BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................. Error! Bookmark not defined
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Discovery Learning dapat menjadi solusi untuk meningkatkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada peserta didik, sehingga model ini dapat diterapkan pada materi lain yang pokok bahasannya berupa penyajian hasil penulusuran seperti pada materi sifat koligatif, kimia unsur, dan tata nama senyawa benzena.
2. Model Discovery Learning membutuhkan waktu cukup banyak, sehingga
pendidik disarankan untuk mengatur waktu sebaik mungkin agar tahapan
model Discovery Learning berjalan secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H., & Baradja, L. (2012). Demonstrasi Sains Kimia (Kimia Deskrptif Melalui Demo Kimia). Bandung: Penerbit NUANSA.
Anderson, L. W., & Krathwol. (2014). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, pengajaran, dan Asesmen. Pearson Education.
Annuru, T. A., Johan, R. C., & Ali, M. (2017, Agustus). Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta Didik Sekolah Dasar melalui Model Pembelajaran Treffinger.
Edutchnologia, 3(2), 136-144.
Arikunto, S., & Jabar, C. S. (2009). Evaluasi program Pendidikan Edisi kedua.
Jakarta: Bumi Aksara.
Awaliyah, S. (2018). Penyusunan Soal HOTS bagi Guru PPKN dan IPS Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial, 1(1), 46-53.
Diambil kembali dari http://Journal2.um.ac.id/index.php/jpds/index/
Azizah, U. (2004). Laju Reaksi. Jakarta: Depdiknas.
Balim, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students Succes and Inquiry Learning Skills. Eurasian Journal of Education Research(35), 1-20.
Behl, D. V., & Ferreira, S. (2014). Systems Thinking: An Analysis of Key Factor and Relationships. Procedia Computer Science, 104-109. doi:10.1016 Brookhart, S. (2010). How to Asses Higher Order Thinking Skills in Your
Classroom. Alexandria, Virginia USA: ASCD.
Chang, R. (2004). Kimia Dasar konsep-konsep inti, jilid 2 edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Cresswell, J. W. (2012). Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Reasearch. Boston: Pearson Education.
Dogra, S. (1990). Kimia Fisik dan Soal-soal. Depok: UI Press.
Eggen, P., & kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6). Jakarta: Pearson.
Fakhomah, D. N., & Utami, M. S. (2019). Pre-Service English Teacher Perception About Higher Order Thinking Skills (HOTS) in The 21st Century Learning.
International Journal of Indonesia Education and Teaching, 3(1), 41- 49.
doi:10.24071
Fitriyah, Murtadlo, A., & Warti, R. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovey Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa MAN Model
Kota Jambi. Jurnal Pelangi, 9(2), 108-112. doi:10.22202
50
Gantasala, P. V., & Gantasala, S. B. (2009). Influence of Learning Style. The International Journal of Learning, 16(9), 170-184. Diambil kembali dari www.learning-journal.com
Haryati, Manurung, B., & Gultom, T. (2017). The Effect of Learning Model in Higher Order Thinking and Student Science Prosess Skills in Ecology.
International Journal of Humanities Social Science and Education, 4(10), 150-155. doi:10.20431
Hayon, V. H., Wariani, T., & Bria, C. (2017). Pengaruh Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking) terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Laju Reaksi. Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW, 309-316.
Hugerat, M., & Kortam, N. (2014). Improving Higher Order Thinking Skills Among Freshmen by Teaching Science through Inquiry. Eurasian Journal of Mathematics & Technology Education, 10, 447-454. doi:10.12973 Irmawati, R. D., Supriyati, Y., & Suseno, M. (2018). Pengaruh Strategi
Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Tunas Bangsa, 5(2), 143-156.
Jayawardana, H. B., & Djukri. (2015). Pengembangan Model Pebelajaran HypnoTeaching untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA/MA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 167-177. Diambil kembali dari http:// Juornal.uny.ac.id/index.php/jipi
Karsono. (2017). Pengaruh Penggunaan LKS Berbasis HOTS terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 5(1), 50-57.
Kemendikbud. (2014). Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. (2019). Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills.
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Khoiriah, Jalmo, T., & Abdurrahman. (2019). Effectiviness of Assessment Instrument Higher Order Thinking Skills to Grow Self Regulated Learning Student Junior High School. The Online Journal of New Horizons in Education, 9(2), 106-115. Diambil kembali dari www.tojned.net
Kusuma, M. D., Rosidin, U., Abdurrahman, & Suyatna, A. (2017). The Development of Higher Order Thinking Skill (HOTS) Instrument Assessment in Physics Study. International Organization of Scientific Research - Journal of Research & Method in Education, 7(1), 26-32.
doi:10.9790
Kyariazis, A., Psycharis, S., & Korres, K. (2009). Discovery Learning and the
Computational Experiment in Higher Mathematics and Science Education :
A Combined Approach. International Journal of Emerging Technologies in Learning, 4(4), 25-34.
Linda, T., Ismail, & Wiharto. (2019). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-soal Biologi Berkategor HOTS di SMS Negeri 1 Tana Toraja. Prosiding Seminar Nasional Biologi IV, 771-778.
Marsita, R. A., Priatmoko, S., & Kusuma, E. (2010). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA dalam Memahami Larutan Penyangga dengan Menggunakan Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument. National Scientific Journal of UNNES, Communicating the Scientist, 4(1), 512- 520.
Millah, D. (2015). Audience Centered pada Metode Presentasi sebagai Aktualisasi Pendekatan Student Centered Learning. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 10(2), 255-278.
Muizaddin, R., & Santoso, B. (2016). Model Pembelajaran Core sebagai Sarana dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Core Learning Model for Improving Student Learning Outcomes). Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 224-232. Diambil kembali dari http://ejournal.upi.edu/index.php/jpmanper/article/view/00000
Mutmainna, & Ferawati. (2015). Komparasi Hasil Belajar Fisika melalui Metode Discovery Learning dan Assignmenr and Recitation. Jurnal Pendidikan Fisika, 3(1), 46-51. Diambil kembali dari http://journal.uin- alauddin.ac.id/indeks.php/Pendidikan Fisika
Nurcahyo, E., Agung, L., & Djono, S. (2018). The Implementation of Discovery Learning Model with Scientific Learning Approach to Improve Student's Critical Thinking in Learning History. Internatioal Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 5(3), 106-112. doi:10.18415
Nurhayati, & Angraeni, L. (2017). Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa (Higher Order Thingking) dalam Menyelesaikan Soal Konsep Optika melalui Model Problem Based Learning. Jurnal Penelitian &
Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(2), 119-126. doi:12.21009
Nurrohmi, Y., Utaya, S., & Utomo, D. H. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa.
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 2(10), 1308- 1314. Diambil kembali dari http://Journal.um.ac.id/php/jptpp/
Oxtoby, Gillis, & Nachtrieb. (2001). Prinsip- prinsip kimia modern, edisi keempat jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Persada, A. R. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran penemuan (Discovery
Learning) terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ( Studi
Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMPN 2 Sindangagung Kabupaten
52
Kuningan pada Pokok Bahasan Segiempat). Mathematics Education Learning and Teaching, 5(2), 23-33.
Petrucci, R. (1985). Kimia Dasar prinsip dan terapan modern, edisi keempat jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Pratiwi, F. A., Hairida, & Rasmawan, R. (2014). Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dengan Pendekatan Saintifik terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 3(7), 1-16.
Purwanto. (2014). Evaluasi Hasil Belajar . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putriani, D., & Rahayu, C. (2018). The Effect of Discovery Learning Model Using Sunflowers in Circle Mathematics Learning Outcomes. International Journal of Trends in Mathematics Education Research, 1(1), 22-25.
doi:10.33122
Raharjo, T. J., Kisworo, B., & Harianingsih. (2019). The Implementation Effect of Discovery Learning Model for Non-formal Education Students. Internation Journal of Academia Research in Business & Social Sciences, 9(9), 297- 306. doi:10.6007
Rahman, M. H. (2017). Using Discovery Learning to Encourage Creative Thinking.
International Journal of Social Science & Educational Studies, 4(2), 98- 103. doi:10.23918
Razak, A., & Fatra, M. (2012). Bahan Ajar PLPG (Penelitian Tindakan Kelas).
Ciputat: FITK UIN Jakarta.
Riandari, F., Susanti, R., & Suratmi. (2018). The Influence of Discovery Learning Model Application to the Higher Order Thinking Skills Student of Srijaya Negara Senior High School Palembang on the Animal Kingdom Subject Matter. International Conference on Science Mathematics, Environment, and Education, 1-8. doi:10.1088
Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian. bandung: Alfabeta.
Rizkiana, F., Wayan, D., & Marfu'ah, S. (2016). Pengaruh Praktikum dan Demonstrasi dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Materi Asam Basa Ditinjau dari Kemampuan Awal.
Jurnal Pendidikan: Teori Penelitian dan Pengembangan, 1(3), 354-362.
Rosarina, Sudin, A., & Sujana, A. (2016). Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 371-380.
Rudibyani, R. B., & Perdana, R. (2018). Enhanching Higher-order Thinking Skills using Discovery Learning Model's on Acid- Base pH Material.
International Conference on Science and Applied Science (ICSAS), 1-10.
doi:10.1063
Rufii, R. (2015). Developing Module in Constructivist Learning Strategies to promote Students Independence and Performance. International Journal of Education, 7(1), 18-28. doi:10.5296
Sari, E. R., Pasaribu, M., & Saehaba, S. (2017). Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Fisika pada Pokok Bahasan Kalor di SMP Negeri Pamona Timur. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 4(2), 119- 126.
Sari, K., & Pradita, A. (2018). Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Media Spreadsheet pada Materi Hukum Ohm untuk Meningkatkan HOTS pada Peserta Didik. Seminar Nasional Pendidikan Sains, 116-122.
Sastrawijaya, Tresna. (1999). Kimia Dasar II. Jakarta: Universitas Terbuka.
Serevina, V., Sari, Y. P., & Maynastiti, D. (2018). Developing High Order Thinking Skills (HOTS) assessment Instrument for Fluid Static at Senior High school.
The 2018 International Conference on Research and Learning of Physics, 1-9. doi:10.1088
Siahaan, F. B. (2017). Application of Discovery Learning Model for Solving System of Linear Equation Using GeoGebra. International Journal of Applied Engineering Research, 12(19), 9195-9198. Diambil kembali dari www.ripublication.com
Simamora, R. E., Saragih, S., & Hasratuddin. (2019). Improving Students' Methematical Problem Solving Ability and Self-Efficacy Through Guided Discovery Learning in Local Culture Context. International Electronical Journal of Mathematical Education, 14(1), 61-72. doi:10.12973
Sinambela, P. (2017). Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran.
Jurnal Generasi Kampus, 17-29.
Sudijono, A. (2014). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tam, S. M., & Ewe, J. A. (2018). Utilizing a discovery learning, real-world based
fruit juice clarification experiment to enhance teaching and learning of
biological enzyme concept. International Journal for Innovation Education
and Research, 6(6), 21-36. doi:10.31686
54
Tayeb, T. (2017). Analisis dan Manfaat Model Pembelajaran Analysis and Benefit Learning Model. Auladuna: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 4(2), 48-55.
doi:10.24252
Tondang, K., & Sahyar. (2016). The Effect of Discovery Learning Model Toward Student Higher Order Thinking Skills in Dynamic Electricity Subject Matter at SMA Raksana Medan Academic Year 2014/2015. Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika, 4(1), 54-61. doi:10.24114
Wartono, Takaria, J., Batlolona, J. R., Grusche, S., Hudha, M. N., & Jayanti, Y. M.
(2018). Inqiury- Discovery Empowering High Order Thinking Skills and Scientific Literacy on Substance Pressure Topic. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 7(2), 139-151. doi:10.24042
Widana, Wayan. (2017). Higher Order Thinking Skills Assessment. Journal of Indonesia Student Assessment and Evaluation, 3(1), 32- 44.
Widodo, T., & Kadarwati, S. (2013). Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter siswa. Cakrawala Pendidikan Jurnal ilmiah Pendidikan(1), 161- 171. doi:10.21831
Winarni. (2019). Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Menggunakan Huruf Kapital melalui Penerapan Model PJBL di SDIT Izzatul Islam Getasan. Jurnal Manajemen Pendidikan, 14(1), 18-24.
Wulandari, Y. I., Sunarto, & Totalia, S. A.-f. (2016). Implementasi Model Discovery Learning dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IIS I SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Bisnis dan ekonomi, 1(2), 1-21.
Yakina, Kurniati, T., & Fadhilah, R. (2017). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Kelas X di SMA Negeri 1 Sungai Ambawang. Ar- Razi Jurnal Ilmiah, 5(2), 287-297.
Yusuf, M. (2015). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan Edisi Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.
LAMPIRAN
56 Lampiran 1. Analisis KD dan IndikatorAnalisis KD dan Indikator Pembelajaran
Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Kimia
Kelas /Semester : XI MIPA/Ganjil Materi Pokok : Laju Reaksi A. Kompetensi Inti
• KI-1 dan KI-2:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
• KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
• KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
57
No. KD Faktor Kegiatan KI HOTS
1 3.6 Menjelaskan faktor-
faktor yang
memengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan.
4.6 Menyajikan hasil penelusuran informasi cara-cara pengaturan dan penyimpanan bahan
untuk mencegah
perubahan fisika dan kimia yang tak terkendali
Suhu Stimulation ( pemberian rangsangan)
a. Peserta didik diberi beberapa stimulus oleh pendidik berupa demonstrasi langsung sebagai berikut:
Peserta didik mengamati demonstrasi secara langsung mengenai pengaruh suhu terhadap teori tumbukkan, yaitu larutan Na2S2O3 ditambahkan dengan HCl 1 M di sebuah gelas beaker yang sebelumnya diberikan tanda X di bawah gelasnya dengan suhu 50°C dengan Na2S2O3 ditambahkan dengan HCl 1 M bersuhu normal. Na2S2O3 yang ditambahkan dengan HCl 1 M bersuhu tinggi akan lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan Na2S2O3 ditambahkan dengan HCl 1 M bersuhu normal
a. Peserta didik proaktif dalam mengidentifikasi anggapan mengenai informasi hasil demonstrasi tersebut dan menjawab pertanyaan yang ditanyakan pendidik lewat power point seperti berikut:
- Faktor yang mempengaruhi perbedaan laju reaksi setiap percobaan.
- Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi laju reaksi.
- Hubungan laju reaksi dengan teori tumbukan.
b. Peserta didik bertanya jika ada materi yang tidak dipahami mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi kepada pendidik.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“Pada awal pembelajaran peserta didik diberikan permasalahan oleh guru sehingga timbul rasa ingin tahu peserta didik untuk menyelediki permasalahan yang diberikan oleh guru. Sehingga dalam pembelajaran discovery learning guru hanya menjadi fasilitator untuk memberikan pertanyaan dan arahan.”
(Menganalisis) menganalisis argumen
Problem Statement ( Identifikasi Masalah)
a. Peserta didik membuat kelompok diskusi yang terdiri dari 5-6 kelompok secara mandiri dan salah satu peserta didik membagikan LKPD yang telah disediakan pendidik. Pendidik mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.
b. Peserta didik disiplin dalam mengidentifikasi masalah sebanyak mungkin yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi lewat power
(Menganalisis) memfokuskan pada pertanyaan atau
mengidentifikasi ide utama
58 point yang dibuat pendidik mengenai pembusukan makanan yang diletakkan di
suhu ruangan dan oksidasi logam natrium jika diletakan di udara bebas. Pendidik mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.
c. Peserta didik mengidentifikasi masalah sebanyak mungkin masalah yang ada dalam wacana LKPD yang telah dibuat pendidik dan mengaitkannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan, contohnya :
- Penyebab makanan yang diletakan di dalam suhu ruangan lebih cepat membusuk.
- Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya suatu reaksi Pendidik mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.
- Peserta didik diminta pendidik untuk menstrukturkan identifikasi masalah yang didapat menjadi hipotesis sementara.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“Peserta didik diberikan kebebasan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah dan kemungkinan kejadian yang terjadi dengan menggunakan bahan pelajaran, lalu peserta didik diminta untuk merumuskan masalah dan dibentuk menjadi hipotesis sementara.”
Data Collection (Pengumpulan Data)
a. Peserta didik mengidentifikasi masalah yang perlu diselesaikan dari informasi yang didapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan, kegiatan tersebut dilakukan untuk pengumpulan data. Pendidik meminta peserta didik untuk menggali informasi sebanyak mungkin melalui internet lewat link yang telah disediakan di dalam LKPD yang dibuat pendidik.
b. Peserta didik bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi dalam memahami soal wacana yang ada di dalam LKPD. Pendidik membantu peserta didik untuk memahami soal wacana yang ada di dalam LKPD.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
(Pemecahan Masalah) Mengidentifikasi dan menentukan masalah
59
“Pada tahap pengumpulan data peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi yang sesuai sebanyak-banyaknya, mengamati objek masalah, melakukan uji coba sendiri, dll”.
Data Processing (pengolahan data)
a. Peserta didik menyelesaikan masalah dan menjelaskan alasan mengenai informasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan melalui kegiatan diskusi kelompok dan mengolah informasi yang telah didapatkan. Pendidik mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“ Peserta didik melakukan pengolahan informasi dan data yang telah didapatkan sesuai dengan pembelajaran.”
(Pemecahan Masalah) Menjelaskan dengan data
Verification (pembuktian)
a. Peserta didik diminta pendidik untuk bertanggung jawab dalam membuktikan kebenaran hasil penelusuran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
b. Peserta didik responsif dalam membandingkan dan mengidentifikasi elemen yang relevan dan tidak relevan untuk menyelesaikan masalah penemuannya penemuannya.
c. Pendidik membimbing peserta didik untuk mengecek kembali kebenaran hasil diskusi
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“Peserta didik melakukan pembuktian hasil rumusan masalah dan hipotesis sementara yang telah dilakukan dengan cara menghubungkan teori yang didapat dengan hasil pengolahan data yang telah dilakukan”
(Pemecahan Masalah) mengidentifikasi ketidaktepatan untuk mengatasi masalah
Generalization (menarik kesimpulan)
a. Peserta didik menarik kesimpulan dengan cara menarik kesimpulan logis dan menjelaskan informasi dididapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukkan dari keseluruhan pembelajaran.
Pendidik mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan : 1. Setiap kelompok peserta didik untuk maju dan menyampaikan informasi
yang telah didapatkan.
(Penalaran dan Logika) membuat atau mengevaluasi kesimpulan induktif
60 2. Kelompok peserta didik lain santun dalam menilai hasil informasi temuan
yang disampaikan kelompok peserta didik yang maju.
b. Peserta didik mengkontruksi informasi yang dididapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukkan dari keseluruhan pembelajaran. Pendidik membetulkan jika terjadi kesalahan dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“Peserta didik diminta untuk menarik kesimpulan dari tahapan-tahapan yang dilakukan, dengan menarik kesimpulan diharapkan masalah yang pembelajaran yang dihadapi siswa dapat dirumuskan menjadi prinsip yang mendasari generalisasi.”
Konsentr asi
Stimulation ( pemberian rangsangan)
a. Peserta didik diberi beberapa stimulus oleh pendidik berupa demonstrasi langsung sebagai berikut:
Peserta didik mengamati demonstrasi secara langsung mengenai pengaruh konsentrasi terhadap teori tumbukkan, yaitu Na2S2O3 ditambahkan dengan HCl 1 M di sebuah gelas beaker yang sebelumnya diberikan tanda X dengan Na2S2O3
ditambahkan dengan HCl 0,5 M. Na2S2O3 yang ditambahkan dengan HCl 1 M akan lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan Na2S2O3 ditambahkan dengan HCl 0,5 M
b. Peserta didik proaktif dalam mengidentifikasi anggapan mengenai informasi hasil demonstrasi tersebut dan menjawab pertanyaan yang ditanyakan pendidik lewat power point seperti berikut:
- Faktor yang mempengaruhi perbedaan laju reaksi setiap percobaan.
- Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi laju reaksi.
- Hubungan laju reaksi dengan teori tumbukan.
c. Peserta didik bertanya jika ada materi yang tidak dipahami mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi kepada pendidik.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“Pada awal pembelajaran peserta didik diberikan permasalahan oleh guru sehingga timbul rasa ingin tahu peserta didik untuk menyelediki permasalahan yang diberikan
(Menganalisis) menganalisis argumen
61 oleh guru. Sehingga dalam pembelajaran discovery learning guru hanya menjadi
fasilitator untuk memberikan pertanyaan dan arahan.”
Problem Statement ( Identifikasi Masalah)
a. Peserta didik membuat kelompok diskusi yang terdiri dari 5-6 kelompok secara mandiri dan salah satu peserta didik membagikan LKPD yang telah disediakan pendidik. Pendidik mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.
b. Peserta didik disiplin dalam mengidentifikasi masalah sebanyak mungkin yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi lewat power point yang dibuat pendidik mengenai pembusukan makanan yang diletakkan di suhu ruangan dan oksidasi logam natrium jika diletakan di udara bebas.
Pendidik mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.
c. Peserta didik mengidentifikasi masalah sebanyak mungkin masalah yang ada dalam wacana LKPD yang telah dibuat pendidik dan mengaitkannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan, contohnya :
- Penyebab logam Natrium yang diletakkan di udara bebas dapat mudah meledak.
- Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya suatu reaksi Pendidik mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.
d. Peserta didik diminta pendidik untuk menstrukturkan identifikasi masalah yang didapat menjadi hipotesis sementara.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“Peserta didik diberikan kebebasan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah dan kemungkinan kejadian yang terjadi dengan menggunakan bahan pelajaran, lalu peserta didik diminta untuk merumuskan masalah dan dibentuk menjadi hipotesis sementara.”
(Menganalisis) memfokuskan pada pertanyaan atau
mengidentifikasi ide utama
Data Collection (Pengumpulan Data)
a. Peserta didik mengidentifikasi masalah yang perlu diselesaikan dari informasi yang didapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan, kegiatan tersebut dilakukan untuk pengumpulan data. Pendidik meminta peserta didik untuk menggali informasi sebanyak
(Pemecahan Masalah) Mengidentifikasi dan menentukan masalah
62 mungkin melalui internet lewat link yang telah disediakan di dalam LKPD yang
dibuat pendidik.
b. Peserta didik bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi dalam memahami soal wacana yang ada di dalam LKPD. Pendidik membantu peserta didik untuk memahami soal wacana yang ada di dalam LKPD.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“Pada tahap pengumpulan data peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi yang sesuai sebanyak-banyaknya, mengamati objek masalah, melakukan uji coba sendiri, dll”.
Data Processing (pengolahan data)
a. Peserta didik menyelesaikan masalah dan menjelaskan alasan mengenai informasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan melalui kegiatan diskusi kelompok dan mengolah informasi yang telah didapatkan. Pendidik mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“ Peserta didik melakukan pengolahan informasi dan data yang telah didapatkan sesuai dengan pembelajaran.”
(Pemecahan Masalah) Menjelaskan dengan data
Verification (pembuktian)
a. Peserta didik diminta pendidik untuk bertanggung jawab dalam membuktikan kebenaran hasil penelusuran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
b. Peserta didik responsif dalam membandingkan dan mengidentifikasi elemen yang relevan dan tidak relevan untuk menyelesaikan masalah penemuannya penemuannya.
c. Pendidik membimbing peserta didik untuk mengecek kembali kebenaran hasil diskusi.
(Sinambela, 2017) menyatakan bahwa:
“Peserta didik melakukan pembuktian hasil rumusan masalah dan hipotesis sementara yang telah dilakukan dengan cara menghubungkan teori yang didapat dengan hasil pengolahan data yang telah dilakukan”
(Pemecahan Masalah) mengidentifikasi ketidaktepatan untuk mengatasi masalah