BAB II KERANGKA TEORI
C. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
1. Nilai Religius
Karakter religius dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku yang taat dalam melaksanakan ajaran agama yang merupakan pokok pangkal terwujudnya kehidupan yang damai. Dengan demikian, proses pendidikan karakter religius ataupun pendidikan akhlak sudah tentu harus dipandang sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan.30
Nilai religius merupakan salah satu nilai karakter yang dijadikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral seperti saat ini. Dalam hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berperilaku dengan ukuran baik buruk yang didasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama. Penanaman nilai religius dilakukan dengan menciptakan suasana yang memungkinkan terinternalisasinya nilai religius dalam diri anak-anak. Internalisasi dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang agama kepada para siswa, agar tetap menjaga sikap arif bijaksana, bertutur kata sopan dan bertata krama baik di tengah tekanan-tekanan budaya luar yang bertentangan dengan nilai nilai bangsa.31
Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Universitas Yudharta Pasuruan. P-ISSN (Cetak) : 2527-6506, E- ISSN (Online) : 2549-9688 Volume 2, Nomor 2, November 2017, h.332
30 Muhammad Mushfi El Iq Bali dan Nurul Fadilah, "Internalisasi Karakter Religius Di Sekolah Menengah Pertama Nurul Jadid", Jurnal MUDARRISUNA Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2019, h. 8
31 Jupriani dan Rofpi, "Implimentasi Nilai-nilai Religi Untuk Memperkuat Karakter Siswa di Era Disrupsi", Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang 10 Januari 2020. ISBN: 978-602-52451-2-1, h.474
Peningkatan religiusitas yang ditandai dengan adanya peningkatan spiritualitas individual seharusnya diikuti dengan spiritualitas sosial. Karena dengan adanya peningkatan spiritualitas sosial, diharapkan tumbuh kesadaran bersama (collective conscience) yang mengarah kepada berkembangnya sikap sikap toleransi terhadap pluraritas, multikulturalitas, dan multietnis sehingga akan menjamin kehidupan bersama yang menjadi aman dan nyaman.
Dalam perkembangan agama dan keagamaan di Indonesia disadari sepenuhnya bahwa berakhirnya era Orde Baru dan munculnya era Reformasi yang ditandai dengan eforia kebebasan yang terkadang tidak terkendali menjadikan tumbuh suburnya kelompok-kelompok radikal, terutama kelompok-kelompok yang mengatas namakan Islam.
Fenomena radikalisme di kalangan umat Islam seringkali dikaitkan dengan paham keagamaan, meskipun paham radikalisme semula lahir dari berbagai sumbu, seperti ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya.
Radikalisme yang biasanya cenderung mengarah kepada terorisme menjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia dewasa ini.
Menumbuhkan kesadaran bersama (collective conscience) yang mengarah pada berkembangnya sikap toleransi terhadap multikulturalisme di Indonesia dapat dilakukan dengan memberikan wawasan kebangsaan pada diri siswa agar siswa di Indonesia mampu menjadi generasi yang religius dan moderat, bukan religius yang radikal.
Wawasan kebangsaan sesungguhnya adalah seperangkat pengetahuan, sikap, dan tindakan yang didasarkan atas kesadaran bahwa masyarakat Indonesia yang berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwarna-warni suku, agama, etnis, tradisi, dan kebudayaannya adalah bangsa yang satu dan akan terus dipertahankan sampai kapanpun.
Penanaman nilai-nilai karakter religius pada siswa juga merupakan salah satu bentuk perwujudan dari sila pertama Pancasila yang di dalamnya terkandung makna bahwa moralitas dan spritualitas keagamaan berperan penting sebagai landasan utama bagi keutuhan dan keberlangsungan suatu negara.
Bahasan mengenai nilai-nilai karakter religius dalam Pendidikan Kewarganegaraan dilandasi pemikiran bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia diarahkan pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas, yakni manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa, serta menjadi pribadi yang memiliki kesadaran beragama sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.32
Adapun Kriteria Nilai Karakter Religius ialah:
a. Berwawasan keagamaan
Berwawasan keagamaan dapat diartikan tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang mengenai ajaran-ajaran agama, terutama pada ajaran pokok dari agamanya sebagaimana yang termuat dalam kitab suci Alquran dan Sunnah Rasul. Pengetahuan ini juga menyangkut sesuatu yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya.
Wawasan agama yang diperoleh akan menjadi bekal dan dasar dalam melaksanakan ibadah sehari-hari. Hal ini dibuktikan oleh peserta didik ketika menjadi pembawa acara Yasinan maupun ketika memberi sambutan, peserta didik mengawalinya dengan membaca dalil-dalil yang terkait dengan kegiatan yang sedang dilaksanakan.
32 Marzuki dan Pratiwi Istifany Haq, "Penanaman Nilai-Nilai Karakter Religius Dan Karakter Kebangsaan Di Madrasah Tsanawiyah Al Falah Jatinangor Sumedang", Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VIII, Nomor 1, April 2018, h.85-86
Selain itu juga ketika sedang berkomunikasi membahas sesuatu dikaitkan dengan aturan-aturan keagamaan.
b. Taat beribadah
Berkaitan dengan tingkat kepatuhan seseorang untuk melaksanakan ibadah kepada Allah sebagaimana yang dianjurkan oleh agama.
Dalam agama Islam ibadah ini menyangkut pelaksanaan sholat, zakat, puasa, haji, membaca Alquran, berdoa, berdzikir, menjalankan sunnah dan bentuk ketaatan ibadah lainnya. Ibadah ini dilaksanakan secara terus menerus (mudawamah) dan konsisten (istiqomah), tidak hanya pada waktu tertentu, atau karena ada seseorang.
c. Membina keimanan dan ketaqwaan
Hal ini diwujudkan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang bisa membina keimanan dan ketaqwaan kepada Allah seperti tergabung dalam majelis taklim, majelis dzikir, mengikuti pengajian, mendengarkan ceramah dari kyai atau ulama. Harapannya setelah mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut seseorang akan semakin terbina, sehingga keimanan dan ketaqwaan kepada Allah semakin meningkat.
d. Selalu ingat kepada Allah SWT
Seorang yang berkarakter religius tentu akan selalu ingat kepada Allah kapanpun dan dimanapun, baik dalam keadaan susah maupun senang, sifat ini mengarah pada amal perbuatan yang baik dan mencegah dari perbuatan buruk. Salah satu cara mengingat Allah adalah dengan berdzikir.
e. Berakhlak baik
Kebaikan seseorang tidak semata-mata diukur dari hubungan dengan Allah (Hablum minallah) rajin beribadah, taat melaksanakan ibadah, tetapi juga harus diimbangi dengan akhlak baik dengan manusia (Hablum Minannas). Akhlak yang mulia bisa diwujudkan dengan berbagai bentuk misalnya bertutur kata baik, bermanfaat bagi
manusia lain, memiliki jiwa sosial, menjalin persaudaraan, menjalin tali silaturrahmi dan lain sebagainya.33