• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model pembelajaran Probing Prompting

Dalam dokumen HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA (Halaman 37-47)

D. Manfaat Penelitian

3. Model pembelajaran Probing Prompting

21

Fase III

Setelah itu secara acak, guru memilih seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut sehingga semua siswa berkesempatan sama untuk dipilih.

Setiap siswa yang ditunjuk harus

memberikan jawaban

Fase IV

Jika jawaban yang diberikan benar, maka pertanyaan yang sama juga dilontarkan kepada siswa lain untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran namun, jika jawaban yang diberikan salah, maka diajukan pertanyaan

susulan yang menuntut siswa berfikir ke arah pertanyaan yang awal tadi

sehingga siswa bisa menjawab pertanyaan tadi dengan benar.

Pertanyaan ini biasanya menuntut siswa untuk berpikir lebih tinggi, sifatnya menggali dan menuntun siswa sehingga semua informasi yang ada pada siswa akan membantunya menjawab

pertanyaan awal tadi.

Siswa menjawab pertanyaan dan

mendengarkan jawaban dari siswa yang lain untuk memperkuat pemahaman mengenai jawaban tersebut

Fase V

Guru Meminta siswa lain untuk

memberi contoh atau jawaban lain yang mendukung jawaban sebelumnya sehingga jawaban dari pertanyaan tersebut menjadi kompleks.

Siswa dituntut untuk memahami setiap

jawaban dari pertanyaan yang diberikan

Fase VI

Guru memberikan penguatan atau tambahan jawaban guna memastikan kepada siswa bahwa kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran tersebut sudah tercapai dan mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran tersebut.

Siswa mendengarkan guru menjelaskan

tambahan jawaban untuk menambah pemahaman mengenai jawaban dari pertanyaan yang diberikan

(Huda, 2014) Adapun kelebihan model pembelajaran Probing Prompting antara lain adalah mendorong siswa lebih aktif berfikir, member kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali, perbedaan pendapat antara siswa dapat

dikompromikan atau diarahkan pada suatu diskusi, pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedag ribut, dan mengantuk dapat mengulang kembali (review) bahan pelajaran yang lampau, mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat (Megasari, 2018)

Menurut Diartini (2017) Pembelajaran dengan Probing Prompting memiliki beberapa kelebihan dalam penerapannya di pembelajaran sebagai berikut:

1. Mendorong siswa aktif berfikir.

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali.

3. Perbedaan pendapat antara siswa dapat di kompromikan atau diarahkan pada suatu diskusi.

4. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, ngantuk, kembali tegar dan hilang kantuknya.

5. Sebagai cara meninjau kembali (review) bahan pelajaran yang lampau.

6. Mengembangkan keberanian dan keterampilan menjawab dan mengemukakan pendapat.

Menurut Novena (2018), Kelemahan model pembelajaran Probing Prompting yaitu:

1. Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab

23

2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkatan berpikir dan mudah dipahami siswa

3. Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang

4. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa

5. Dapat menghambat cara berpikir anak bila tidak atau kurang pandai membawakan.

Menurut Shoimin (2014) pola umum dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik Probing-Prompting melalui tiga tahapan, sebagai berikut:

a. Kegiatan awal: guru menggali pengetahuan prasyarat yang sudah dimiliki siswa dengan menggunakan teknik Probing. Hal ini berfungsi untuk introduksi, revisi, dan motivasi. Apabila prasyarat telah dikuasai siswa, langkah yang keenam dari tahapan teknik Probing tidak perlu dilaksanakan. Untuk memotivasi siswa, pola Probing cukup tiga langkah, yaitu langkah 1, 2, dan 3.

b. Kegiatan inti: pengembangan materi maupun penerapan materi dilakukan dengan menggunakan teknik Probing.

c. Kegiatan akhir: teknik Probing digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajarnya setelah siswa selesai melakukan kegiatan inti yang telah ditetapkan sebelumnya. Pola meliputi ketujuh langkah itu dan diterapkan terutama untuk ketercapaian indikator.

Teknik Probing-Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang dipelajari. Selanjutnya, siswa mengonstruksi konsep, prinsip, dan aturan menjadi pengetahuan baru.

Dengan demikian, pengetahuan baru tidak diberitahukan (Shoimin, 2017) 4. Materi Pembelajaran Sistem Gerak

a. Pengertian Sistem Gerak

Sistem rangka adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan mineral, tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang lunak dan menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, rangka penopang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang anggota badan atas dan bawah (Zuhra, 2018).

Gambar 2.1 Kerangka Manusia (Sumber : www.blogspot.com)

Sistem gerak tersusun dari rangka dan otot. Manusia dapat melakukan berbagai gerakan karena adanya rangka dan otot dalam tubuh.

Kerangka merupakan salah satu unsur sistem penegak dan penggerak

25

tulangtulang manusia yang dihubungkan satu dengan lain melalui persendian sehingga terbentuk sistem lokomotor pasif.

b. Rangka

Rangka tubuh manusia tersusun atas tulang-tulang yang dihubungkan satu dengan yang lain membentuk persendian oleh ligamen.

Menurut Wardhani (2020), adapun fungsi rangka yaitu:

1. Penegak dan pemberi bentuk tubuh

2. Melindungi alat-alat tubuh yang penting seperti otak, jantung, paru-paru.

3. Sebagai alat gerak pasif 4. Tempat melekatnya otot lurik

5. Tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih, yaitu di dalam sumsum merah tulang pipih dan tulang pendek

6. Tempat penimbunan zat kapur

7. Tempat sumsum kuning yang mengandung lemak, yaitu di dalam sumsum tulang pipa

Menurut Setiadi (2016) alat gerak pada manusia adalah tulang dan otot, dimana tulang disebut sebagai alat gerak pasif dan otot disebut alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi sehingga dapat menggerakkan tulang. Fungsi tulang secara umum yaitu formasi bentuk tubuh, pergerakan formasi sendi-sendi, pelekatan otot-otot, penyokong berat badan serta daya tahan untuk mengadapi pengaruh tekanan, sebagai proteksi atau perlindungan, tempat penyimpanan mineral antara lain kalsium dan fosfor serta sebagai fungsi imunologis. Klasifikasi tulang menurut bentuknya terbagi atas:

a. Tulang panjang, yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari diafisis dan epifisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan.

b. Tulang pendek, yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya ditemukan berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan dan kekompakkan pada area yang pergerakannya terbatas. Bentuk tulang pendek seperti kubus, paku atau berbentuk bulat. Tulang seperti ini ditemukan pada ruas tulang belakang, tulang telapak tangan dan kaki.

c. Tulang pipih, yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi untuk memberikan perlindungan. Tulang pipih berfungsi untuk melindungi struktur tubuh bagian bawahnya dan terdapat pada tulang pinggul, belikat dan tempurung kepala.

d. Tulang ireguler, yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan struktur tulang yang sama dengan tulang pendek. Tulang tidak beraturan ditemukan pada tulang rahang, tulang-tulang kepala, dan ruas-ruas tulang belakang.

e. Tulang sesamoid, yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam formasi persendian yang bersambungan dengan kartilago, ligamen atau tulang lainnya.

Menurut Kurniasih (2018) Rangka tubuh manusia merupakan endoskeleton. Artinya rangka yang berada di dalam otot atat daging, dapat pula diartikan rangka dalam. Kita terlahir dengan tulang rawan seluruhnya.

Seiring pertumbuhan usia tukang yang awalnya berjumlah 300 buah.

Perlahan beberapa tulang mengeras dan bersatu sehingga jumlahnya setelah

27

dewasa tinggal 206 tulang. Proses pertumbuhan tulang rawan menjadi tulang keras disebut osifikasi.

Pembentukan rangka manusia sangat ditentukan oleh osifikasi.

Rangka manusia sudah mulai dibentuk pada akhir bulan ke-2 stadium embrio, tetapi masih dalam bentuk tulang rawan (kartilago). Kartilago dibentuk oleh sel-sel mesenkim. Di dalam kartilago tersebut akan diisi oleh osteoblast. Osteoblast merupakan sel-sel pembentuk tulang keras.

Osteoblast akan mengisi jaringan sekelilingnya dan membentuk osteosit (sel-sel tulang). Sel-sel tulang dibentuk secara konsentris (dari arah dalam ke luar) (setiadi, 2016).

Menurut Sutajaya (2017) Rangka (skalet) merupakan rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ tubuh yang lunak. Tulang satu dengan tulang yang lain dihubungkan oleh persendian (artikulasi).

Sistem rangka yang terletak di dalam tubuh dan dilindungi oleh kulit dan otot disebut endoskeleton.

Menurut Pearce (2009) fungsi kerangka bagi tubuh sebagai berikut:

1. Untuk melindungi bagian terpenting bagi tubuh, seperti jantung yang terlindungi oleh tulang rusuk dan tulang dada, otak yang terlindung dalam tulang tengkorak.

2. Sebagai tempat melekatnya otot dan daging, karena jika otot tersebut tidak memiliki tempat untuk melekatkan diri, anggota tubuh tidak akan menyatu secara utuh.

3. Menegakkan dan memberikan bentuk tubuh. Tanpa kerangka, tubuh akan lemas dan tidak memiliki bentuk.

c. Otot

Otot manusia terdiri atas otot bercorak, otot polos, dan otot jantung. Yang dibeli orang sebagai daging sehari-hari adalah otot bercorak.

Jantung mempunyai otot yang menyerupai otot polos, tetapi mempunyai struktur yang berbeda dibawah mikroskop dan mempunyai pola pengaturan kontraksi yang berbeda pula. Otot polos mempunyai gambaran yang berbeda dengan otot becorak (Wibowo, 2005).

Otot merupakan alat gerak aktif dan tulang adalah alat gerak pasif. Tulang juga berfungsi sebagai penyokong tubuh. Tulang apabila tidak ada otot tidak akan berfungsi dengan baik, begitupun dengan otot. Otot tanpa tulang tidak akan berfungsi dengan baik pula. Otot memberikan kontraksi untuk menggerakkan tulang dan anggota tubuh lain atas perintah otak (Wiarto, 2013).

Menurut Sutajaya (2017) Otot tubuh manusia 40-50% dari berat tubuh. Otot bersifat elastis, dapat direngangkan, dapat dirangsang dan berkontraksi. Tulang-tulang tidak dapat bergerak tanpa adanyadotot, sehingga otot sering disebut alat gerak aktif. Berdasarkan lokasi, struktur otot, dan kontrol dari saraf, otot dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Otot polos, terletak pada organ-organ dalam, geraknya lamban, dan bekerja tidak dipengaruhi sistem otak sadar. Maka otot polos sering disebut otot tidak sadar.

2. Otot lurik, disebut juga otot rangka karena melekat pada rangka. Selnya berbentuk silinder dan memiliki banyak inti. Sel-sel otot membentuk serabut otot.

29

3. Otot jantung, memiliki sifat seperti otot polos, terletak pada jantung, dan strukturnya menyerupai otot lurik. Namun otot jantung berbeda dengan otot lurik karena memiliki sel bercabang dan satu inti yang berada di tegah.

d. Sendi

Menurut Setiadi (2016) persendian adalah pertemuan 2 buah tulang atau beberapa tulang kerangka. Beberapa pergerakan sendi antara lain adalah fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi, rotasi (pronasi dan supinasi), inversi, eversi, protaksi, retraksi, elevasi dan depresi. Klasifikasi persendian menurut fungsinya terbagi menjadi:

a. Sendi sinartrosis (sendi mati), merupakan persendian yang tidak memungkinkan adanya pergerakan. Persendian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu sinartrosis sinkondrosis dan sinartrosis sinfibrosis.

b. Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan terbata), sendi ini memungkinkan gerakan terbatas sebagai respon terhadap torsi dan kompresi. Sendi jenis ini antara lain adalah simfisis, sindesmosis, gomposis.

c. Sendi diartrosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan synovial.

Klasifikasi persendian synovial terdiri dari sendi sferoidal, sendi engsel, sendi kisar, sendi kondiloid, sendi pelana dan sendi peluru.

e. Gangguan Sistem Gerak

Menurut Zuhra (2018), adapun gangguan pada sistem gerak yaitu

1. Kifosis, yaitu kelainan tulang punggung membengkok ke depan, dikarenakan kebiasaan duduk/bekerja dengan posisi membungkuk.

2. Lordosis yaitu kelainan tulang punggung membengkok ke samping, ini dapat tejadi pada orang yang menderita sakit jantung yang menahan rasa sakitnya, sehingga terbiasa miring dan mengakibatkan tulang punggungnya menjadi miring.

3. Skoliosis yaitu kelainan tulang punggung membengko ke belakang, dikarenakan kebiasaan tidur yang pinggangnya diganjal bantal.

4. Rakhitis yaitu kelainan pada tulang akibat kekurangan vitamin D, sehingga kakinya berbentuk X atau O.

Dalam dokumen HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA (Halaman 37-47)

Dokumen terkait