• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

3.5. Model Penelitian

Berdasarkan variabel yang telah ditetapkan, apabila dikaitkan dengan variabel lainnya maka terbentuklah model teoritis sebagai berikut:

Variabel X ± Variabel Y

Hukum Syari’at Islam gaya hidup remaja

Gambar 1 Model teoritis

Keterangan :

X : Variabel bebas Y : Variabel terikat Z : Variabel antara

± : Kuat lemahnya hubungan

3.6. Operasional Variabel

Tabel 3.

Operasional Variabel

Variabel teoritis Variabel operasional

Syari’at Islam (X)

1. Sosialisasi Syari’at Islam

• Kapan syari’at Islam diterapkan

• Agen sosialisasi syari’at islam

• Cara sosialisasi syari’at islam 2. Pemahaman tentang syariat islam

• Pengertian syariat islam

• Qanun-Qanun yang diatur dalam syari’at islam

3. Pelaksanaan syariat islam

• Petugas yang mengawasi pelaksanaan syariat islam

• Razia yang dilakukan petugas WH

• Hukuman atas pelanggar syariat islam

• Kepatuhan terhadap syariat islam

Gaya Hidup Remaja (Y)

1. Mengikuti trend yang berkembang 2. Cara berpenampilan:

• Cara berpakaian

• Cara berpenampilan di akun jejaring sosial 3. Pola hidup konsumtif remaja:

• Penggunaan uang saku untuk membeli barang dan jasa.

4. Bergaul dengan lawan jenis:

• Batasan berteman

• Batasan berpacaran

Identifikasi Responden (Z)

1. Jenis kelamin 2. Usia

3. Pendidikan

4. Pekerjaan orang tua 5. Penerimaan uang saku

3.7. Teknik Analisis Data

Setelah semua data sudah selesai dianalisa, data kemudian dimasukkan dalam tabel-tabel yang telah ditentukan dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisa melalui uji statisitik Korelasi Product Moment dengan berbasis pada aplikasi software statistik. Aplikasi software statistik memiliki kemampuan analisa statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data yang sederhana. Dengan demikian diharapkan mampu memperoleh hasil yang valid. Jadi semua output analisa data adalah hasil dari proses komputerisasi terhadap data yang diinput ke dalam aplikasi software statistik dan juga menggunakan teknik tabulasi silang (Singarimbun, 1995:273). Tabulasi silang merupakan metode analisa yang paling sederhana tetapi memiliki daya menerangkan cukup kuat untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel.

3.8. Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Pra Penelitian:

*Penyusunan

Proposal v

*Perbaikan

Proposal v

2 Persiapan:

*Pengurusan Ijin v v

*Persiapan Instrumen

penelitian v v 3 Penelitian:

*Observasi v v *Quesioner v v 4 Pasca Penelitian:

*Analisis Data v v *Laporan Akhir v 5 Sidang Meja Hijau v

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI

4.1. Sejarah Terbentuknya Gampong Geudubang Jawa

Gampong Geudubang Jawa pada awalnya adalah merupakan areal, hal ini dapat dimaklumi karena letaknya yang berdampingan dengan areal perkebunan yaitu PTP Nusantara I. Jauh sebelum kemerdekaan RI atau pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942, areal hutan mulai digarap oleh beberapa kepala keluarga yang berstatus sebagai karyawan PTP Nusantara I. Dari tahun ke tahun akhirnya areal yang tadinya hutan belukar berubah menjadi perkebunan dan perladangan.

Disamping karyawan PTP yang menggarap lahan ini, juga terdapat beberapa orang asing turunan India dan China yang membuka lahan peternakan. Areal eks orang asing tersebut telah dibagikan kepada penduduk sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 10. Sebagian dari sisa lahan orang asing tersebut sekarang telah dimanfaatkan untuk kebun kas Desa dengan tanaman kelapa sawit sesuai Izin Bupati KHD.TK. II Aceh Timur No. 068 / 412.6 Tahun 1996 pada tanggal 3 Januari 1996.

Pada tahun 1945 setelah proklamasi kemerdekaan RI, perkampungan yang saat itu dihuni oleh sekitar 70 kepala keluarga (KK) umumnya merupakan suku Jawa dan dari sanalah akhirnya desa ini diberi nama “Geudubang Jawa”. Asal nama

“Geudubang” diambil dari nama sejenis ikan yang cukup banyak dalam sungai yang mengelilingi dan membatasi perkampungan, dan “Jawa” menunjukkan suku bangsa yang mula-mula menetap pada waktu itu. Gampong Geudubang Jawa saat ini

dipimpin oleh seorang keuchik/kepala desa yang bernama Bapak Lis Putra yang telah menjabat sebagai keuchik sejak tahun 2006 s/d 2011.

4.2. Keadaan Geografis Gampong Geudubang Jawa 4.2.1. Keadaan Alam

Pada mulanya Gampong Geudubang Jawa merupakan salah satu gampong dari 14 gampong dalam wilayah Kecamatan Langsa Barat. Namun pada tahun 2006 sejak berdirinya Kota Madya Langsa, Gampong Geudubang Jawa termasuk dalam wilayah Kecamatan Langsa Baro.

Gampong Geudubang Jawa memiliki luas wilayah sebesar 6,9 Km² dan ketinggian dari permukaan laut adalah 3 m. Gampong Geudubang Jawa terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Seulanga, Dusun Bahagia, Dusun Cendana, dan Dusun Damai.

Adapun batas wilayah Gampong Geudubang Jawa adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Paya Bujok Tunong dan Gampong Karang Anyar

• Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Paya Bujok Tunong

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Seulalah

• Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Geudubang Aceh dan Gampong Sukarakyat

4.3. Komposisi dan Karakteristik Penduduk Gampong Geudubang Jawa 4.3.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Gampong Geudubang Jawa Kecamatan Langsa Baro Kota Madya Langsa adalah 3097 jiwa. Untuk lebih jelas komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Gampong Geudubang Jawa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4

Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 1489 48, 07

2. Perempuan 1608 51, 93

jumlah 3097 100

Sumber : Data Statistik Kantor Keuchik Geudubang Jawa 2011

Dari Tabel 4 diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada penduduk berjenis kelamin laki- laki. Penduduk perempuan berjumlah 1608 jiwa (51,93%) sedangkan penduduk laki- laki berjumlah 1489 jiwa (48,07%). Namun dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk Gampong Geudubang Jawa hampir seimbang. Dari 3097 penduduk di Gampong Geudubang Jawa terdapat 769 kepala keluarga (KK).

4.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Untuk mengetahui jumlah penduduk Gampong Geudubang Jawa berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No. Kelompok umur (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0 – 5 tahun 220 7,1

2. 6 – 15 tahun 683 22, 06

3. 16 – 20 tahun 279 9

4. 21 – 40 tahun 1029 33,22

5. 41 – 45 tahun 309 10

6. 46 – 60 tahun 429 13,85

7. 61 – 80 tahun 133 4, 29

8. 81 + 15 0,48

Jumlah 3097 100

Sumber : Data Statistik Kantor Keuchik Geudubang Jawa 2011

Dari tabel 5 diatas, diketahui bahwa sebagian besar penduduk Gampong Geudubang Jawa berada diantara kelompok usia 21 – 40 tahun, yaitu berjumlah 1029 jiwa (33,22%). Sedangkan penduduk yang berusia 81 keatas berjumlah 15 jiwa (0,48%). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia antara 15 – 19 tahun, dengan pertimbangan pada usia tersebut remaja sudah dapat dikatakan memiliki pemikiran, pemahaman, dan perilaku yang telah berkembang dengan baik sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

4.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan suatu penduduk dapat menunjang tingkat kemajuan dan keberhasilan tingkat pembangunan didaerah tersebut. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk Gampong Geudubang Jawa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. Tidak Tamat SD/Sederajat 327 10,56

2. Tamat SD/ Sederajat 451 14,56

3. SLTP /Sederajat 829 26,77

4. SLTA /Sederajat 1236 39,91

5. Perguruan Tinggi / D3 254 8,2

Jumlah 3097 100

Sumber: Data Statistik Kantor Keuchik Geudubang Jawa 2011

Dari tabel 6 diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan penduduk Gampong Geudubang Jawa pada umumnya adalah tamatan SLTA/sederajat, yaitu berjumlah 1236 jiwa (39,91%). Penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 327 jiwa (10,56%).

Jumlah penduduk yang tamat perguruan tinggi/D3 memiliki persentase yang paling

kecil yaitu berjumlah 254 jiwa (8,2%). Hal ini mampu memberi gambaran bahwa masyarakat Gampong Geudubang Jawa telah memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Meskipun sebagian kecil penduduknya ada yang tidak tamat SD, namun mereka tidak buta huruf dan bisa membaca Al-Qur’an serta berhitung sederhana.

4.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah sumber utama dalam menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Penduduk Gampong Geudubang Jawa pada umumnya bekerja sebagai pedagang, PNS, karyawan BUMN/PTPN, karyawan swasta dan petani. Untuk melihat mata pencaharian masyarakat di Gampong Geudubang Jawa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Jenis mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Petani 83 4,29

2. Pedagang 458 23,66

3. Karyawan swasta 82 4,23

4. PNS/POLRI/TNI 315 16,27

5. BUMN/PTP N 97 5,01

6. Tidak kerja/belum bekerja 539 27,84

7. Lain-lain 362 18,7

Jumlah 1936 100

Sumber: Data Statistik kantor Keuchik Geudubang Jawa 2011

Mata pencaharian penduduk di Gampong Geudubang Jawa paling banyak adalah sebagai pedagang yaitu sebanyak 458 jiwa (23,66%), sedangkan penduduk yang berprofesi sebagai karyawan swasta menduduki persentase terkecil yaitu sebanyak 82 orang (4,23%). Penduduk yang telah berusia dewasa namun belum/tidak bekerja sebanyak 539 jiwa (27,84%), mereka ini umumnya ada yang masih belajar di

perguruan tinggi/kuliah. Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 72,16% penduduk Gampong Geudubang Jawa telah bekerja dan memiliki perekonomian yang cukup stabil.

4.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Untuk melihat komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Islam 3097 100

2. Katolik - -

3. Protestan - -

4. Hindu - -

5. Budha - -

Jumlah 3097 100

Sumber: Data Statistik Keuchik Geudubang Jawa 2011

Berdasarkan data statistik terbaru dari kantor Keuchik, semua penduduk Gampong Geudubang Jawa menganut agama Islam yakni sebanyak 3097 jiwa (100%). Pada tahun 2008 masih terdapat 0,3% penduduk yang beragama Kristen namun sekarang telah pindah keluar daerah.

4.3.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis

Penduduk Gampong Geudubang Jawa umumnya didominasi oleh suku jawa, dan selebihnya suku Aceh, Karo, Batak, dan Padang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9

Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis

No Etnis Jumlah Persentase (%)

1. Jawa 2601 84

2. Aceh 480 15,5

3. Lain-lain 16 0,5

Jumlah 3097 100

Sumber: Data Statistik Keuchik Geudubang Jawa 2011

Berdasarkan data dari tabel 9 menunjukkan bahwa suku bangsa/etnis penduduk di Gampong Geudubang Jawa cukup bervariasi. Penduduk beretnis Jawa sebanyak 2601 jiwa (84%), etnis Aceh 480 jiwa (15,5%), dan selebihnya sebesar 16 jiwa (0,5%) adalah etnis Padang, Karo, dan Batak.

4.3.7. Sarana dan Prasarana Desa (Gampong)

Sarana dan prasarana yang terdapat di Gampong Geudubang Jawa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10

Sarana dan Prasarana Desa

No. Nama Fasilitas Jumlah Keterangan (kondisi) 1. Listrik

• Listrik untuk rumah

• Lampu penerangan jalan

769 KK 280 titik

Baik Perlu perbaikan

2. Jalan setapak 4 Dusun (4.680 m)

Baik

3. Selokan 4 dusun

(1634 m)

Perlu perbaikan 4. Balai Pengajian

(meunasah)

2 Unit Perlu perbaikan

5. Mesjid 1 Unit Baru direnovasi

6. Sekolah Dasar 1 Unit Baik

7. SLTP/MTsN 1 Unit Baik

8. Taman Kanak-Kanak 1 Unit Baik

9. Lapangan bola kaki 1 Unit Baik

10. Lapangan Volly 5 Unit Pembuatan baru 11. Pos Kamling 9 Unit Perlu perbaikan 12. Kantor Keuchik/ lurah 1 Unit Baik

13. Kuburan/TPU 1 Unit Baik

Sumber: Sumber: Data Statistik Keuchik Geudubang Jawa 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa fasilitas yang tersedia di Gampong Geudubang Jawa cukup lengkap dan memadai. Mulai dari listrik, fasilitas umum seperti lampu penerang jalan, selokan, lapangan bola dan volly, tempat ibadah, maupun fasilitas pendidikan bisa ditemukan di Gampong ini.

Untuk sarana pendidikan, di Gampong Geudubang Jawa telah terdapat TK, SD, dan SLTP/MTsN. Adapun fasilitas pendidikan seperti SLTA terdapat di gampong tetangga yakni Gampong Geudubang Aceh dan Paya Bujok Tunong yang letaknya berbatasan dengan Gampong Geudubang Jawa. Sedangkan perguruan tinggi Swasta letaknya dipusat kota Langsa dan bisa ditempuh hanya dengan 10 menit menggunakan kendaraan.

Di Gampong Geudubang Jawa banyak terdapat kegiatan sosial seperti kelompok perwiridan, pengajian, arisan, dan gotong royong. Perwiridan dan pengajian biasanya diadakan dirumah penduduk yang dipilih secara bergiliran.

BAB V

TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA 5.1. Identifikasi Responden

Maksud dari penyajian data identifikasi responden adalah agar memudahkan penulis dalam melakukan penganalisaan. Adapun identifikasi responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

5.1.1. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 11

Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden No. Jenis kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)

1. Laki-laki 21 30

2. Perempuan 49 70

Jumlah 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Dari tabel 11 diatas, maka terlihat bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki, yakni responden perempuan sebanyak 49 orang (70%), sedangkan responden laki-laki sebanyak 21 orang (30%). Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin ini diperoleh berdasarkan teknik cluster random sampling seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada tabel 2.

5.1.2. Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden dalam penelitian ini memiliki jenjang pendidikan yang berbeda, karena responden dalam penelitian ini adalah remaja usia sekolah, maka para responden terbagi menjadi beberapa jenjang pendidikan yaitu Tidak Tamat

SD/Sederajat, Tamat SD/Sederajat, Tamat SLTP/Sederajat, dan Tamat SLTA/Sederajat. Adapun jumlah persentase (%) dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 12

Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan respoden No Tingkat pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)

1. Tidak tamat SD _ _

2. Tamat SD/Sederajat 3 4,29

3. Tamat SLTP/Sederajat 51 72,86

4. Tamat SLTA/Sederajat 16 22,85

Jumlah total 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Sebagaimana hasil data yang terkumpul diperoleh tingkat pendidikan remaja di Gampong Geudubang Jawa adalah pendidikan terendah yaitu tamat SD/sederajat dan tertinggi yaitu tamat SLTA/ sederajat.

Dari tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar jenjang pendidikan responden adalah tamat SLTP/Sederajat, yaitu berjumlah 51 orang (72,86%), tamat SLTA/Sederajat berjumlah 16 orang (22,85%), selanjutnya responden yang tamat SD/sederajat berjumlah 3 responden (4,29%).

Cukup banyaknya responden yang jenjang pendidikannya tamat SLTP/sederajat disebabkan karena sebagian besar responden tersebut sedang melanjutkan studinya di sekolah lanjutan menengah atas (SLTA).

5.1.3. Komposisi Responden Berdasarkan Usia Tabel 13

Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden

No. Usia Frekuensi (F) Persentase (%)

1. 15 tahun 19 27,14

2. 16 tahun 17 24,29

3. 17 tahun 12 17,14

4. 18 tahun 13 18,57

5. 19 tahun 9 12,86

Jumlah total 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Berdasarkan data dari tabel 13, jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 70 orang yang terdiri dari beberapa tingkatan usia remaja dari yang terendah yakni usia 15 tahun sampai yang tertinggi berusia 19 tahun.

Dari tabel 13 tersebut dapat dilihat bahwa responden yang berusia 15 tahun menempati posisi terbanyak yaitu berjumlah 19 orang (27,14%), sedangkan responden berusia 19 tahun berjumlah 9 orang (12,86%).

5.1.4. Komposisi Responden Berdasarkan Suku Bangsa Tabel 14

Distribusi frekuensi berdasarkan suku bangsa responden No. Suku Bangsa Frekuensi (F) Persentase (%)

1. Jawa 38 54,29

2. Aceh 26 37,14

3. Batak 4 5,71

4. Padang 2 2,86

Jumlah 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Dari data tabel 14 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah suku Jawa, yakni berjumlah 38 orang (54,29%), kemudian suku Aceh adalah 26 orang (37,14%), suku Batak sebanyak 4 orang (5,71%), dan suku yang paling sedikit ialah suku Padang dengan jumlah 2 orang (2,86%).

Secara keseluruhan, suku bangsa remaja di Gampong Geudubang Jawa cukup variatif, meskipun suku Jawa dan suku Aceh lebih mendominasi daripada suku-suku lainnya. Namun antara suku yang satu dengan yang lain memiliki toleransi yang sangat tinggi sehingga mereka dapat hidup berdampingan dengan rukun dan mereka tidak membeda-bedakan suku dalam memilih teman.

5.1.5. Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang tua Tabel 15

Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan orang tua responden No Jenis pekerjaan orang tua Frekuensi (F) Persentase (%)

1. PNS/BUMN/ABRI/Polisi 36 51,43

2. Pegawai Swasta 4 5,71

3. Wiraswasta/pedagang 17 24,29

4. Petani 10 14,28

5. Lain-lain 3 4,29

Jumlah 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Data dari tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua responden bekerja sebagai PNS/BUMN/ABRI/Polisi yakni berjumlah 36 orang (51,43%), orang tua responden yang bekerja sebagai wiraswasta/pedagang ialah 17 orang (24,29%), dan yang terakhir profesi lainnya (tukang, buruh, dll) berjumlah 3 orang (4, 29%) merupakan persentase yang terkecil.

Pekerjaan orang tua cukup mempengaruhi segi penampilan responden. Hal ini disebabkan karena pekerjaan orang tua menunjukkan kelas sosial tertentu sehingga responden berusaha untuk menyesuaikan penampilannya dengan status sosial yang dimiliki atau bahkan berpenampilan melebihi status sosial yang dimiliki demi menjaga reputasi dimata teman-temannya.

5.1.6. Pendapatan Orang Tua

Tabel 16

Distribusi frekuensi berdasarkan pendapatan orang tua responden No Pendapatan orang tua Frekuensi (F) Persentase (%)

1. < Rp. 750.000 2 2,86

2. Rp. 750.001 – Rp. 1.000.000 11 15,71 3. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 7 10 4. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000 19 27,14

5. > Rp. 2.000.000 31 44,29

Jumlah 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Berdasarkan data dari tabel 16 dapat dilihat bahwa sebagian besar pendapatan orang tua responden berjumlah lebih besar dari Rp. 2.000.000 perbulan yaitu 31 orang (44,29 %), sedangkan pendapatan orang tua responden yang paling kecil yaitu sekitar Rp. 750.000 berjumlah 2 orang (2,86 %).

Pendapatan orang tua cukup berpengaruh terhadap gaya hidup responden. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi pendapatan orang tua responden maka semakin banyak uang saku yang akan diterima oleh responden. Dengan demikian kemungkinan bagi responden untuk memanfaatkan uang sakunya demi memperoleh barang-barang penunjang penampilan semakin besar. Selain itu, uang saku yang besar memberikan prestise tersendiri bagi responden karena mereka akan dipandang sebagai orang berada dan berasal dari kelas sosial yang tinggi.

5.1.7. Pemberian uang saku oleh orang tua responden Tabel 17

Distribusi frekuensi berdasarkan pemberian uang saku oleh orang tua responden No. Jumlah uang saku yang

diberikan

Frekuensi (F) Persentase (%)

1. < Rp. 5.000 8 11,43

2. Rp. 5.001 – Rp. 10.000 47 67,14

3. > Rp. 10.000 15 21,43

Jumlah 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Berdasarkan data dari tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua responden memberikan uang saku berkisar antara Rp. 5001 – Rp. 10.000, yaitu berjumlah 47 orang (67,14 %). Kemudian sebanyak 15 orang (21,43 %) diberikan uang saku lebih besar dari Rp. 10.000 setiap harinya. Selebihnya sebanyak 8 orang (11,43 %) memperoleh uang saku sebesar kurang dari Rp. 5.000.

Hal ini menunjukkan uang saku yang mereka terima cukup banyak. Uang saku ini tidak termasuk ongkos transportasi, karena sebagian besar responden mengaku berangkat kesekolah dengan mengendarai sepeda motor sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi sebagaimana halnya jika mereka menggunakan angkot atau becak. Jumlah uang saku yang besar dapat dimanfaatkan untuk ditabung atau membeli barang-barang yang mereka inginkan.

5.2. Pengaruh Pemberlakuan Syari’at Islam terhadap Gaya Hidup Remaja 5.2.1. Sosialisasi Syari’at Islam

5.2.1.1. Tanggapan Responden Tentang Mengetahui Adanya Penerapan Syari’at Islam

Tabel 18

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Mengetahui Adanya Penerapan Syari’at Islam di Aceh

No. Mengetahui Adanya Syari’at Islam

Frekuensi (F) Persentase (%)

1. Ya 70 100

2. Tidak - -

Jumlah 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Data yang diperoleh dari tabel 18 menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 70 orang (100 %) mengetahui Syari’at Islam telah diterapkan di Aceh.

Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh responden pernah mendengar ataupun mendapat sosialisasi mengenai penerapan Syari’at Islam, mengingat Syari’at Islam secara formal telah diterapkan di Aceh sejak tahun 2000. Oleh karena itu diharapkan responden dapat mengetahui apa-apa saja peraturan yang ditetapkan berkaitan dengan Syari’at Islam serta mematuhi dan mengamalkan Syari’at Islam dalam kehidupan sehari-hari.

5.2.1.2. Tanggapan Responden Terhadap Peran Agen Sosialisasi Dalam Penerapan Syari’at Islam

Tabel 19

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Siapa Saja Agen Sosialisasi Dalam Penerapan Syari’at Islam.

No. Agen Sosialisasi Syari’at Islam Frekuensi (F) Persentase (%)

1. Tokoh agama 9 12,86

2. Wilayatul hisbah (WH) 4 5,72

3. Orang tua/guru 46 65,71

4. Teman-teman 11 15,71

Jumlah 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Dari data di tabel 19 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mendapat sosialisasi penerapan Syari’at Islam dari orang tua/guru yaitu berjumlah 46 orang (65,71%). Sedangkan responden yang mendapat sosialisasi dari Wilayatul Hisbah/WH hanya berjumlah 4 orang (5,72%).

Ini menunjukkan bahwa agen sosialisasi yang paling berpengaruh pada penerapan Syari’at Islam bagi responden adalah orang tua dan guru, karena orang tua lebih leluasa berkomunikasi dengan anaknya dirumah sedangkan komunikasi responden dengan guru terjadi disekolah saat pelajaran berlangsung. Selain itu karena adanya peraturan Syari’at Islam maka seluruh siswi sekolah di Aceh dari TK hingga SLTA wajib mengenakan jilbab dilingkungan sekolah, dan laki-laki dilarang mengenakan celana pendek. Hal ini merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan Syari’at Islam sejak dini kepada anak. Selain itu Syari’at Islam juga diperkenalkan melalui pelajaran muatan lokal disekolah yang biasanya diisi dengan belajar fiqih, akhlak, dan sebagainya.

5.2.1.3. Tanggapan Responden Terhadap Cara Sosialisasi Penerapan Syari’at Islam

Tabel 20

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Cara Sosialisasi Penerapan Syari’at Islam

No. Cara Sosialisasi Penerapan Syari’at Islam

Frekuensi (F)

Persentase (%) 1. Melalui selebaran, papan

reklame/pamflet di jalan

3 4,29

2. Melalui berita di surat kabar dan televisi

14 20

3. Melalui ceramah di masjid/surau 9 12,86

4. Melalui pelajaran disekolah 21 30

5. Melalui pembicaraan dengan orang tua dirumah

23 32,85

Jumlah 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Berdasarkan data pada tabel 20 diatas, menunjukkan bahwa responden yang menjawab mengetahui Syari’at Islam melalui pembicaraan dengan orang tua dirumah berjumlah 23 orang (32,85 %), responden yang mengetahui Syari’at Islam melalui pelajaran disekolah berjumlah 21 orang (30 %), dan responden yang mengetahui Syari’at Islam melalui selebaran, papan reklame/pamflet berjumlah 3 orang (4,29 %).

Cara yang paling efektif untuk menginformasikan/sosialisasi Syari’at Islam pada remaja ternyata adalah melalui orang tua, sehingga sosialisasi lebih baik diberikan kepada orangtua terlebih dahulu kemudian baru diteruskan pada anak- anaknya. Sosialisasi melalui sekolah juga cukup efektif, mengingat sekolah adalah tempat dimana anak belajar berbagai macam hal. Selain itu disekolah juga tersedia guru yang bisa menjelaskan jika murid tidak paham mengenai Syari’at Islam.

5.2.1.4. Tanggapan Responden Tentang Setuju Adanya Penerapan Syari’at Islam

Tabel 21

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Setuju Adanya Penerapan Syari’at Islam

No. Syari’at Islam Diterapkan Frekuensi (F) Persentase (%)

1. Sangat setuju 24 34,29

2. Setuju 40 57,14

3. Kurang setuju 4 5,71

4. Tidak setuju 2 2,86

5. Sangat tidak setuju - -

Jumlah 70 100

Sumber: Data kuesioner (2011)

Berdasarkan data pada tabel 21 dapat dilihat bahwa responden yang setuju dengan penerapan Syari’at Islam berjumlah 40 orang (57,14%), sangat setuju berjumlah 24 orang (34,29%), kurang setuju berjumlah 4 orang (5,71%), dan responden yang tidak setuju dengan penerapan Syari’at Islam berjumlah 2 orang (2,86%).

Mayoritas remaja di Gampong Geudubang Jawa (91,43%) setuju dengan penerapan Syari’at Islam. Alasannya adalah karena para remaja beranggapan Syari’at Islam penting bagi masyarakat, dan dengan diterapkannya Syari’at Islam maka mereka berharap tidak ada lagi penyakit masyarakat seperti mesum, perjudian dan mabuk-mabukan. Mereka juga berharap tingkat kejahatan berkurang dengan diterapkannya Syari’at Islam.

Dokumen terkait