Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina dan membentuk kepribadiannya sesuai dengan nilai – nilai dalam masyarakat dan kebudayaan.
Menurut ki hajar dewantara, Pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak – anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak – anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dan desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
46
Disetiap daerah pasti memiliki sebuah problematika, dan salah satu problematika yang dihadapi oleh masyarakat adalah Pendidikan, tak terkecuali di desa donomulyo, kecamatan donomulyo, berikut adalah beberapa problematika bidang Pendidikan di Desa Donomulyo:
1. Kurangnya Tenaga Kependidikan
Kuantitas maupun kualitas guru pada dewasa saat ini merupakan hal yang dilematis. Secara objektif jumlah guru saat ini memang kurang memadai,.
Sementara itu, sekolah di daerah perkotaan dapat terus bertahan dengan kemajuan sarana dan prasarananya yang memadai dan ketersediaan bahkan penumpukan guru. Dalam satu SD dijumpai 11- 17 orang guru, termasuk diantaranya kepala sekolah. Oleh karena itu sekolah yang kekurangan guru di pedesaan/daerah terpencil semakin terisolasi dan semakin terpuruk.
Tak terkecuali di desa Donomulyo, kami mendapati di salah satu SD favorit di donomulyo yaitu SDN 01 Donomulyo, hanya memiliki 9 guru saja, itu sudah termasuk kepengurusan dan kepala sekolah. Padahal,dalam pendidikan Posisi guru memegang peranan penting. Dari segi kuantitas dan pemerataan guru mengalami persoalan yang dilematis, kondisi geografis negara kita yang sangat luas mejadi satu faktor kesenjangan pemerataan guru di Indonesia, ada sekolah yang kelebihan guru tetapi ada juga sekolah yang kekurangan guru.
2. Minimnya Sarana dan Prasana.
Kualitas pendidikan antara sekolah yang di kota dan daerah terpencil masih terdapat kesenjangan cukup besar. Sering kita lihat secara langsung maupun lewat pemberitaan dimedia televisi, media sosial lainnya dan surat kabar bahwasanya kondisi sekolah di pedesaan dan daerah terpencil masih jauh dari kata layak. Misalnya kondisi bangunan yang rapuh bahkan hampir runtuh ditambah atap yang bocor disaat musin hujan sehingga kegiatan proses belajar mengajar sering terkandala.
Persoalan sarana dan prasarana menjadi persoalan yang krusial dalam perbaikan dan pembangunan sistem pendidikan di Indonesia. Kerusakan sarana prasana pendidikan seperti ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium yang tidak menunjang proses pembelajaran kondusif menjadi faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan Pendidikan karena proses pendidikan berlangsung tidak efektif.
47
Dan di desa donomulyo, setiap sekolah tidak memiliki fasilitas yang cukup untuk menunjang kegiatan belajar mengajar secara efektif, dikarenakan sarana dan prasarana yang ada sangat tidak memadai, dan mirisnya, Lembaga Pendidikan yang memiliki sarana dan prasana yang minim adalah instansi atau Lembaga Pendidikan dibawah naungan pemerintah desa, sedangkan Lembaga Pendidikan swasta memiliki fasilitas yang terbilang lebih mencukupi dibandingkan dengan Lembaga Pendidikan negeri.
3. Minimnya Dana Pendidikan dari pemerintah setempat.
Suatu Lembaga Pendidikan pasti memerlukan anggaran dana untuk melaksanakan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar, kebutuhan fisik seperti kelas, laboratorium,perpustakaan,musholla dan non fisik seperti gaji untuk para tenaga Pendidikan, kemudian pengadaan ekstrakulikuler dan lain sebagainya. Jika kebutuhan Pendidikan yang telah kami sebutkan Sebagian saja tidak terpenuhi, bagaimana kegiatan belajar dan mengajar dapat terlaksana sesuai kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dari pengamatan dan observasi yang kami lakukan, kami mendapati bahwa di desa Donomulyo memiliki problematika yang serupa, banyak dari Lembaga Pendidikan yang mengeluhkan bahwa dana yang tersalurkan dari pemerintah kurang dari cukup untuk bisa menjalankan dan melaksanakan kegiatan Pendidikan berupa belajar dan mengajar. Seperti pernyataan bu muntiari selaku pengawas sekolah untuk tingkat TK, SD, dan SMP se kecamatan Donomulyo yang kami temui di kantor kordinasi Wilayah dinas Pendidikan kecamatan Donomulyo, beliau menyatakan bahwa dana yang didapatkan dari pemerintah kurang dan sangat bergantung pada jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut, beliau memberikan contoh seperti SDN 7 Donomulyo yang hanya memiliki siswa yang minim, dan untuk tahun ini tidak ada siswa baru yang masuk ke sekolah tersebut, dan ada wacana untuk sekolah tersebut kedepannya akan di merger Bersama SDN 8 Donomulyo.
Kemudian kami juga mendapatkan informasi dari pak dedi selaku ketua RT 16, beliau menyatakan bahwa dana yang turun dari pemerintah telah di “sunat”
oleh beberapa oknum Pendidikan yang ada dengan berbagai macam variasi alasan. Beliau mencontohkan dengan biaya pengadaan alat – alat untuk pelatihan ekstrakulikuler marching band total seharga 100 juta, akan tetapi pihak
48
pemerintahan mensyaratkan untuk membayar 20jt terlebih dahulu jika ingin dana 100 juta tersebut bisa dicairkan, singkat kata setelah membayar 20jt tersebut dan mendapatkan alat – alat marching band tersebut, ternyata barang – barang tersebut jika di hargakan Kembali totalnya hanya mencapai 60 jt bahkan kurang.
Dari problematika yang telah kami paparkan sebelumnya, kami menyimpulkan bahwa antara satu problematika dan problematika lain sangat berkaitan erat dan tidak bisa dilepaskan atau ditinggal salah satunya, contoh seperti kurangnya tenaga Pendidikan sangat berpengaruh karena kurangnya dana yang didapat dari pemerintahan setempat. Dan membuat para guru kurang berminat mengajar disekolah tersebut dengan alasan gaji yang minim, kemudian Ketika para tenaga Pendidikan kurang memadai, akan sulit juga untuk menarik minat masyarakat untuk memasukkan anak – anaknya ke sekolah tersebut dan berakibat pada dana dari pemerintahan juga minim dikarenakan siswa disekolah tersebut kurang, kemudian karena dana Pendidikan dari pemerintahan minim, sekolah tidak dapat mengembangkan sarana dan prasarana sekolah, dan berakibat kurangnya fasilitas penunjang Pendidikan di sekolah tersebut.