• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI & PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

2. Model pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Banyak upaya pendidik dalam memaksimalkan pengajaran salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai tujuannya adalah untuk mempermudah peserta didik memahami pembelajaran yang disampaikan pendidik. (Winaputra, 2005, hal. 3) dalam jurnal (Tayeb, 2017, hal. 48) menyatakan model pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah kerangka konseptual pembelajaran yang dijadikan suatu pedoman.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang dapat menggambarkan prosedur sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kemudian (Wulandari, Sunarto, & Totalia, 2016) mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pedoman yang dimiliki pendidik untuk menjalankan aktivitas belajar. (Joyce, et all., 2011, hal. 4) dalam jurnal (Jayawardana & Djukri, 2015) mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan pedoman kegiatan pembelajaran, termasuk penentuan perangkat apa saja yang dibutuhkan seperti buku, komputer, kurikulum, film, dan lain- lain.

(Suprijono, 2009, hal. 41) menyatakan model pembelajaran

merupakan hasil turunan teori belajar dan teori psikologi pendidikan yang

dibuat berdasarkan penerapan kurikulum dan penerapannya di kelas.

18

Model pembelajaran juga dapat digunakan untuk menyusun kurikulum, menyusun materi, dan pedoman bagi pendidik. Wahab (2005) dalam jurnal (Muizaddin & Santoso, 2016) mengatakan bahwa model pembelajaran dapat mempermudah pendidik dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik karena pendidik memliki bearagam alternatif cara menyampaikan pembelajaran.

Dari beberapa definisi model pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan prosedur sistematis berupa kerangka konseptual yang direncanakan oleh pendidik yang dijadikan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar untuk mempermudah peserta didik memahami pembelajaran yang telah disampaikan pendidik.

Ada banyak alternatif model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik, model pembelajaran yang beragam tentunya memiliki tujuan yang berbeda-beda sesuai kebutuhannya. Pendidik juga dituntut untuk menguasai model pembelajaran karena penguasaan model pembelajaran dapat menentukan keberhasilan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Suprihatiningrum, 2013, hal. 43) dalam jurnal (Persada, 2016) menyatakan bahwa model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman pendidik, model pembelajaran memiliki beberapa ciri khusus sebagai berikut:

1)

Rasional teoritik yang dikembangkan.

2) Landasan pemikiran yang difokuskan pada tujuan pembelajaran.

3) Tingkan laku pembelajaran yang dibutuhkan untuk keberhasilan belajar.

4) Lingkungan Belajar yang dibutuhkan agar tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut (Putriani & Rahayu, 2018) model Discovery Learning

merupakan model pembelajaran berbasis penemuan dapat membuat

peserta didik lebih aktif karena dalam proses pembelajarannya peserta

didik menemukan informasi dan mentransfer informasi yang didapat untuk

memecahkan masalah. Model pembelajaran Discovery Learning dibentuk berdasarkan teori konstruktivisme (Fitriyah, Murtadlo, & Warti, 2017).

Pembelajaran kontruktivisme merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat melatih peserta didik membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri, sehingga dari pengalaman belajar ini membuat peserta didik lebih bertanggung jawab dalam kegiatan belajar karena peserta didiklah yang membuat strategi penemuan konsep tersebut (Rufii, 2015). (Mutmainna &

Ferawati, 2015) menyatakan bahwa model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk menemukan informasi secara mandiri, dalam hal ini pendidik tidak menyampaikan pelajaran secara seluruhnya melainkan memberikan peluang untuk peserta didik menemukan sendiri jawabannya, sehingga peserta didik ditekankan untuk memiliki kesiapan mental dan keinginan yang kuat dalam proses belajarnya .

Menurut (Rosarina, Sudin, & Sujana, 2016) model pembelajaran Discovery Learning menekankan pada kemampuan fisik dan mental peserta didik yang tujuannya adalah meningkatkan semangat dan konsentrasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini ditunjukan dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa peserta didik semakin aktif menyelesaikan tugas dan berbicara saat proses pembelajaran berlangsung. Kemudian Sund menjelaskan bahwa tugas pendidik dalam kegiatan belajar mengajar yang menerapkan model Discovery Learning hanya membimbing peserta didik dan memberikan instruksi, model Discovery Learning merupakan suatu proses mental, yang diantaranya adalah: mengamati, memahami, menggolongkan, mengukur, menjelaskan, membuat dugaan, membuat kesimpulan, dan lain-lain. (Mutmainna &

Ferawati, 2015)

(Wulandari, Sunarto, & Totalia, 2016) menyatakan bahwa model

pembelajaran Discovery Learning adalah kegiatan belajar yang

memaksimalkan kemampuan peserta didik dalam mencari informasi

secara sistematis, kritis, analitis, dan logis, sehingga peserta didik dapat

20

merumuskan masalah, dimana tujuan pembelajaran Discovery Learning adalah untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir. (Balim, 2009) menyatakan bahwa model pembelajaran Discovery Learning mengharuskan peserta didik untuk mengomentari konsep, informasi, dan insiden dengan cara berdiskusi, bertanya, dan mencari solusi secara mandiri, itulah sebabnya peserta didik harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok.

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah yang dihadapi secara mandiri, sehingga peserta didik dapat menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari. Penerapan model Discovery Learning dalam kegiatan belajaran berguna adalah untuk melatih kemandirian dan keatifan peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. (Eggen & kauchak, 2012, hal. 211) juga menyatakan penggunaan model Discovery Learning terbukti efektif untuk meningkatkan pemahaman dan berpikir kritis pada peserta didik.

c. Materi yang Diajarkan dengan Model Discovery Learning

Model Discovery Learning dapat mengembangkan peserta didik untuk dapat memahami suatu materi secara mendalam dengan cara menggali informasi secara mandiri, namun tidak semua materi dapat diajarkan menggunakan model Discovery Learning. Berikut merupakan materi yang dapat diajarkan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning: (Eggen & kauchak, 2012, hal. 178-181)

1. Konsep, yaitu materi yang dapat digolongan melalui ciri-ciri umum.

Artinya, materi yang dikembangkan merupakan materi yang dapat melatih peserta didik mendefinisikan sesuatu berdasarkan karakterisik utama dengan karakterisik sampingan

2. Generalisasi, materi yang dapat melatih peserta didik menghubungkan

suatu konsep dengan konsep lainnya.

d. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Discovery Learning

Model pembelajaran Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang membebaskan peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri, oleh karena itu peserta didik dapat memahami suatu konsep karena informasi yang didapat berdasarkan pengalaman pribadi (Wartono, et al., 2018). Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran Discovery Learning menurut (Sinambela, 2017) adalah sebagai berikut:

1) Stimulation ( Pemberian Rangsangan ): diawal pembelajaran peserta didik diberikan permasalahan oleh pendidik sehingga timbul keingin tahuan peserta didik untuk menyelediki permasalahan. Dalam pembelajaran Discovery Learning pendidik hanya menjadi fasilitator untuk memberikan pertanyaan dan arahan.

2) Problem Statement (Identifikasi Masalah), tahap selanjutnya peserta didik diberikan kebebasan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah dan kemungkinan kejadian, lalu peserta didik diminta untuk merumuskannya menjadi hipotesis sementara.

3) Data Collection (Pengumpulan Data), di tahapan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, mengamati objek masalah, melakukan uji coba sendiri, dll.

4) Data Processing (Pengolahan Data), peserta didik melakukan pengolahan informasi dan data yang telah didapatkan sesuai dengan pembelajaran.

5) Verification (Pembuktian), peserta didik melakukan pembuktian hipotesis sementara dengan cara menghubungkan teori yang didapat dengan hasil pengolahan data yang telah dilakukan.

6) Generalization ( Menarik Kesimpulan), pada tahap terakhir peserta

didik diminta untuk menarik kesimpulan dari tahapan-tahapan yang

dilakukan, dengan menarik kesimpulan diharapkan masalah yang

pembelajaran yang dihadapi peserta didik dapat dirumuskan menjadi

prinsip yang mendasari generalisasi.

22

e. Peranan Pendidik dan Peserta didik dalam Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Suryobroto (1986:45) dalam jurnal (Persada, 2016) mengatakan pendidik dan peserta didik memiliki peranannya masing- masing untuk mensukseskan tujuan pembelajaran yang berlangsung, adapun peranan pendidik dan peserta didik adalah sebagai berikut:

1) Peran Pendidik

Adapun peran pendidik dalam kegiatan belajar mengajar yang menerapkan model Discovery Learning adalah sebagai berikut:

a) Pendidik menyiapkan materi dan permasalahan yang akan dipecahkan oleh peserta didik.

b) Pendidik memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang berlangsung.

c) Pendidik mengatur bentuk kelas yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

d) Pendidik menyiapkan fasilitas dan alat yang dibutuhkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

e) Pendidik memberi kesempatan sebanyak-banyaknya pada peserta didik untuk menggali informasi.

f) Pendidik memberikan refrensi sumber informasi untuk peserta didik.

g) Pendidik membantu peserta didik untuk membuat rumusan masalah dan membuat kesimpulan.

2) Peran Peserta Didik

Adapun peran peserta didik pada kegiatan belajar mengajar yang menerapkan model Discovery Learning adalah sebagai berikut:

a) Peserta didik mempersiapkan mental dan fisik untuk proses pembelajaran.

b) Peserta didik memecahkan masalah.

c) Peserta didik selalu aktif dalam pembelajaran.

d) Peserta didik bertanggung jawab sendiri dalam proses pembelajaran.

f. Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning

Penggunaan model Discovery Learning yang dapat memfasilitasi peserta didik menyelidiki masalah dan menemukan konsep dapat memacu semangat peserta didik. Penerapan model Discovery Learning dapat membantu peserta didik memahami konsep lebih baik, membangun kepercayaan diri yang tinggi, dan mampu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik menjadi lebih baik lagi (Siahaan, 2017). Ada beberapa keunggulan dari penerapan model Discovery Learning, diantaranya adalah sebagai berikut: (Mutmainna & Ferawati, 2015) a) Peserta didik dapat mempersiapkan, mengembangkan, dan menguasai

proses pembelajaran.

b) Peserta didik memiliki pengalaman pribadi, sehingga ilmu yang didapat bersifat lebih tahan lama.

c) Peserta didik lebih bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar.

d) Peserta didik diberi kesempatan untuk berkembang dengan kemampuannya.

e) Peserta didik dapat lebih percaya diri dalam menyelesaikan permasalahan.

f) (Simamora, Saragih, & Hasratuddin, 2019) mengemukakan bahwa model pembelajaran Discovery Learning terbukti efektif meningkatkan self-efficacy pada peserta didik.

g. Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning

Adanya kelebihan model pembelajaran Discovery Learning ini tentu tidak terlepas dari kekurangannya. Menurut (Mutmainna & Ferawati, 2015) ada beberapa kekurangan penggunaan model pembelajaran ini, diantaranya:

a) Peserta didik dituntut untuk memiliki kesiapan mental dan fisik.

b) Kelas dengan ukuran yang besar membuat model pembelajaran ini kurang efektif.

c) (Nurcahyo, Agung, & Djono, 2018) mengatakan model Discovery

Learning membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingan dengan

24

model pembelajaran konvensional. Pendidik harus mengatur waktu sebaik mungkin agar proses kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik.

(Eggen & kauchak, 2012, hal. 211) menyatakan bahwa model

pembelajaran Discovery Learning menuntut keahlian seorang pendidik

dalam mengembangkan pemahaman peserta didik, karena pada nyatanya

mengembangkan pemahaman peserta didik jauh lebih sulit jika

dibandingkan dengan mengajarkan melalui metode ceramah, namum

pembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman peserta didik akan

jauh menyenangkan, melalui pembelajaran yang dapat mengembangkan

pemahaman peserta didik.

Dokumen terkait