PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Sejarah Singkat Desa Sembalun Lawang
Pada awalnya Desa ini bernama Sembahulun yang masyarakatnya hidup pada pertengahan abad 14 dan 15 Masehi, serta membuat perkampungan di area/wilayah Lendang Luar, yang hingga saat ini masih kita lihat peninggalan mereka berupa kuburan-kuburan kuno yang banyak terdapat di wilayah lendang luar, sebagai bukti sejarah.
Ini dinamakan sembalun periode keturunan pertama. Ketika gunung rinjani meletus pada tahun 1585 penduduk desa sembalun pertama punah sama sekali akibat dahsyatnya letusan gunung rinjani pada waktu itu. Dari sekian banyak penduduk yang meninggal ada yang sempat mengungsi ke arah timur, yaitu di bawah gunung anak dara sebanyak 7 kepala keluarga setelah dianggap keadaaan aman atau kondusif mereka kembali pulang mancari kampung halamannnya namun dijumpainya rumahnya hancur porak poranda rata dengan tanah kemudian 7 kepala keluarga tersebut sepakat membuat perkampungan kecil yaitu di Desa Beleq.
Mereka-mereka inilah yang akan menjadi cikal bakal berkembangbiaknya penduduk desa sembalun jilid 2. Yang turun temurun sampai ke generasi kita yang sekarang ini. Selanjutnya dari tahun ketahun perkembangan penduduk semakin pesat, yang akhirnya mereka pindah ke arah barat membuka desa baru yakni di kampung rumpang timuk desa sembalun lawang yang kita tempati sampai sekarang ini. Tetapi situasi dan kondisi masyarakat pada waktu itu, bisa kita kategorikan dalam keadaan gelap gulita sebab mereka tidak memiliki agama, adat istiadat, moral dan etika sehingga mereka bingung, apa yang harus mereka lakukan atau yang akan diperbuat dihari-hari berikutnya. Ditengah kebingungan dan kegelisahan tersebut berkumpullah para tetua dan tokoh desa untuk bermusyawarah mecari solusi untuk membuat tatanan/pedoman hidup masyarakat terutama sekali menyangkut masalah agama. Maka dengan suara bulat mereka sepakat menunjuk/mengutus tiga orang untuk berangkat pergi ke luar daerah untuk pergi mencari dan belajar tentang agama untuk menjadi pedoman hidup dalam masyarakat.
Ketiga orang tersebut masing-masing : a. Seorang berangkat berlayar ke palembang b. Seorang berlayar ke pulau Jawa
c. Seorang berlayar ke pulau Bali
Setelah berbulan-bulan mereka merantau untuk menuntut ilmu, belajar agama, adat istiadat, etika serta peradaban dan lain-lainnya, akhirnya mereka kembali pulang ke sembalun membawa hasil masing- masing antara lain sebagai berikut :
1. Yang datang dari palembang membawa Kitab Suci Al-Qur’an dan Kitab Tuhpah, untuk menjadi panduan dalam mensyiarkan agama Islamke masyarakat banyak.
2. Yang datang dari pulau jawa membawa kitab lontar yang bertuliskan aksara Jawa dan berbahasa jawa kawi yang diberi nama lontar Djati Swara fungsinya setiap diadakan upacara sakral seperti acara pesta khitanan, peringatan maulid nabi dan lain-lainnya lontar Djati Swara dibaca oleh para Pujangga, karena menurut orang yang ahli/mengerti isi lontar tersebut mengandung unsur atau hukum segala hukum agama Islamkarena lontar tersebut disusun oleh salah satu walisongo yang ada di pulau jawa.
3. Yang datang dari pulau dewata bali membawa barang berupa tumbak tameang dan sebuah topeng ketiga benda ini dipergunakan untuk mereka melakukan upacara adat atau ritual seperti loh Dewa dan selamatan tahunan desa secara besar-besaran.
Setelah ketiga orang utusan tersebut memaprkan dan menjelaskan hasil masing-masing kepada masyarakat, serta memadukan unsur agama, adat, etika, dan peradaban menjadi satu, akhirnya masyarakat desa seluruhnya mengakui bahwa agama Islam resmi menjadi agama dengan istilah Islamwetu telu. Wetu telu artinya tiga unsur aturan atau urusan yang masing-masing : a. Unsur Pembekel tugasnya khusus mengurus atau mengatur
masalah pemerintahan desa.
b. Unsur Kiyai tugasnya khusus mengurus masalah yang berhubungan dengan agama.
c. Unsur Pemangku tugasnya adalah khusus mengurus masalah adat istiadat yang berlaku di tengah-tengah masyarakat serta dibantu dengan seorang ahli yang dinamakan Pande tugas
pokoknya adalah tukang mebuat perkakas atau alat rumah tangga dan alat pertanian.
Ketiga unsur tersebut walau berbeda profesi, fungsi dan tugas, seandainya ada masyarakat mengadakan acara atau upacara adat seperti pesta perkawinan, khitanan, maulid, dan lain sebagainya selalu berdampingan dan kerjasama, seandainya salah satu unsur tersebut tidak datang bisa-bisa acara atau upacara tersebut tidak dapat di langsungkan. Setelah resmi di terimanya agama Islamsebagai panutan masyarakat seluruhnya, maka Tokoh Agama, tokoh Masyarakat dan Unsur Pemerintah (pembekel) mengadakan musyawarah untuk membangun sarana ibadah. Maka mulailah masyarakat bergotong-royong membangun sebuah “Langgar” berukuran besar yang terletak di tengah pemukiman masyarakat sebagai tempat/pusat peribadatan, atau tempat menyelesaikan segala urusan. Di bangun Langgar tersebut, tempat menyelesaikan pada waktu itu melakukan shalat jum’at, shalat terawih, shalat kedua Hari raya, peringagtan maulid Nabi, dan tempat dilakukannya acara yang sakral yaitu “Akad Nikah”.
Akhirnya dari tahun ke tahun berjalan silih berganti, dan dengan maju dan pesatnya ilmu dan tekhnologi, terutama masalah ilmu di bidang agama, karena putra putri asli desa keluar menuntut ilmu kadang-kadang sampai ke pulau Jawa, maka pada tahun 1966, segala istilah seperti “IslamWetu Telu”
segala bentuk acara dan upacara adat yang tidak relevan atau tidak sesuai dengan ajaran atau syariat Islamdi hapus secara drastis, diganti dengan ajaran Islamyang sempurna, sehingga semua masyarakat IslamWetu Telu yang sebelumnya tidak menjalankan syariat atu rukun Islamyang lima semua serentak melaksanakannya seperti Shalat Lima Waktu, Puasa, Zakat dan Haji bila mampu,dll. Sehingga pada tahun 1967, sesuai dengan keputusan musyawarah desa pada waktu itu, bangunan Langgar yang menjadi kebanggaan umat IslamWetu Telu, di bongkar dan dibangun sebuah masjid di atasnya yang sampai saat ini kita warisi dengan tempat sebagai pusat peribadatan yaitu Masjid
“NURUL HUDA” yang langsung di resmikan oleh Bupati
Lombok Timur atas nama R. Rusdi bulan Agustus tahun 1968.
Sejarah tentang struktur pemerintahan Desa Sembalun Lawang sejak awal sampai kini dengan segala Kronologinya.
Pada awalnya sekitar akhir abad ke 18 ± pada tahun 1899 M Desa Sembalun Lawang dengan desa sembalub bumbung bergabung menjadi satu desa, dengan satu Kepala Desa yag berpusat di Sembalun Bumbung, yang menjadi Kepala desa pada waktu itu adalah : Pe Darmasih. Selanjutnya ± 5 (lima) tahun kita menyatu dengan sembalun bumbung, dan akhirnya kedua desa tersebut dipisahkan menjadi dua berdasarkan intruksi pemerintah Kolonial Belanda lewat Kepala Distrik Pringgabaya, untuk mengatur Pemerintahan dan Otonomi masing-masing, Dan mengingat jarak antara kedua desa yang dibatasi oleh persawahan yang luas agak jauh sehingga komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah kurang lancar.
Maka setelah resmi dilakukan pemisahan akhirnya pada tahun 1904, diadakan pemilihan Kepala Desa Sembalun Lawang yang pertama namun pemilihan pada zaman itu bukan seperti cara yang seperti sekarang, akan tetapi dengan cara di angkat berdasarkan hasil musyawarah mufakat para sesepuh desa seperti tokoh Agama, tokoh Adat, Krama desa,dll dengan suara bulat/aklamasi serta disetujui oleh masyarakat seluruhnya, akhirnya terangkatlah sebagai pejabat Kepala Desa Sembalun Lawang pertama yaitu : Pe Nawirip (Pe Luminggih) dengan dibantu oleh seorang Djaksa (juru tulis) yaitu “Amaq Diramsah”
dengan membawahi 2 (dua) wilayah perbekelan (kekeliangan) masing-masing yaitu : Keliang Lebak Daya Amaq Djamisah dan Keliang Lebak Lauk Pe Dirasih dan Pe Ratnilah Serta dibantu oleh dua staf yakni Juru-Arah.
Selanjutnya setelah memerintah selama ± 25 tahun mulai sejak tahun 1904-1929 mereka meletakkan jabatannya/melengserkan diri karena usia sudah lanjut. Kembali lagi dilakukan pemilihan Kepala Desa kedua dengan cara seperti tersebut di atas musyawarah mufakat bertempat di Langgar karena pada zaman itu tidak ada Kantor desa, maka dengan suara bulat terangkatlah “Amak Darminih” sebagai pejabat kepala
desa sembalun lawang yang kedua. Dalam kepemimpinannya dibantu oleh seorang Djaksa/juru tulis yaitu : “Amak Milamsah”
dan membawahi 2 (dua) wilayah kekeliangan masing-masing : 1. Keliang Lebak Daya : Amaq Mawilam
2. Keliang Lebak Lauk : Pe Rainggih
Serta dibantu oleh 2 (dua) Juru – Arah dan untuk mengurus Irigasi/pengairan diangkat 2 orang Pekasih desa masing-masing : Amaq Iramah dan Amaq Raijah. Maka selanjutnya setelah menjabat sebagai orang nomor satu di Desa Sembalun Lawang, selama kurun waktu ± 12 (dua belas) tahun, dari sejak tahun 1930 – 1942, Amak Darminih di berhentikan jadi kepala desa karena tersandung urusan pidana, sehingga mereka di jobloskan ke dalam bui (Penjara) selama ± 3 (tiga) tahun. Kemudian untuk mengisi kekosongan, karena kepala desa dilengserkan kembali dilakukan musyawarah mufakat bertempat “Pon Langgar”
seperti tersebut di atas, maka dengan suara mayoritas, terangkatlah ”Pe Lumirih”. Ia adalah putra sulung dari Kepala Desa pertama “Pe Nawirip” pada tahun 1943 M. Sebagai Pejabat Kepala Desa ketiga dalam periode kepemimpinannya ia di bantu oleh seorang Djaksa (juru tulis) tetap yaitu Amaq Milamsah. Demikian juga dua keliangnya : Lebak daya Amaq Mawilam dan Lebak Lauk Pe rainggih. Selain sebagai pejabat formal yang disebut Pamong – Desa, juga pemerintah desa dibantu oleh petugas non formal, seperti Pekasih, dan badan Pengaman yang di sebut “Lang-Lang”. Lang-lang mempunyai keliang tersendiri, tidak termasuk sebagai rakyatnya keliang Kepala Desa.
Yang menjadi Keliang Lang-lang pertama yaitu : a. Amaq Sailah
b. Amaq Sairup
Tugas pokok dari lang-lang tersebut adalah sebagai pengaman rumah pribadi Kepala Desa, secara bergantian 24 jam siang malam dan sebagai kurir mengantar surat dari desa ke desa lain dan sebaliknya dalam wilayah satu kedistrikan yakni Pringgabaya. Setelah menjabat selama 6 (enam) tahun mulai dari tahun 1943 hingga tahun 1949 M Pe Lumirih Selaku Kepala
Desa Sembalun Lawang yang ketiga memundurkan diri dengan hormat. Maka kembali dilakukan pengangkatan Kepala Desa baru melalui tahapan atau proses seperti cara pengangkatan Kepala desa terdahulu. Untuk berikutnya pada tahun 1950, terangkatlah sebagai Kepala Desa Sembalun Lawang yang ke 4 (empat) yaitu “Amaq Milamsah” dengan di bantu seorang Djaksa (jurutulis) yakni Pe Nawirih membawa 2 (dua) wilayah kekeliangan, masing-masing :
1. Keliang Lebak Daya : Amaq Mawindih 2. Keliang Lebak Lauk : Pe Nawinih
Setelah menjabat selama kurun waktu ± 11 (sebelas) tahun dari sejak tahun 1950 – 1961, Amaq milamsah juga memundurkan diri dengan hormat dari jabatannya sebagai Kepala Desa ke 4 (empat). Selanjutnya setelah Kepala Desa ke 4 (empat) melengserkan diri, maka pada tahun 1962 dilakukan Pemilihan kepala Desa secara langsung oleh rakyat, namun pemilihan pada waktu itu bukan seperti cara kita sekarang, menggunakan surat suara memakai kertas, tetapi menggunakan biji jagung yang dimasukkan kedalam tabung yang dibuat dari bambu. Singkatnya setelah dilakukan pemilihan seperti tertera di atas, maka pemilihan di menangkan oleh “Pe Nawirih” dengan dibantu oleh seorang juru tulis yaitu : Amaq Supradi. Akan tetapi karena ada sesuatu dan lain hal, maka setelah menjabat ± 2 (dua) tahun sebagai juru tulis ia memundurkan diri kemudian di ganti oleh dua orang, masing-masing :
a. Amaq Mawardi sebagai Juru tulis I b. Amaq Tarep sebagai Juru tulis II
Mulai dari era pemerintahan Pe Nawirih, kekeliangan yang semula hanya dua wilayah di mekarkan menjadi 4 (empat wilayah) kekeliangan yang masing-masing :
a. Keliangan Lebak Daya : Amaq Mawindih b. Keliangan Lebak Lauk : Amaq Kasdewaris c. Keliangan Dasan Kodrat : Amaq Terawati d. Keliangan Dsan Tengak : Bapak Sahlan
Serta dibantu masing-masing oleh dua orang Juru – Arah.
Selanjutnya ± 10 (sepuluh) tahun Pe Nawirih menjabat sebagai
kepala Desa mulai dari sejak tahun 1962 – 1972, tepatnya pada tanggal 17 Juni tahun 1972 M. Beliu meninggal dunia karena sakit. Untuk mengisi kekosongan pada waktu itu oleh camat Aikmel di tunjuk Amaq Tarep sebagai pejabat sementara selama 6 (enam ) bulan mulai dari bulan juli sampai Desember 1972.
Kemudian pada tanggal 28 Desember 1972 dilakukan pemilihan kepala desa secara langsung, maka dengan memperoleh suara mayoritas, terpilihlah “H. MUSTIADI NH”, sebagai pejabat Kepala Desa Sembalun Lawang yang ke 6 (enam) dengan dibantu masih tetap dua orang Juru-tulis Desa yaitu :
a. Amaq Mawardi Juru Tulis I b. Amaq Tarep Juru Tulis II
Dengan membawahi 4 wilayah kekeliangan masing-masing : a. Keliangan Lebak Daya : Amaq Kasma
b. Keliangan Lebak Lauk : Amaq Rusnggih & Amaq Rismun c. Keliangan Dasan Kodrat : Amaq Terawati
d. Keliangan Dsan Tengak : Bapak Senun
Serta dibantu masing-masing dua orang Juru-Arah.
Selanjutnya setelah berakhir masa jabatannya sebagai Kepala Desa selama 8 (delapan) tahun mulai dari tahun 1973 – 1980 M kembali lagi dilakukan Pemilihan kepala desa baru. Maka tepat pada tanggal 07 Juni 1980, dilakukan Pemilihan kepala desa secara langsung dengan di ikuti oleh dua orang kandidat termasuk salah satu di antaranya ialah H. Mustiadi Nh. Setelah dilakukan proses pemilihan seperti sekarang ini kembali unggul
“H. Mustiadi Nh” sebagai Kepala Desa Sembalun Lawang untuk periode Kedua, dengan dibantu oleh dua orang Juru tulis yaitu : a. Marsilih sebagai Juru tulis I
b. Amaq Tarep sebagai juru tulid II
Setelah H. Mustiadi NH menjabat sebagai Kepala Desa periode kedua tersebut yaitu pada juni 1983, di berlakukanlah undang-undang no.32 tahun 1979 tentang pemerintahan Desa yaitu sistem pemerintahan desa di ubah statusnya, serta jumlah personil aparat atau pejabat publik ditambah diantaranya istilah Pamong Desa diganti jadi Perangkat Desa. Juru tulis diganti
menjadi Sekdes (Sekretaris Desa), beserta Kaur (Kepala Urusan), Keliang diganti jadi Kepala Dusun (Kadus) Juru Arah diganti Jadi Ketua RW & RT. Pada era Pemerinthan “H.
Mustiadi NH” sebagai Kades Sembalun Lawang periode kedua tersebut kembali lagi dilakukan pemekaran dari empat wilayah kekeliangan menjadi enam wilayah kekadusan pada juni tahun 1983 yang masing-masing :
1. Kepala Dusun Lebak Daya : Haji Acipudin 2. Kepala Dusun Lebak Lauk : Haji Rismun 3. Kepala Dusun Baret Desa : Amaq Rusnggih 4. Kepala Dusun Dasan Kodrat : Amaq Nawinggip 5. Kepala Dusun Dasan Tengak Timuk : Sahidul Wathan 6. Kepala Dusun Dasan Tengak Barat : Amaq Suhirman
Sedangkan yang menjabat menjadi Sekdes adalah Marsilih dengan membawahi lima Kepala Urusan masing-masing :
1. Kaur Pemerintahan : H. Mursyid Hendra 2. Kaur Kesra : H. Sayuti
3. Kaur Pembangunan : H. Miruh 4. Kaur Keuangan : H. Tamimi 5. Kaur Umum : H. Khaeril
Dalam rangka menjalankan roda pemerintahan pada masa itu, Kepala Desa selain di bantu oleh aparat bawahannya, juga di bantu oleh petugas Non formal seperti LKMD, LMD, Pekasih, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan lain sebagainya yang ada di wilayahnya. Selanjutnya setelah masa jabatan H. Mustiadi NH periode kedua berakhir Desember tahun 1988, kembali dilakukan Pemilihan Kepala Desa Sembalun Lawang yang ke 7 (tujuh) kalinya yaitu pada tanggal 04 Maret 1989 dengan di ikuti oleh dua orang kandidat. Setelah dilakukan prosesi pemilihan, ternyata calon dimenangkan oleh ”Rusmini Nh” adalah putri dari Kepala Desa ke lima Pe Nawirih dan saudara Kandung dari Kepala Desa ke enam yakni Mustiadi Nh dengan dibantu seorang Sekdes : Marsilih. Serta membawahi 5 Kepala urusan masing-masing :
1. Kaur Pemerintahan : H. Mursyid Hendra 2. Kaur Kesra : Minardi
3. Kaur Pembangunan: H. Miruh 4. Kaur Keuangan : H. Riwangsa 5. Kaur Umum : Abd. Rahman S.
Dalam era Pemerintahan Rusmini NH, tetap membawahi 6 wilayah kekadusan masing-masing :
1. Kepala Dusun Lebak Daya : Haji Acipudin 2. Kepala Dusun Lebak Lauk : Haji Rismun 3. Kepala Dusun Baret Desa : Amaq Rusnggih 4. Kepala Dusun Dasan Kodrat : Haji Rustan 5. Kepala Dusun Dasan Tengak Timuk : Sahidul Wathan 6. Kepala Dusun Dasan Tengak Barat : Amaq Suhirman
Selanjutnya setelah periode Rusmini NH selama 8 tahun berakhir, mulai dari sejak tahun 1989 – Juni 1997, maka kembali dilakukan pemilihan Kepala Desa Sembalun Lawang untuk tahap ke 8 kalinya. Maka pada bulan September 1997, maka kembali dilakukan Pemilihan Kepala Desa Sembalun Lawang untuk tahap ke 8 (delapan) kalinya.
Pada bulan September 1997 dilakukan Pemilihan berikutnya yang di ikuti oleh 2 (dua) orang Kandidat, dan kemudian setelah prosesi pemilihan usai akhirnya “Surdian,Sh” terpilih sebagai pejabat Kepala Desa Sembalun Lawang untuk periode 1997-2005. Adapu para perangkat Desa yang membantunya adalah :
Sekretaris Desa : Minardi
Yang membawahi 5 Kepala Urusan antara lain : 1. H. RIWANGSA : Kaur Pemerintahan 2. Ust. SUKARWADI : Kaur Kesra
3. DARWINTI : Kaur Pembangunan
4. RUSPINO : Kaur Keuangan
5. . : Kaur Umum
Para Kadus di periode Surdian SH adalah sebagai berikut : 1. Kepala Dusun Lebak Daya : Haji Anwar 2. Kepala Dusun Lebak Lauk : Haji Asdini 3. Kepala Dusun Baret Desa : Haji Suhilwadi 4. Kepala Dusun Dasan Kodrat : Haji Supianto 5. Kepala Dusun Dasan Tengak : Lalu Wirajaya 6. Kepala Dusun Lendang Luar : Diralam Ba
Dalam menjalankan roda pemerintahan selain dibantu oleh aparat seperti tertera di atas juga dibantu oleh para pejabat non formal seperti LKMD, BPD, P3A, serta tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Berikutnya setelah masa/periode Surdian SH selama 8 (delapan) tahun berakhir mulai sejak tahun 1997 hingga tahun 2005, kembali lagi dilakukan pemilihan Kepala Desa untuk yang ke 9 (sembilan) kalinya, dan untuk pemilihan kali ini di ikuti oleh 4 (empat) orang kandidat. Maka jatuh pada tanggal 26 september 2005 dilakukan pemilihan kembali Kepala Desa untuk tahapan yang ke 9 (sembilan) kalinya, kemudian setelah dilakukan proses pemilihan seperti yang dilakukan sebelumnya akhirnya yang keluar sebagai pemenang adalah “Ust.Abdurrahman Sembahulun”.
Pada awal pemerintahannya kurang lebih selama 3 (tiga) tahun ia tidak didampingi oleh Sekdes hanya didampingi para Kepala Urusan dan kepala Dusun, karena karena mulai dari saat itu Sekdes harus dari PNS (Pegawai Negeri Sipil). Setelah itu ditunjuklah “Lalu Maruhun” sebagai Sekdes Desa Sembalun Lawang sampai Periode Kepala Desa hasil Pemilihan tahun 2011 yang lalu Sampai Sekarang.
Adapun para Kaur dan Kadus yang membantunya adalah sebagai berikut :
1. Darwinti Kaur Pemerintahan 2. Ust. Sukarwadi Kaur Kesra
3. Mustiamah Kaur Pembangunan 4. Sopiana Kaur Keuangan 5. Tohri Zohdi Kaur Umum
Sedangkan para Kadus periode ini adalah : 1. Kepala Dusun Lebak Daya : Muhajir 2. Kepala Dusun Lebak Lauk : Rawenem
3. Kepala Dusun Baret Desa : Darwasni 4. Kepala Dusun Dasan Kodrat : Haji Supianto 5. Kepala Dusun Dasan Tengak : Amaq Nani’
6. Kepala Dusun Lendang Luar : Har
Selanjutnya setelah berakhirnya masa jabatan ust.
Abdurrahman Sembahulun selama 6 (enam) tahun mulai dari
tahun 2005 – 2011 bersamaan pula dilakukan pemekaran desa sembalun lawang menjadi 3 (tiga) wilayah desa masing-masing : 1. Desa Sembalun Lawang (Induk)
2. Desa Sembalun Timba Gading 3. Desa Sembalun
Maka mulai sejak tahun 2011 tersebut, berturut-turut dilakukan pemilihan Kepala Desa masing-masing desa. Terakhir pada tanggal 31 Oktober 2011 dilakukan pemilihan Kades Sembalun Lawang untuk tahapan yang ke 10 (sepuluh) yang di ikuti oleh masing-masing 2 (dua) calon, maka setelah dilakukan proses PILKADES seperti yang sudah-sudah hasilnya di ungguli oleh “H. M. Idris” sebagai kepala desa sembalun lawang sampai saat ini, serta dibantu oleh Sekretaris Desa, yaitu :
Lalu Maruhun : Kepala urusan :
1. Kaur Pemerintahan : Marsoni
2. Kaur Ekbang : Tahip, A..Md 3. Kaur Keuangan : Sukriadi 4. Kaur Kesra : Sukarwadi 5. Kaur Umum : Juniarto
6. Kaur Trantib : Askari Nahdliyin Sedangkan Kepala Dusun pada periode ini yaitu : 1. Kepala Dusun Lebak Daya : Muhajir 2. Kepala Dusun Lebak Lauk : Rawenem 3. Kepala Dusun Dasan Kodrat : H. Supianto 4. Kepala Dusun Baret Desa : Darwasni 5. Kepala Dusun Mapakin : Run
Maka mulali sejak tahun 2011 tersebut, berturut-turut dilakukan pemilihan Kepala Desa masing-masing desa. Terakhir pada tanggal 13 Desember 2017 dilakukan pemilihan Kades Sembalun Lawang untuk tahapan yang ke 11 (sebelas) yang di ikuti oleh masing-masing 3 (dua) calon Yakni Nomor urut 1 atas nama Darwate Muhammad Nomor Urut 2 atas nama Muhajir dan nomor urut 3 atas nama H. M. Idris., maka setelah dilakukan proses PILKADES seperti yang sudah-sudah hasilnya di ungguli
oleh “H. M. Idris ” sebagai kepala desa sembalun lawang sampai saat ini, serta dibantu oleh Sekretaris Desa yaitu : Lalu Maruhun Kepala urusan :
1. Kaur Pemerintahan : Marsoni 2. Kaur Ekbang : Tahip, A..Md 3. Kaur Keuangan : Sukriadi 4. Kaur Kesra : Sukarwadi 5. Kaur Umum : Juniarto
6. Kaur Trantib : Askari Nahdliyin Sedangkan Kepala Dusun pada periode ini yaitu : 1. Kepala Dusun Lebak Daya : Ahmad Atowan 2. Kepala Dusun Lebak Lauk : Unam Zakaria 3. Kepala Dusun Dasan Kodrat : Muhammad Johi 4. Kepala Dusun Baret Desa : Nopa
5. Kepala Dusun Mapakin : Run
Perlu ditambahkan dalam tulisan ini, bahwa sistem pemerintahan sebelumnya (Tempo Doeloe) boleh kita kategorikan sebagai istilah monarki (Dinasti), terbukti mulai dari pejabat kepala desa yang ke 1 sampai 7 baik ia kepala Desa, Juru Tulis, Keliang Desa, Sampai Keliang Lang-Lang terdiri dari satu Silsilah atau keturunan, mulai dari ayah, anak sampai cucu tetap berkesinambungan. Baru kemudian setelah Surdian, S.H terpilih menjadi Kepala Desa yang ke 8 sistem kekerabatan/keturunan, berubah menjadi Demokrasi terpimpin, siapa yang dianggap cakap, mampu, jujur dan bertanggung jawab dengan tidak memandang kasta, keturunan dan marga serta merupakan hasil pemilihan rakyat yang murni itulah yang menjadi pemimpin yang seharusnya dan dalam rubrik /tulisan ini beberapa hal yang perlu diketahui oleh generasi sekarang, yang digunakan pada masa lau oleh pemerintah desa sebagai alat kemunikasi untuk pemberitahuan kepada masyarakat umum anatara lain sebagai berikut :
1. Kul-Kul, digantung tidak jauh dari kediaman kepala desa Adapun fungsi dan Kegunaannya adalah :
a. Apabila dipukul undak 5 (lima) kali berturut-turut, bahwa besok akan diadakan Gondem (sangkep) atau rapat Umum bertempat di halaman rumah Kepala desa dan menandakan