat tuntutan kompetensi yang harus dicapai oleh anak didik, perlu adanya perubahan dalam strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang seharusnya dikembangkan diharapkan dapat melayani dan memfasilitasi peserta didik untuk mampu berbuat dan melakukan sesuatu.

Adapun Soekamto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan dan mengorganisasikan pengalaman belajar mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh guru yang pada dasarnya untuk memberikan kemudahan pada siswa untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu. Pengembangan model pembelajaran sangat tergantung dari karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga tidak ada model pembelajaran tertentu yang diyakini sebagai model pembelajaran yang paling baik. Semua tergantung situasi dan kondisinya.

17 Agus Suprijono, Cooperatif Learning, (Surabaya: Pustaka Belajar,2009), h. 54.

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut.18

Akhirnya, dengan penerapan model yang baik dalam proses pembelajaran akan memungkinkan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar akan selalu aktif, kreatif, dan inovatif dalam belajarnya, sehingga akan memungkinkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan akan tercapai dengan efektif dan efesien. Secara otomatis ketika model pembelajaran yang diterapkan merangsang peserta didik untuk belajar dengan diberi kebebasan dalam mengkonstruksi pengetahuan secara individu akan memotivasi peserta didik untuk belajar bersma-sama maupun secara pribadi.

b. Model Pembelajaran Inside Outside Circle(IOC)

Model Pembelajaran Inside Outside Circle dikembangkan oleh Spencer Kagan dan merupakan pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar, di mana siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.19Inside outside circle juga

18Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 23-24.

19Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), h.

173.

merupakan model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. Anggota kelompok lingkaran luar menghadap ke dalam. Antara anggota lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan, di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah secara jarum jam sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru.

Adapun informasi yang saling dibagikan meruapakan isi materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Pada saat berbagi informasi, semua siswa akan saling memberi dan menerima informasi pembelajaran. Tujuan model pembelajaran ini adalah melatih siswa belajar mandiri dan berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu juga melatih kedisiplinan dan ketertiban.20

Adapun langkah-langkah pembelajarandengan model pembelajaran kooperatif tipeIOCmenurut Aris Shoimin adalah sebagai berikut :

20Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 87.

1. Pendahuluan Fase 1: Persiapan

a) Guru melakukan apersepsi.

b) Guru menjelaskan tentang pembelajaran inside outside circle.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

d) Guru memberikan motivasi.

2. Kegiatan Inti

Fase 2: Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe IOC

a) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-4 orang.

b) Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari informasi berdasarkan pembagian tugas dari guru.

c) Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan.

d) Setelah selesai, seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok).

e) Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.

f) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

g) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

h) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.

i) Pergerakan baru dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali.

3. Penutup

Fase 3: Penutup

a) Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari materi yang telah didiskusikan

b) Siswa diberi PR21

Langkah-langkah model pembelajaran inside outside circle (IOC) menurut Spencer Kagan adalah sebagai berikut:

1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar.

2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama menghadap ke dalam.

3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

21 Ibid, h. 88.

4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.

5. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian seterusnya.22

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe IOC adalah sebagai berikut :

2. Kelebihannya

a. Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukkan dalam pelajaran.

b. Kegiatan ini dapat membangun sifat kerja sama antar siswa.

c. Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan.

3. Kekurangannya

a. Membutuhkan ruang kelas yang besar.

b. Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau.

c. Rumit untuk dilakukan.23

c. Model PembelajaranStudent Team Acheivement Devison (STAD)

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Acheivement Divison(STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin

22Diyah Widyatun, “Model Pembelajaran inside outside circle (Lingkaran Besar-Lingkaran Kecil)”, Jurnal Bidan Diah, (April, 2012), h. 3.

23Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 90.

dan koleganya di Universitas Jhon Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam satu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajaran dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain, dan atau melakukan diskusi.24

Adapun langkah-langkahmodel pembelajaran kooperatif tipe STADmenurut Robert Slavin dalam bukunya Aris Shoimin adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Guru memberikan kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

24Ibid, h. 186.

3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota, di mana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda.

4. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama- sama, saling membantu antar anggota lain serta membahas tugas yang diberikan guru.

5. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu.

6. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

7. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.25

Adapun menurut Agus Suprijono, langkah-langkahmodel pembelajaran kooperatif tipe STADadalah sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat

25Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 188.

menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

5. Memberi evaluasi.

6. Kesimpulan.26

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipeSTAD adalah sebagai berikut :

1. Kelebihannya

a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

d. Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

e. Meningkatkan kecakapan individu.

f. Tidak bernilai kompetitif.

g. Tidak memiliki rasa dendam.

26 Agus Suprijono, Cooperatif Learning, (Surabaya: Pustaka Belajar,2009), h. 133.

2. Kekurangannya

a. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

c. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

d. Membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.27

4. Pembelajaran IPS Terpadu di Kelas VIII SMP/MTs

Pembelajaran IPS merupakan salah satu Implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), sampai denganSekolah Menengah Atas (SMA/MA). Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman lansung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.

Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran sosial lainnya. Ciri khas IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah

27Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 189.

sifat terpadu dar sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi atau bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.28

Dengan demikian peserta didik dilatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang releven akan membentuk skema (konsep), sehingga peserta didik akan memperoleh kebutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan kebutuhan belajar, pengetahuan serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dari dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

Pengertian IPS ditingkat persekolahan mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan dari sejumlah mata pelajaran. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi

28 Sapriya, Pendidikan IPS-Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), h. 7-8.

dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.29

Mata pelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar peka terhadap masalah social yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpagan yang terjadi dan terampil mengatasi setuap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.30

F. Kerangka Berpikir

Dalam dunia pendidikan sering kali ditemukan permasalahan- permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas.

Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain : kurangnya keaktifan siswa dalam belajar, rendahnya prestasi belajar siswa, dan kurangnya motivasi serta minat siswa dalam belajar. Semua permasalahan tersebut erat kaitannya dengan kondisi siswa, karakteristik pokok bahasan dan model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar.

Dalam pembelajaran, kebanyakan guru masih terpaku pada sistem pembelajaran yang berpusat pada guru bukan pada siswa. Hal ini mengakibatkan interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa belum maksimal. Pembelajaran yang berpusat pada guru ini kurang memotivasi siswa dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Selain itu guru kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak

29Ibid, h. 31.

30 Trianto, Model-Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 194.

melakukan pembelajaran yang bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya adalah motivasi siswa sulit ditumbuhkan.

Apabila motivasi siswa tinggi maka kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar juga akan tinggi sehingga siswa akan aktif dalam bertanya, aktif dalam menyelesaikan masalah, aktif dalam berdiskusi dan aktif dalam mengemukakan pendapat.

Model pembelajaranIOCdan STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa dapat berbagi informasi atau berdiskusi dengan pasangan yang berbeda secara singkat dan teratur. Keuntungan dari model pembelajaran kooperatif ini antara lain diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa secara maksimal, cocok untuk tugas sederhana, menjamin semua siswa dapat berbagi informasi dan pengetahuan dengan pasangan yang berbeda dan interaksinya lebih mudah. Sehingga dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe IOCmaupun STAD diharapkan agar siswa dapat berperan lebih aktif melalui interaksi antar siswa sehingga motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan paparan di atas, maka bagan kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.31Pendapat lain menyatakan bahwa : “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.32 Jadi hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yangakan diuji kebenarannya.

Adapun hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja atau alternatif

1. Ha:Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC) Efektif dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMPN 6 Satu Atap Praya Barat Daya Tahun Pelajaran 2016/2017.

31Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 110.

32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 64.

Motivasi Belajar

Motivasi Belajar Model Pembelajaran Inside

Outside Circle (IOC)

Model Pembelajaran Student Team Achievement Devision

(STAD)

2. Ha : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Acheivement Devision (STAD) efektifdalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMPN 6 Satu Atap Praya Barat Daya Tahun Pelajaran 2016/2017.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan sebuah perencanaan terkait tentang sistematika pelaksanaan penelitian. Sebagaimana dikemukakan bahwa:

“desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian tertentu”.33

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian eksperimen dalam bentuk One-Group Pretest-Posttet Design. Dalam penelitian ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan.

Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Eksperimen Bentuk One-Group Pretest-Posttet Design

Keterangan:

01 = nilai pretest (sebelum diberi diklat) 02 = nilai posttest (sesudah diberi diklat)34

33 Nasution, Metode Research, (Jakarta:Rineka Cipta, 2007), h. 23.

34Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R &

D(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 111.

36

01 X02

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh- tumbuhan, udara, gejala, nilai, pristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.35

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan populasi penelitian adalah seluruh SiswaKelas VIII SMPN 6 Satu Atap Praya Barat Daya Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 55 siswa.

Tabel 3.1 Keadaan populasi siswa kelas VIII di SMPN 6 Satu Atap PRABARDA Tahun Pelajaran 2016/201736

NO Kelas Jumlah

Siswa

1 VIIA 18

2 VIIB 18

3 VIIC 19

Jumlah 55

b. Sampel

Menurut sugiyono sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.37Ardhana Wayan dalam Supardi dijelaskan bahwa sampel adalah sejumlah unsur yang

35Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 99.

36 Sumber: Data SMPN 6 Satu Atap Praya Barat Daya Tahun Pelajaran 2016/2017.

37Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2013), h.118

terbatas yang dipilih sebagai wakil yang representatif dari populasi.38 Jadi sampel merupakan sebagian dari populsi yang dipilih oleh peneliti sebagai wakil dari populasi yang representatif yang dijadikan subyek dalam penelitian untuk memudahkan peneliti untuk mendapatkan dan mengumpulkan data di lokasi penelitian.

Dalam pengambilan anggota sampel dari populasi memerlukan teknik sampling atau metode sampling. Sehubungan dengan penelitian ini pengambilan sampel didasarkan atas hal-hal sebagai berikut:

1) Anggota sampel terdiri dari siswa kelas A dan B di SMPN 6 Satu Atap Praya Barat Daya.

2) Anggota sampel terdiri dari siswa yang mendapatkan model pembelajaran IOC dan STAD.

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sampling claster. “Sampling claster adalah proses pemilihan sampel secara individual dalam populasi tersebut”.

Sampling claster yang dimaksud disini adalah dari banyaknya kelas VIII A, B, C SMPN 6 Satu Atap Praya Barat Daya Tahun Pelajaran 2016/2017 dipilih dua kelas terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai sampel.

Adapun cara menentukan kelas eksperimen dan sampel adalah:

38 Supardi, Bacaan Cerdas Menyusun Skripsi (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2010), h. 89.

a) Cara menentukan kelas eksperimen adalah dengan cara memilih satu dari ketiga kelas tersebut yang akan dijadikan sampel, dan peneliti memilih kelas A untuk menjadi sampel penelitiannya. Hal ini dilihat dari cara mereka menanggapi mata pelajaran yang diajarkan oleh guru dan peneliti menganggap model pembelajaran yang akan disampaikan lebih cocok digunakan untuk kelas ini.

b) Adapun kelas sampel yang akan diambil adalah kelas B, diamana kelas B sangat berdekatan dengan kelas eksperimen lebih jelasnya kelas A.

4. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan utntuk mengukur penomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua penomena yang disebut variabel penelitian.39

Instrument pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini memiliki peranan yang penting untuk keseluruhan pengelolaan proses penelitian tersebut akan diperoleh data yang akan ditarik kesimpulan. Sehubungan dengan penelitian ini, maka untuk memudahkan dan memperlancar peneliti, peneliti menggunakan beberapa instrument, diantaranya :

a. Angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan

39Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 102.

atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.40 Dalam penjelasan lain angket adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis. Angket dapat dibagi menurut sifat jawaban yang digunakannya yaitu angket tertutup, terbuka, dan kombinasi kedua macam angket itu. Dalam penelitian ini angket yang digunakan peneliti adalah angket tertutup yaitu responden menjawab beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan tentang identitas pribadinya dan angket ini juga peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa.Angket dalam penelitian ini adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mengajukan berbagai macam pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu/responden dan diminta menjawabnya secara tertulis pula.

Sesuai dengan pedoman yang dikemukakan di atas, maka dapat dikembangkan kisi-kisi instrumen penyusunan angket tentang efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (IOC) dan tipe student team acheivement devision (STAD) dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.Berikut adalah kisi-kisi instrumen yang menjadi soal angket dalam penelitian ini.

40Ibid, h. 199.

( )( )

{

( )

} {

( ) }

= 2 2 2 2

X

N X N Y Y

Y X XY

rxy N

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar41 Variabel

Penelitian Indikator No.Item

Motivasi Belajar

Adanya hasrat dan keinginan

berhasil 1,2,3,4

Adanya dorongan dan kebutuhan

dalam belajar 5,6,7,8

Adanya harapan dan cita-cita masa

depan 9,10

Adanya penghargaan dalam belajar 11 Adanya kegiatan yang menarik

dalam belajar 12,13

Adanya lingkungan belajar yang

kondusif 14,15

a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1) Validitas

Validitas tiap item ditentukan dengan teknik korelasi product moment dengan rumus:42

Keterangan:

= Koofisien korelasi product moment

41http://pendidikan ekonomi.com/2014/10/indikator-motivasi-belajar.html. Diambil pada tanggal 7 Mei 2016, pukul 09.30 WITA.

42Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 255.

N = Jumlah responden (sampel)

∑ = Jumlah skor per item

∑ = Jumlah skor total

∑ = Jumlah hasil kali skor per item dengan skor total 2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan atau keajengan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.43

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengujian reliabilitas instrument secara internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara percobaan instrument sekali saja. Kemudian hasil yang diperoleh digunakan untuk memprediksi realibilitas instrument. Untuk pengujian realibilitas instrument peneliti menggunakan teknik belah dua dari Spearman Brown (split help) dengan rumus, yaitu:

2 1

Keterangan :

ri : Realibilitas internal seluruh instrument

rb : Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.44

43Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 6.

44Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 185.

Dokumen terkait