• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pengukuran (Measurement Model

BAB IV PEMBAHASAN

4.4. Model Pengukuran (Measurement Model

51 dihasilkan

Rata-rata 3.02

Sumber: Lampiran 3

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar indikator memiliki nilai rata- rata antara 2,61 dan 3,40 yang berarti indikator-indikator tersebut sudah dinilai cukup baik. Indikator Sikap karyawan atas kinerja yang dihasilkan dinilai dengan rata-rata paling rendah yaitu 2,52.. Demikian juga secara rata- rata variabel Kualitas produk memiliki nilai 3,02 yang artinya variabel Kualitas Produk sudah dinilai cukup baik.

52

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa semua kriteria penilaian tentang validiatas model Strategis terpenuhi (valid) sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima indikator tersebut valid membentuk model atau konstruk Strategis.

53 Tabel 4.11. Nilai Validitas Model Taktis

Nilai Validitas Cut - Off - Value

Hasil Analsis Kete- rangan KMO (Kaiser Meyer Olkin) ≥ 0,50 0,734 Valid X2 (Chi Square), α=0,05;

df=10

≥ 18,31 257,146 Valid

Significance Probability < 0,05 0,000 Valid

Eigen Value >1,00 3,768 Valid

Varians kumulatif ≥ 60 % 75,366 Valid

Anti Image ≥ 0,50 0,657 sampai

dengan 0,887

Valid

Loading factor ≥ 0,50 0,846 sampai

dengan 0,887

Valid Sumber : Lampiran 6

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua kriteria penilaian tentang validiatas model Taktis terpenuhi (valid) sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima indikator tersebut valid membentuk model atau konstruk Taktis.

Tabel 4.12 Nilai Validitas Model Operasional

Nilai Validitas Cut - Off - Value

Hasil Analsis Kete- rangan KMO (Kaiser Meyer Olkin) ≥ 0,50 0,720 Valid X2 (Chi Square), α=0,05;

df=3

≥ 7,82 70,842 Valid

Significance Probability < 0,05 0,000 Valid

Eigen Value >1,00 2,233 Valid

Varians kumulatif ≥ 60 % 74,442 Valid

Anti Image ≥ 0,50 0,705 sampai

dengan 0,751

Valid

Loading factor ≥ 0,50 0,847 sampai

dengan 0,872

Valid Sumber : Lampiran 6

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa semua kriteria penilaian tentang validiatas model Operasional terpenuhi (valid) sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga indikator tersebut valid membentuk model atau konstruk Operasional.

54

Tabel 4.13 Nilai Validitas Model Kualitas Produk

Nilai Validitas Cut - Off - Value

Hasil Analsis Kete- rangan KMO (Kaiser Meyer Olkin) ≥ 0,50 0,841 Valid X2 (Chi Square), α=0,05;

df=6

≥ 12,59 156,120 Valid

Significance Probability < 0,05 0,000 Valid

Eigen Value >1,00 3,090 Valid

Varians kumulatif ≥ 60 % 77,255 Valid

Anti Image ≥ 0,50 0,837 sampai

dengan 0,858

Valid

Loading factor ≥ 0,50 0,882 sampai

dengan 0,888

Valid Sumber : Lampiran 6

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa semua kriteria penilaian tentang validiatas model Kualitas Produk terpenuhi (valid) sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat indikator tersebut valid membentuk model atau konstruk Kualitas Produk.

4.5. Pengaruh Variabel Strategis, Taktis dan Operasiona terhadap Kualitas Produk

4.5.1 Pelaporan hasil analisis Regresi

Berdasarkan hasil analisis data pada Lampiran 7 maka dapat dilaporkan hasil analisis regresinya sebagai berikut:

Persamaan Regresi: Y = 0,336X1 + 0,344X2 + 0,304X3

Std Error : 0,102 0,109 0,084 T hitung : 3,304 3,145 3,612

Sig uji t : 0,002 0,003 0,001 R square = 0,830

Fhitung = 100,684 Sig Uji F = 0,000

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa variabel bebas Strategi (X1), Taktis (X2) dan Operasional (X3) memiliki

55

pengaruh positif yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresinya bernilai dengan nilai signifikansi uji t semuanya di bawah 0,05.

Jika variabel Strategis, Taktis dan Operasional mengalami peningkatan , maka variabel Kualitas Produk juga akan meningkat secara signifikan.

4.5.2 Pemenuhan uji asumsi klasik

Model regresi akan lebih tepat digunakan dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat, apabila beberapa asumsi berikut dapat terpenuhi. Uji asumsi klasik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear sederhana antara lain Uji Normalitas, Uji Multikoleniaritas dan Uji Heterokedastisitas.

a) Uji Normalitas Data

Merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi residual yang normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini Uji Normalitas dilakukan dengan menguji normalitas residual dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi komulatif relatif hasil observasi dengan distribusi komulatif relatif teoritisnya. Jika probabilitas signifikansi nilai residual lebih besar dari 0,05 berarti residual terdistribusi dengan normal. Demikian pula sebaliknya, jika probabilitas signifikansi residual lebih rendah dari 0,05 berarti residual tidak terdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 8 didapat nilai signifikansi sebesar 0,435 seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 4.14. Karena

56

nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov di atas 0,05 maka didapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

Tabel 4.14Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

66 -.0052716 .40255264 .107 .080 -.107 .870 .435 N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unst.

Residual

Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data.

b.

Sumber: Lampiran 8

b). Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF kurang dari 10, maka dapat dikatakan model telah bebas dari multikolinearitas. Berdasarkan analisis data (Lampiran 7) didapat nilai VIF variabel Strategis sebesar 3,774, nilai VIF Variabel Taktis sebesar 4,359 dan nilai VIF variabel Operasional sebesar 2,572. Karena nilai VIF kurang dari 10, maka dapat dikatakan model telah bebas dari multikolinearitas

57 c) Uji Heterokedastisitas

Merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang homogen. Utuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser, dengan meregres variabel bebas terhadap absolut residual. Jika variabel bebas yang diteliti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap residual absolut, berarti model regresi tidak mengandung gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan uji Heteroskedastisitas pada Lampiran 9 didapat nilai signifikansi uji t variabel Strategis = 0,712, variabel Taktis =0,226 dan variabel Operasional = 0,061. Karena nilai signifikansi uji t pada uji Heteroskedastisitas di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung heteroskedastisitas.

4.5.3 Uji Ketepatan Model Regresi (UJi Pengaruh Simultan/Uji F)

Uji ketepatan model regresi untuk memprediksi pengaruh variabel Strategis, Taktis dan Operasional terhadap Kualitas produk diuji dengan menggunakan Uji F. Langkah-langkah melakukan Uji F adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan Formulasi Hipotesis

Ho : β1= β2 = β3= 0; tidak ada pengaruh secara simultan dari variabel Strategis, Taktis dan Operasional terhadap Kualitas produk

Hi : β12, β3 > 0; ada pengaruh secara simultan dari variabel Strategis, Taktis dan Operasional terhadap Kualitas produk

58 2) Menentukan Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan adalah 5 persen, α = 0,05, 3) Merumuskan Kriteria Pengujian

Jika sig uji F hitung > 0,05 maka Ho ditolak Jika sig uji F hitung >= 0,05 maka Ho diterima 4) Analisis Data

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai Fhitung sebesar 100,684 dengan signifkansi 0,000 (Lampiran 7)

5) Menarik Kesimpulan

Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 100,684 dengan signfikansi sebesar 0,000.

Karena nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.. Besarnya pengaruh variabel bebas tersebut ditunjukkan oleh niai R Square sebesar 0,830. Hal ini berarti bahwa 83,0% perubahan Kualitas produk dipengengaruhi oleh variabel Strategis, Taktis dan Operasional sedangkan sisanya sebesar 17,0%

ditentukan oleh variabel di luar model.

4.5.4 Uji signifikansi pengaruh variabel Strategis, Taktis dan Operasional terhadap Kualitas produk

Pengaruh variabel Strategis, Taktis dan Operasional terhadap Kualitas produk diuji dengan menggunakan Uji t. Langkah-langkah melakukan Uji t untuk masing-masing variabel bebas dijelaskan seperti berikut ini.

a) Pengaruh variabel Strategis terhadap kualitas produk

1) Merumuskan Formulasi Hipotesis

Ho : β1 <= 0; tidak ada pengaruh positif yang signifikan variabel Strategis terhadap Kualitas produk

59

Hi: β1 > 0; ada pengaruh positif yang signifikan variabel Strategis terhadap Kualitas produk

2) Menentukan Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, α = 0,05, 3) Merumuskan Kriteria Pengujian

Jika sig uji t hitung <0,05maka Ho ditolak Jika sig uji t hitung > 0,05 maka Ho diterima 4) Analisis Data

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung variabel Strategis sebesar 3,304 dengan signifikansi 0,002 (Lampiran 7)

5) Menarik Kesimpulan

Nilai thitung yang diperoleh sebesar 3,304 dengan signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh positif yang signifikan variabel Strategis terhadap Kualitas produk.

b) Pengaruh variabel Taktis terhadap kualitas produk

1) Merumuskan Formulasi Hipotesis

Ho : β1 <= 0; tidak ada pengaruh positif yang signifikan variabel Taktis terhadap Kualitas produk

Hi: β1 > 0; ada pengaruh positif yang signifikan variabel Taktis terhadap Kualitas produk

2) Menentukan Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, α = 0,05, 3) Merumuskan Kriteria Pengujian

60 Jika sig uji t hitung <0,05maka Ho ditolak

Jika sig uji t hitung > 0,05 maka Ho diterima 4) Analisis Data

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung variabel Taktis sebesar 3,145 dengan signifikansi 0,003 (Lampiran 7)

5) Menarik Kesimpulan

Nilai thitung yang diperoleh sebesar 3,145 dengan signifikansi sebesar 0,003 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh positif yang signifikan variabel Taktis terhadap Kualitas produk.

c) Pengaruh variabel Operasional terhadap kualitas produk

1) Merumuskan Formulasi Hipotesis

Ho : β1 <= 0; tidak ada pengaruh positif yang signifikan variabel Operasional terhadap Kualitas produk

Hi: β1 > 0; ada pengaruh positif yang signifikan variabel Operasional terhadap Kualitas produk

2) Menentukan Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, α = 0,05, 3) Merumuskan Kriteria Pengujian

Jika sig uji t hitung <0,05maka Ho ditolak Jika sig uji t hitung > 0,05 maka Ho diterima 4) Analisis Data

61

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung variabel Operasional sebesar 3,612 dengan signifikansi 0,001 (Lampiran 7)

5) Menarik Kesimpulan

Nilai thitung yang diperoleh sebesar 3,612 dengan signifikansi sebesar 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh positif yang signifikan variabel Operasional terhadap Kualitas produk.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Konstruk Strategis berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas produk. Semakin baik konstruk strategis, maka semakin baik juga kualitas produk yang dihasilkan.

2) Konstruk Taktis berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas produk.

Semakin baik konstruk Taktis, maka semakin baik juga kualitas produk yang dihasilkan.

3) Konstruk Operasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas produk. Semakin baik konstruk Operasional, maka semakin baik juga kualitas produk yang dihasilkan.

5.2 Saran-saran

Secara umum penilian responden terhadap konstruk yang ada adalah cukup baik. Dengan demikian perlu ada usaha untuk peningkatan pada masing- masing konstruk, yaitu:

1) Pada konstruk strategis, perlu dilakukan perbaikan pada indikator kepemimpinan. Hal ini disebabkan rata-rata penilaian responden pada indikator kepemimpinan paling rendah. Usaha yang dapat dilakukan adalah memperbaiki komunikasi antara atasan dan bawahan.

2) Pada konstruk Taktis, indikator tim pembangunan dan pemecahan masalah menjadi prioritas perbaikan.

3) Konstruk operasional harus menekankan perbaikan pada indikator pengawasan proses produksi.

4) Konstruk kualitas produk perlu memperhatikan sikap karyawan atas kinerja produk yang telah dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahire, S. L., Golhar, D. Y., & Waller, M. A. (1996) Development and Validation of TQM

Andrea Chiarini & Associates (2011), Japanese total quality control,TQM, Deming’s system of profound knowledge, BPR, Lean and Six Sigma Comparison and discussion, International Journal of Lean Six Sigma, 2 (4), 2011, pp. 332-355

Anderson, J.C., Rungtusanatham, M., & Schroeder, R. G. (1994) A Theory of Quality Management Underlying the Deming Management Method. The Academy of Management Review, 19(3), pp.472-509.

Anderton, B. (1999) Innovation, Product Quality, Variety, and Trade Performances: an Empirical Analysis of Germany and the UK. Oxford Economic Papers, 51(1), pp. 152-167.

Arbucle, J.L. (1997) Amos Users’ Guide : Version 3.6, Chicago : Smallwaters Corporation.

Bakka, D (1998) Training: Critical for Quality. Beverage World, 117(1653), pp.125.

Blackburn, R., & Rosen, B. (1993) Total Quality and Human Resources Management: Lessons Learned from Baldrige Award-Winning Companies.

Academy of Management Executive, 7(3), pp.49-66.

Cooper, C., & Alonzo, V. (1996) The Model Employee. Incentive. 170(12), pp.36-37.

Cooper, D.R. & Emory, C.W. (1995) Metode Penelitian Bisnis, Jilid 1, Edisi kelima, Penerbit Erlangga.

Cortell, D., & Derrick, R. (1992) Sales Training and the Saturn Differences.

Training and Development, 42(12), pp.38-43.

Creech, B. (1995) Lima Pilar TQM. Edisi Terjemahan Bahasa Indonesia, Jakarta:

Binarupa Aksara.

Dean, Jr. J. W., & Bowen, D. E. (1994) Management Theory and Total Quality:

Improving Research and Practice through Theory Development. Academy of Management Review, 19(3), pp.392-418.

Dumond, E. J. (1995) Learning from the Quality Improvement Process:

Experience from U.S. Manufacturing Firms. Production and Inventory Management Journal, 36(4), pp. 7-13

Evangelos L. Psomas and Christos V. Fotopoulos (2009), Total quality management practices and results in food companies , International Journal of Productivity and Performance Management, 59 (7), 2010, pp. 668-687 Ferdinand, A. (2000) Structural Equation Modeling dalam Penelitian

Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Forrester, R. (2000) Empowerment: Rejuvenating A Potent Idea. Academy of Management Executive, 14(3), pp.67-80.

Frazis, H. Gittleman, M., & Joyce, M. (2000) Correlatesof Training: An Analysis Using Both Employer and Employee Characteristics. Industrial and Labor Relations Review, 53(3), pp.443-462.

Galagan, P.A. (1992) How to get Your TQM Training on Track. Nation’s Business, 80(10), pp.24-28.

Goetsch, D. L., & Davis, S.B. (1997) Introduction to Total Quality: Quality Management for Production, Processing, and Service. Second Edition, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Ghozali, 2004, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang:

BP-Undip.

Griffin, R. (1998) Consequences of Quality Circles in An Industrial Setting: A Longitudinal Assesment. Academy of Management Journal, 31(2), pp.338- 358.

Hair, J.R., Joseph F., Rolph E.A., Ronald L.T., & William C. B. (1995) Multivariate Data Analysis with Readings, Fourth edition, Prentice Hall International Inc.

Harari, O. (1993) Stop Empowering Your People. Management Review, 82(5), pp.26-29.

Heizer Jay & Barry Render (2011), Operations Management, Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Hernan, P. (1999) The Untrained, Unempowered Masses. Industry Week, 248(42), pp.94-96.

Implementation Constructs. Decision Sciences, 27(1), pp.23-56.

_____(1993) Ten Reason Why TQM doesn’t work. Management Review, 82(1), pp.33-38.

_____(1993) The Eleventh Reason Why TQM doesn’t work. Management Review, 82(5), pp. 31-36.

Indriantoro, N. & Supomo, B. (1999) Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

James, P. T. J. (1996) Total Quality Management: An Introductory Text. Europe:

Prentice-Hall Inc.

Korukonda, A. R., Watson, J&G., & Rajkumar, T. M. (1999) Beyond Teams and Empowerment: A Counterpoint to Two Common Precepts in TQM. SAM Advanced Management Journal, 64(1), pp.29-36.

Kumar, S., & Grupta, Y. P. (1991) Cross Functional teams Improve Manufacturing at Motorolas’s Austin Plant. Industrial Engineering, 23(5), pp. 32-36.

Lawler, III, E. E. (1994) Total Quality Management and Employee Involvement:

Are They Compatible? Academy of Management Executive, 8(1), pp. 68-76.

Mckee, B. (1992) Turn Your Workers into A Team. Nation’s Business, 80(7), pp.36-38.

Min, H. (1998) A World-Class Continuous Quality Improvement Program: The fastener Supply Corporation Case. Production and Inventory Management Journal, 39(4), pp. 10-14.

Modarress, B., & Ansari, A. (1989) Quality Control Techniques in U.S. Firm: A Survey. Production and Inventory Management Journal, 30(2), pp.58-62.

Rao, P. (1996) Measuring Consumer Perceptions Through Factor Analysis. The Asian Manager, February-March, pp. 28-32.

Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariate, Cetakan Ketiga, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Saraph, J.V., Benson, P. G., & Schroeder, R. G. (1989) An instrument for measuring the Critical Factors of Quality Management. Decision Sciences, 20(4), pp.810-829.

Dokumen terkait