BAB V PEMBAHASAN
V.1 P EMBAHASAN
pengeluaran atau biaya (resource) yang dapat diminimalisasi dengan peran pekerjaan Ibu Rumah Tangga, antara lain: biaya memasak, biaya untuk membeli makanan dari luar, biaya asisten rumah tangga (ART) untuk membersihkan rumah, mencuci peralatan makanan, mencuci pakaian; biaya pengasuh untuk merawat anak sedari kecil, biaya guru untuk mendidik anak, dan keuntungan ekonomi lainnya. Meski demikian, pekerjaan Ibu Rumah Tangga memiliki beberapa keterbatasan seperti sumber pendapatan aktif hanya bergantung pada satu sumber yang juga berdampak pada kondisi ekonomi keluarga, kurangnya waktu untuk memperhatikan diri sendiri dan mencari informasi tentang kesehatan dan pengasuhan anak atau parenting. Solusi dari paradoks ini adalah keseimbangan peran ibu dan ayah dalam mengurus rumah tangga dan mencari nafkah sehingga semua pihak turut bersama-sama berbagi beban dan tanggung jawab.
Mayoritas ibu hamil yang hadir (50%) adalah ibu yang baru pertama kali hamil (nullipara).
Dari hal ini disimpulkan bahwa ibu yang pertama kali hamil cenderung lebih mencari informasi kesehatan dan dukungan sosial dengan cara mengikuti kelas ibu hamil. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Das A et al pada tahun 2014, yang menyatakan bahwa kurangnya informasi atau pengetahuan sebelumnya mengenai kesehatan adalah salah satu hal yang menjadi perhatian bagi wanita hamil dan keluarganya. Kehamilan pertama adalah hal yang baru di dalam kehidupan seorang wanita, sehingga hal ini akan memantik keingintahuannya untuk mencari informasi seputar kehamilan dan persalinan, sehingga dapat dimengerti bahwa kehadiran di kelas ibu hamil didominasi oleh ibu nullipara.
Ibu hamil yang hadir berada pada usia kehamilan Trimester II dan Trimester III dengan jumlah yang nyaris berimbang, yaitu 57,14% dan 42,86% secara berurutan. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan dari aspek usia kehamilan terhadap sikap mencari informasi, mencari dukungan sosial, dan rasa tanggung jawab dengan mengikuti kelas ibu hamil.
Diketahui bahwa 28,57% ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil di Desa Tukadaya pada tanggal 14 April 2023 mengalami anemia. Hal ini sejalan dengan statistik yang menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di Desa Tukadaya masih tergolong tinggi, yaitu rata-rata prevalensi anemia pada ibu hamil di Desa Tukadaya sebesar 7,5%, peringkat kelima sekecamatan Melaya.
Seluruh responden rutin memeriksakan kehamilannya di FKTP sesuai dengan WHO Focused Antenatal Care (FANC) model, yaitu minimal 4 kali pertemuan yang terbagi menjadi minimal 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III, yang dilihat
melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Hal ini merupakan hal yang baik, dan menandakan bahwa tidak ada kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan untuk memperoleh informasi dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang tertuang dalam 14T ANC, termasuk di dalamnya pemberian TTD.
Mayoritas responden menyatakan selalu menerapkan PHBS, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan menyiapkan makanan, memakai alas kaki di luar rumah, menggunakan jamban sehat, memiliki sumber air bersih di rumah, dan membuang sampah pada tempatnya (64,28%). Hal ini juga merupakan hal yang baik, dan menandakan bahwa terdapat risiko yang minimal untuk ibu hamil mengalami anemia akibat infeksi, salah satunya infeksi kecacingan.
Dari gambaran pengetahuan responden, didapatkan bahwa kesalahan menjawab kuesioner terbanyak pada pertanyaan “Bagaimana cara mencegah anemia?”, yang mana letak kesalahan menjawab sebagian besar adalah meminum tablet tambah darah bersamaan dengan kalsium.
Gambaran ini dapat menjadi masukan yang baik bagi tenaga kesehatan agar mengetahui letak knowledge gap yang ada pada masyarakat, khususnya ibu hamil yang menjadi responden.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden dalam Mengkonsumsi TTD sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Mayoritas responden, yaitu 9 orang mengatakan bahwa pola makan yang tidak bergizi seimbang dapat menyebabkan anemia (64,28%). Mayoritas responden, yaitu 11 orang mengetahui bahwa suplemen zat besi merupakan salah satu tatalaksana jika mengalami anemia (78,57%), dan 3 orang responden yang menjawab bahwa suplemen zat besi/TTD, transfusi darah, dan mengobati penyakit infeksi merupakan tatalaksana jika mengalami anemia (21,42%). Seluruh responden (100%) menyatakan merasa rutin minum TTD, yang diukur dengan menjawab “Ya” pada pertanyaan
“Apakah Ibu rutin minum TTD?” pada kuesioner. Pernyataan ini bersifat subjektif dan bertujuan untuk mengetahui persepsi responden terhadap kebiasaan dirinya dalam mengkonsumsi TTD.
Tidak ada perbedaan dalam sikap mengkonsumsi TTD karena sejak awal intervensi 100%
responden sudah merasa rutin minum TTD.
Terdapat hal menarik yang perlu diperhatikan yaitu meski 100% responden merasa rutin minum TTD, hanya 2 responden yang mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi TTD (14,28%). Mayoritas responden menjawab kendala terbesarnya adalah lupa minum TTD, yaitu sebanyak 8 orang (57,14%). Responden lainnya menjawab minum TTD tidak
terlalu penting karena tidak anemia dan hanya minum TTD di saat ingin saja, masing-masing 2 responden (14,28%). Sehingga, terdapat ketidakcocokan antara pernyataan rutin minum TTD dan pernyataan sering lupa minum TTD. Hal ini memberikan informasi yang bermakna bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui faktor yang paling menyulitkan ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD dalam upaya menurunkan angka kejadian anemia. Dalam menjawab kebutuhan tersebut, perlu dipikirkan upaya untuk mengingatkan ibu hamil untuk minum TTD, antara lain: memperbesar peran pasangan (suami) dan keluarga dalam mendukung/mengingatkan ibu hamil untuk minum TTD, menciptakan suasana keluarga yang harmonis, dan memperbesar peran ayah dalam 1000 HPK. Selain itu, tenaga kesehatan bisa membantu menciptakan suasana yang menyenangkan untuk minum TTD sehingga minum TTD tidak dirasakan sebagai beban atau paksaan, seperti yang dilakukan oleh bidan wilayah Desa Tukadaya, yaitu memberikan undian berhadiah bagi ibu hamil yang melengkapi dan melampirkan bukti rutin minum TTD dengan cara pencatatan dan pengumpulan bungkus kosong TTD di dalam buku KIA. Selain itu, perlu ditingkatkan kesadaran dan kepedulian dari ibu hamil sendiri bahwa minum TTD diperlukan untuk mencegah anemia meski awalnya tidak mengalami anemia, karena perubahan fisiologis pada ibu hamil yang menyebabkan lebih rentan terjadi anemia (hemodilusi pada kehamilan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest adalah 74,49 (± 9,99) sementara rata-rata nilai posttest sebesar 85,71 ( ± 11,21). Pada hasil pretest, 50% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, sementara pada hasil posttest 85,71% responden memiliki nilai tingkat pengetahuan baik. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan berupa peningkatan dari nilai pretest ke nilai posttest. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, dilakukan analisis bivariat. Uji normalitas data numerik menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data kurang dari 30. Hasil uji normalitas data menunjukkan sebaran data hasil pretest dan posttest tidak merata, keduanya memiliki p-value
<0,05, sehingga uji statistik selanjutnya menggunakan uji non-parametrik, yaitu Wilcoxon Signed- rank test dengan desain studi analitik komparatif numerik berpasangan dua kelompok. Dari hasil uji ini didapatkan kesimpulan bahwa pemberian intervensi berupa penyuluhan di kelas ibu hamil adalah metode yang efektif dan efisien untuk meningkatkan pengetahuan responden (dalam hal ini ibu hamil) tentang anemia pada kehamilan sesudah intervensi secara signifikan (p<0,05) dengan hasil p = 0.007.