• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organoleptik Teknik Skoring (Spesifikasi Kenampakan, Bau, Rasa, Dan Tekstur)

Dalam dokumen pengaruh tingkat kedalaman tanam dan waktu (Halaman 40-59)

III. METODE PENELITIAN

3.7 Organoleptik Teknik Skoring (Spesifikasi Kenampakan, Bau, Rasa, Dan Tekstur)

23 Interpretasi :

1. Secara umum perlakuan lama waktu tanam dan kedalaman tanam……

2. Faktor A terhadap P …….

3. Faktor B terhadap P……..

4. Interaksi Faktor A Terhadap Faktor B ……

3.7 Organoleptik Teknik Skoring (Spesifikasi Kenampakan, Bau, Rasa, Dan

24 Tabel 4. Spesifikasi Skoring Untuk Bau

Spesifikasi

Nilai Kode Contoh

Bau 1 2

Sangat Segar Spesifik Jenis Sebelum

Ditanam 1

Segar

Spesifik Jenis Sebelum

Ditanam 2

Sedikiut Netral

Sedikit berbau asam 3

Agak amis dan asam

Bau Khas Bisa Dimakan 4 Bau asam

Bau khas siap Dimakan 5

Keterangan : Tabel diatas akan diisi dengan kode responden sesuai nilai dan spesifikasi.

25 Tabel 5. Spesifikasi Skoring Untuk Rasa

Spesifikasi

Rasa Nilai

Kode Contoh

1 2

Sangat Pahit, Khas Pangi Mentah,

Kadar Sianida Tinggi 1 Pahit,

Khas Pangi Setelah Ditanam, Kadar Sianida Masih

Tinggi

2

Netral, Sedikit Pahit dan

Sedikit Kecut, Khas Pangi Lama

Tanam

3

Agak Asam (Kecut), Pahit Hampir Tidak

Terasa 4

Rasa Khas Pangi Setelah Tanam,

Asam (Kecut), Tidak Pahit Sama

Sekali

5

Keterangan : Tabel diatas akan diisi dengan kode responden sesuai nilai dan spesifikasi.

26 Tabel 6. Spesifikasi Skoring Untuk Tekstur

Spesifikasi

Tekstur Nilai Kode Contoh

1 2

Sangat Padat dan Berantakan, Sulit dirobek, Sangat Tidak Elastis

1

Padat, Agak sulit dirobek,

Tidak Elastis 2

Sedikit Lunak dan kering, Agak bisa dirobek,

Bisa ditekan

3

Lunak dan Sedikit berair, Bisa dirobek, Tekanan Jari Berbekas

4

Sangat Lunak dan Berair, Mudah Dirobek, Mudah ditekan dan

menyatu

5

Keterangan : Tabel diatas akan diisi dengan kode responden sesuai nilai dan spesifikasi.

IV KEADAAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Fisik

4.1.1 Letak dan Luas Wilayah KPHL

Secara geografis, wilayah kelola UPT KPHL Unit XII Walanae berada di antara 119°42’ - 120°26’ Bujur Timur dan 03°39’-04°32’

Lintang Utara, dengan luas ±64.592 Ha. 119°42’ - 120°26’ Bujur Timurdan 03°39’-04°32’ Lintang Utara, dengan luas ±64.592Ha,.

Berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Sulawesi Selatan (Lampiran SK Menteri Kehutanan No.

434/Menhut-II/2009) dan peta hasil tata batas kawasan hutan (BPKH, 2014/2015), luas kawasan hutan yang ada di kabupaten soppeng berdasarkan administrasi pemerintahan Unit XII Walanae adalah seluas

±47.144,95

Namun, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK. 665/MENLHK/SETJEN/PLA.0/11/2017 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Provinsi Sulawesi Selatan, luas kawasan hutan KPHL Unit XII menjadi seluas ± Ha atau terjadi penambahan seluas ± 91,38 Ha setelah dikurangi dengan luasan kawasan konservasi/kawasan pelestarian alam seluas ±1.572,3 Ha. Sesuai ketentuan yang berlaku, KPHL Unit XII Walanae mengacu kepada Keputusan Menteri yang terbaru (SK 665/2017) dimana pembagian fungsi kawasan terdiri dari Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan

28 Produksi Terbatas (HPT) dengan perincian luas masing-masing arahan fungsi hutan seperti disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas Hutan Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan KPHL Unit XII Walanae

No Fungsi Hutan Luas(Ha) Persentase (%)

1 Hutan Lindung (HL) 39.396 60,99

2 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 11.035 17.09 3 Hutan Produksi Tetap (HP) 14.161 21,92

Jumlah 64.592 100,00

Sumber: Lampiran SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.665/MENLHK/SETJEN/PLA.0/11/2017

Berdasarkan wilayah kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung, batas wilayah KPHL Unit XII sebagaimana Tabel di bawah ini:

Tabel 8. Batas Wilayah Kelola KPHL Unit XII Walanae No. Arah Mata

Angin

Wilayah Administrasi /

Batas Alam Wilayah KPH

1 Utara Kab. Luwu KPHL Unit III Latimojong 2 Timur Kab. Bone KPHP Unit XIII Cenrana 3 Selatan Kab. Bone KPHP Unit XIII Cenrana 4 Barat Kab. Barru KPHL Unit II Ajatappareng Sumber :Peta Administrasi Provinsi Sulawesi Selatan dan Lampiran SK

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.665/MENLHK/SETJEN/PLA.0/11/2017.

Berdasarkan administrasi pemerintahan, distribusi wilayah KPHL Unit XII Walanae mencakup wilayah Kabupaten Soppeng dengan distribusi areal KPHL perkecamatan sebagaimana tertera pada Tabel 9

29 Tabel 9. Distribusi Areal KPHL Kecamatan di Kabupaten Soppeng

No Kecamatan

Prosentase Luas Kec. Terhadap

Wilayah Kab.

Distribusi Areal KPH Per Kecamatan

Ha % Ha %

1 Marioriwawo 30,0 20,00 2.516,507 3,896 2 Lalabata 27.8 18,50 21.783,775 33,725 3 Liliriaja 9.6 6,40 186,655 0,289 4 Lilirilau 18.7 12,50 538,698 0,834 5 Donri donri 22.2 14.8 8.414,985 13,028 6 Marioriawa 32,0 21,30 11.808,772 18,282

7 Citta 4,0 2,70 323,238 0,500

8 Ganra 5.7 3,80 -

Jumlah 150 100

1,048,591.00 100 Sumber :BPS Soppeng Dalam Angka 2017,

4.1.2. Topografi

Wilayah KPHL Unit XII Walanae berada pada ketinggian yang bervariasi antara 0 – 500 meter di atas permukaan laut, terdiri atas seluas 57.263 ha atau sebesar 22,85% berada pada ketinggian 0 -7 m dpl, seluas 94.539 ha atau sebesar 37,72% berada pada ketinggian 8 – 25 m dpl, seluas 87.419 ha atau sebesar 34,90 % berada pada ketinggian 26 – 100 m dpl, seluas 11.231 ha atau sebesar 4,5 % berada pada ketinggian 101 – 500 m dpl., serta seluas 167 ha atau sebesar 0,66 % berada pada ketinggian diatas 500 m dpl. Sebagian besar wilayah ini tergolong datar dengan kemiringan 0 – 2% dengan luas mencapai 212.341 ha atau sekitar 84%

sedangkan lahan datar hingga bergelombang dengan kemiringan 3-15%

dengan luas 21.116 Ha (8,43%), lahan yang berbukit dengan kemiringan

30 diatas 16-40% dengan luas 13.753 Ha (5,5%) dan Kemiringan lahan diatas 40% dengan luas 3.316 ha(1,32%).

4.1.3. Klimatologi.

Kondisi iklim wilayah KPHL Unit XII Walanae dan sekitarnya secara umum ditandai dengan hari hujan dan curah hujan yang tinggi dan sangat dipengaruhi oleh musim. Berdasarkan hasil pengamatan dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Wajo di Sengkang dan Kabupaten Soppeng di Watansoppeng dalam lima tahun terakhir memperlihatkan rata-rata hari hujan dan curah hujan berkisar antara 1147.8- 1652.9 mm/tahun dan hari hujan sekitar 167-199 hari/tahun.

Musim hujan dimulai pada Bulan September hingga Bulan Mei dan setelah itu memasuki musim kemarau.

Tabel 10. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Di KPHL Unit XII Walanae Tahun 2013 s/d 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Soppeng, 2017.

2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017

1 J a nua ri 270.1 203 297.8 218.5 200 18 17 19 18 20

2 F e brua ri 262.5 153.1 163.2 292.3 200 18 20 22 16 13

3 M a re t 198.1 67.7 139.6 84.9 200 18 20 13 17 18

4 April 181.7 214.2 148 115.1 200 21 22 17 13 19

5 M e i 123.1 33.6 122.3 196.1 101 16 11 20 24 12

6 J uni 264.2 167.5 60.6 260.2 61 22 15 7 25 9

7 J uli 49 95.3 59.5 270.4 61 7 17 13 22 5

8 Agus tus 63 68.6 32.6 106.4 61 13 18 8 22 3

9 S e pte m be r 72 166 60.2 103.4 61 6 11 6 25 9

10 Okto be r 59 209.2 116.5 215.9 101 16 22 12 22 19

11 No ve m br 170.6 210.4 152.5 224.9 200 19 22 15 16 22

12 De s e m be r 180.2 265.4 154.14 169.3 200 23 23 13 27 26

1472.4 2254 1712.9 2557.4 1659.6 197 218 165 247 175

No B ula n

C ura h Huja n Ha ri Huja n

J um la h

31 Iklim di wilayah KPHL Unit XII Walanae tergolong sangat basah, dimana didapatkan nilai Q sebesar 0.119. Nilai Q merupakan perbandingan dari jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah. Nilai Q dirumuskan sebagai berikut.

Q = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ Q = 5

42 = 0,119

Tabel 11. Tipe Iklim Menurut Schmidt-Ferguson

Tipe Iklim

Nilai Q Keterangan

A 0 < Q < 0,143 Sangat basah B 0,143 < Q < 0,333 Basah C 0,333 < Q < 0,600 Agak basah D 0,600 < Q < 1,000 Sedang E 1,000 < Q < 1,670 Agak kering F 1,670 < Q < 3,000 Kering G 3,000 < Q < 7,000 Sangat kering

H 7,000 Luar biasa kering

4.1.4. Geologi dan Tanah.

Areal KPHL Unit XII Walanae berada pada ketinggian yang bervariasi antara 0 – 500 meter di atas permukaan laut. Bentuk permukaan kawasan bervariasi dari datar, bergelombang sampai berbukit.Adapun kelerengan di KPHPL Unit XII Walanae bervariasi mulai dari kelerangan 0 – 8%, 8 - 15% sampai dengan 15 – 25%.

Berdasarkan peta jenis tanah di KPHL Unit XII Walanae terdapat beberapa jenis tanah yaitu, latosol, grumosol, litosol dan podzolik merah kuning. Tanah Aluvial merupakan tanah subur yang cocok digunakan

32 untuk pertanian intensif. Tanah Aluvial adalah tanah muda yang dalam proses pembentukannya masih terlihat campuran antara bahan organik dan bahan mineral. Tanah Alluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering dan lekat jika basah. Kaya akan fosfat yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 Reaksi tanahnya dari asam, netral sampai basa. Berdsarkan bahan induknya terdapat tanah Aluvial pasir, lempung, kapur, basa,asam dan lain-lain. Tanah Aluvial hanya meliputi lahan yang baru saja mengalami banjir, sehingga dapat dianggap masih muda dan belum ada diferensiasi. Endapan yang sudah tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk.

Hasil survai pada beberapa plot di wilayah KPHL Unit XII Walanae, ditemukan jenis tanah pada titik-titik pengamatan adalah jenis tanah litosol atau biasa disebut “laterit”. Jenis tanah ini terbentuk dariproses pelapukan sedimen keras secara kimia dengan bantuan organisme hidup dan pelapukan fisikanya dengan bantuan sinar matahari dan hujan.Jenis tanah ini dapat dijumpai di lereng gunung atau perbukitan atau tanah datar seperti yang terdapat pada lokasi inventarisasi areal KPHL Unit XII Walanae. Jenis tanah lainnya yang dijumpai pada lokasi plot adalah jenis tanah podsolik. Tanah ini merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan sedang. Tanahnya berwarna merah atau kekuning - kuningan.

Tanah podsolik mempunyai karakteristik tekstur yang lempung atau berpasir dengan PH rendah serta memiliki kandungan unsur uranium dan besi yang tinggi.

33 Adapun untuk tingkat kekritisan lahan di wilayah kelola UPT KPH Unit XII Walanae belum dalam tahap mengkhawatirkan. Dari data BP DAS Jeneberang Saddang (2017), menunjukkan bahwa lahan kritis dan sangat kritis di wilayah kelola UPT KPHL Unit XII Walanae sebesar 3.606,21 Ha atau 5,58 % dari areal kelola yang didominasi pada kawasan fungsi hutan produksi terbatas. Sisanya termasuk dalam kategori potensial kritis dan agak kritis seluas 20.544,05 atau 31,81 % dari wilayah kelola dan paling luas berada pada kawasan dengan fungsi lindung. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12. Luas Lahan Kritis Berdasarkan Fungsi Kawasan.

Fungsi Kawasan

Tingkat Kekritisan Lahan Agak

Kritis Kritis Potensial Kritis

Sangat Kritis

Tidak

Kritis Total Hutan Lindung 5.811,29 253,26 7.759,46 - 20.368,91 34.192,91

Hutan Produksi 330,84 207,86 - - - 538,70

Hutan Produksi

Terbatas 4.254,22 3.143,23 2.390,24 1,86 1.051,48 10.841,03 Jumlah 10.396,35 3.604,35 10.147,70 1,86 21.420,39

Sumber : Balai Pengelolaan DAS Jeneberang Saddang, 2017.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2017 (Kabupaten Soppeng), pada wilayah kerja KPHL Unit XII terdapat 57 desa/kelurahan yang berada didalam dan sekitar wilayah pengelolaan dan sangat berdampak terhadap wilayah kelola, sebagaimana Tabel 13 berikut ini:

34 Tabel 13. Sebaran Desa/Kelurahan Per Kecamatan

Kecamatan Nama

Desa/Kelurahan

Areal KelolaKPH

(Ha)

Status Fungsi Marioriwawo Gattareng Toa 453,870 HL& HPT

Gattareng 200,680 HL& HPT

Tettikenrarae 8,382 HL

Mariorilau 1.403,890 HL

Barae 0,108 HL

Watu 117,060 HL

Watu Toa 204,200 HL

Soga 80,325 HL

Marioriaja 38,215 HL & HPT

Citta Citta 290,655 HL

Labae 32,583 HL

Liliriaja Timusu 186,655 HL

Lilirilau Masing 171,640 HP

Baringeng 288,683 HP

Ujung 33,380 HP

Parenring 44,986 HP

Lalabata Umpungeng 10.650,333 HL

Lalabatarilau 1.306,355 HL

Botto 1.857,567 HL

Bila 914,375 HL

Mattabulu 6.828,347 HL

Ompo 70,458 HL

Donri Donri Pesse 3.494,282 HL

Sering 4.427,406 HL &HPT

Lalabatariaja 493,297 HPT

Marioriawa Patampanua 1.984,789 HPT

Bulue 9.266,587 HL &HPT

Laringgi 381,571 HPT

Sumber :1.Peta Administrasi Kabupaten Soppeng Keterangan :

HL : Hutan Lindung HPT : Hutan Produksi Tetap

35 4.1.5. Hidrologi.

Wilayah Kabupaten Soppeng terletak didepresiasi Sungai Walanae yang terdiri dari daratan dan perbukitan. Daratan luasnya ± 700 Km2 berada pada ketinggian rata-rata ± 60 meter di atas permukaan laut.

Perbukitan yang luasnya ± 800 Km2 berada pada ketinggian rata-rata ± 200 meter di atas permukaan laut. Sedang Ibu kota Watansoppeng berada pada ketinggian ± 120 meter di atas permukaan laut.

Temperatur udara di Kabupaten Soppeng antara 240C hingga 300 Potensi sumber daya air disamping untuk kehidupan sehari - hari juga berfungsi untuk menunjang berbagai aktivitas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia seperti pertanian, perikanan, perindustrian, pembangkit tenaga listrik dan sebagainya. Sebagian besar wilayah Kabupaten Soppeng merupakan daerah air tanah dangkal dan dalam, terutama di Kecamatan Lalabata. Sumber air permukaan di Kabupaten Soppeng berasal dari lima sungai utama yang karakteristiknya disajikan pada Tabel 14.

36 Tabel 14. Sumber Air Permukaan Kabupaten Soppeng

Nama Sungai

Hulu Daerah Aliran Muara

Langkemme Gunung Lapancu

Dusun Umpungeng, Langkemme, Cenranae, Soga, Lingkungan Sewo

Bila

Sungai Walanae

Soppeng Gunung Matanre

Lapajung, Ujung, Mallanroe, Akkampeng, Belo, Lompulle

Sungai Walanae

Lawo

Gunung Lapancung

Lingkungan Lawo, Ompo, Cenrana, Paowe,

Ganra

Danau Tempe

Paddangeng

Gunung Walemping

Dusun Tajuncu, Paddangeng, Turung Lappae,

Leworeng, Tokare

Danau Tempe

Lajaroko

Gunung Addepungeng

Dusun Lajaroko, Batu-batu, Limpomajang, Toddang, Saloe

Danau Tempe Su:mber BPS Kab. Soppeng, 2017.

37 4.2 Potensi Flora dan Fauna

4.2.1 Potensi Flora

Potensi Jenis flora yang berada di wilayah kelola KPHL Unit XII Walanae diantaranya yaitu : Kenanga (Cananga odonata), Kemiri (Aleuritas moluccana), Mangga (Mangifera indica), Ketapang (Terminalia catappa), Enau (Arenga spp), Angsana (Pterocarpus indicus), Kayu hitam (Dyospiros celebica), Rotan (Calamus spp), Anggrek (Orchidaceae) dan Ara (Ficus sp).

4.2.2 Potensi Fauna

Potensi fauna dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa, dan atau Langka berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), antara lain adalah :

Tabel 15. Data Potensi Fauna Pada KPHL Unit XII Walanae

No Nama Daerah Nama Latin Status

Dilindungi Langka

1 Elang Haliastur indus  -

2 Walet Apodidae - -

3 Bangau Putih Ciconiidae sp  -

4 Tekukur Spilopelia chinensis - -

5 Buaya Crocodylidae  -

6 Babi Hutan Sus scrofa  -

7 Rusa Cervidae  -

8 Ular Sawah - -

Sumber :Data Primer Inventarisasi Hutan (Diolah) Tahun 2017.

38 4.3 Keadaan Sosial Ekonomi

4.3.1 Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Soppeng dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. dengan jumlah yang kurang signifikan. Pada tahun 2006 pertumbuhan penduduk hanya sebesar 0.57%, sedang pada tahun 2007 jumlah penduduk meningkat sebesar 0.40%.

Tingkat kepadatan penduduk terbesar pada kecamatan Liliriaja yaitu sebesar 281 jiwa/km2, sedang kecamatan Marioriawa memiliki kepadatan penduduk terkecil yakni 89 jiwa/km2. Secara keseluruhan tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Soppeng sebesar 153 jiwa/km2 pada tahun 2008. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Soppeng sebesar 55 348 rumah tangga dan sekitar 19% yang merupakan rumah tangga miskin. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh minimnya tingkat pendidikan masyarakat dan keterbatasan untuk menciptakan lapangan kerja. pada tahun 2008. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Soppeng sebesar 55 348 rumah tangga dan sekitar 19% yang merupakan rumah tangga miskin. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh minimnya tingkat pendidikan masyarakat dan keterbatasan untuk menciptakan lapangan kerja.

4.3.2 Mata Pencaharian

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng tahun 2017 sebesar 8,34 persen meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu dengan pertumbuhan sebesar 8,14 persen, pertumbuhan ekonomi menigkat diakibatkan oleh meningkatnya Kategori pertanian, kehutanan dan

39 perikanan untuk lapangan usaha tanaman pangan. kategori pertanian sangat dominan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Soppeng, karena Sektor Pertanian menyumbang sebesar 30,6 persen terhadap total PDRB Kabupaten Soppeng. PDRB Perkapita Kabupaten Soppeng pada tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu Rp 39,32 juta dibandingkan pada tahun 2016 PDRB Perkapita Kabupaten Soppeng sebesar Rp. Rp 34,91 juta.

Sumber pendapatan masyarakat atau sumber mata pencaharian penduduk sebagai pelaku kegiatan ekonomi di Kabupaten Soppeng sangat tergantung pada Sektor Pertanian, Perdagangan, Konstruksi dan Industri pengolahan.

4.3.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk sangat ditentukan oleh sarana yang tersedia. Jumlah sarana pendidikan yang memadai dan kemudahan untuk mengaksesnya akan mendukung penduduk untuk menyelesaikan pendidikan sampai tingkat tertinggi.Pada tahun ajaran 2017, di Kabupaten Soppeng terdapat 269 sekolah pendidikan dasar yang terdiri atas 252 unit Sekolah Dasar dan 17 unit Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jumlah sekolah tingkat menengah pertama (SMP)/sederajat yaitu sebanyak 69 sekolah, terdiri atas 38 unit SMP dan 31 Unit Madrasah Tsanawiyah (MTS).

Sementara itu, jumlah sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) /sederajat yaitu sebanyak 33 sekolah, terdiri atas 12 unit SMA, 10 unit SMK dan 11 Madrasah Aliyah (MA). Pada tahun ini, Kabupaten Soppeng telah memiliki 5 perguruan tinggi dengan berbagai jurusan dan program

40 studi pada tingkat D3 dan S1. Perguruan tinggi tersebut antara lain STMIK Lamappapoleonro, STIE Lamappapoleonro dan AKBID Menara Prima.

Banyaknya perguruan tinggi yang ada merupakan salah satu faktor penunjang yang dapat meningkatkan kualitas penduduk Kabupaten Soppeng.

Gambar 3. Jumlah Sarana Pendidikan Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Soppeng

4.3.4 Kesehatan.

Tingkat kemajuan suatu daerah dapat tercermin dari banyaknyafasilitas kesehatan di daerah tersebut. Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Soppeng adalah : rumah sakit 1 buah dengan tempat tidur 82, puskesmas induk 17 unit, Puskesmas pembantu 45 unit dan dokter praktek sebanyak 41 orang. Rumah Sakit terletak di Ibukota Kabupaten Soppeng yaitu Kota Watansoppeng, sedangkan puskesmas/pustu tersebar di semua kecamatan.

Jumlah pengunjung Rumah Sakit pada tahun 2010; rawat jalan 36.642 pasien, rawat inap 5.105 pasien, serta pengunjung puskesmas/pustu

41 202.931 pasien. Pembangunankesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

4.3.5 Sosial Budaya

Tabel 16. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Soppeng Tahun 2013.

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 230.029 99,7

2 Kristen 688 0,29

3 Hindu 18 0,007

4 Budha 9 0,003

Jumlah 230.744 100

Sumber Data : Kabupaten Soppeng Dalam Angka, 2013.

Mayoritas penduduk Kabupten Soppeng menganut agama Islam sekitar 99,7 persen dari total penduduk yang ada, dan selebihnya menganut kepercayaan Kristen sekitar 0, 29 persen, Hindu 0,007 persen serta Budha 0,003 persen. Sejauh ini kehidupan beragama di Kabupaten Soppeng berjalan cukup toleran.

4.3.6 Sarana Prasarana

Sarana yang tersedia di kantor KPH Walanae yaitu satu unit mobil double cabin, tujuh belas unit sepedah motor, dan dua unit gedung kantor yang berada di kabupaten soppeng.

Dalam dokumen pengaruh tingkat kedalaman tanam dan waktu (Halaman 40-59)

Dokumen terkait