GAMBARAN UMUM DAN TEMUAN DATA
A. Gambaran Umum Wilayah Dusun Tolonggeru Desa Mbawa
1. Keadaan Penduduk dan Sejarah Singkat Dusun Tolonggeru Desa Mbawa
Masyarakat Desa Mbawa nama etnis yang mendiami Desa mbawa yaitu etnis donggo. Dilihat dari persebaran etnis Donggo meliputi sebagian wilayah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Wilayah asal etnis Donggo adalah Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima dan empat kecamatan yang berada di Kabupaten Dompu yaitu Kecamatan Hu’u, Dompu, Kempo dan Kelo. Etnis
37
Donggo adalah kelompok etnik, namun tidak memiliki bahasa sebagai identitas otonom. Etnik Donggo menggunakan Bahasa Mbojo, sebagai salah satu etnis yang menempati Kabupaten Bima.39
Etnis Donggo menganggap dirinya berasal dari daerah swangga, suatu tempat yang terletak disuatu pegunungan yang tinggi dan terpencil. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dipimpin pimpinan yang disebut Naka- Niki. Kelompok-kelompok kecil tersebut sering terjadi perang atau konflik. Etnis donggo mengembangkan hidup yang bersifat nomaden dan hidup dari berburuh. Jaman itu mereka sebut jaman Naka-Niki. Etnis Donggo menyebut jaman itu sebagai jaman terbang (ngemo), karna waktu itu orang yang meninggal tidak dikubur, tetapi terbang dan menghilang begitu saja.
Masyarakat Desa Mbawa sangat membanggakan hidup harmonis antara pemeluk agama islam, protestan dan khatolik.
Sementara itu, tidak ada hal-hal yang mengusik ataupun mengganggu kerukunan tersebut, masing-masing menjaga dan saling menghormati. Etnik donggo yang berada di Desa Mbawa tidak memandang mayoritas maupun minoritas. Walaupun dari penduduk Desa Mbawa pada saat ini 4.595 jiwa yang terdiri dari pemeluk agama islam 3.570 jiwa, protestan 885 jiwa, khatolik jiwa (data statistik Desa Mbawa 2020)
Etnis Donggo sebagian dari mereka tidak lagi hidup di pegunungan dengan kehidupan yang keras. Etnis Donggo mulai
39 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, 18 November 2019
38
turun kedataran rendah. Di dataran rendah etnis donggo secara berangsur-angsur berkomunikasi dengan kelompok lain, diantaranya dengan yang datang dari luar. Perubahan yang terjadi antara lain semakin berkurangnya konflik antara kelompok. Selain berburu mereka mulai menetap dan bercocok tanam, mulai saat itu terbentuk kelompok-kelompok semacam Rafu, masuknya unsur-unsur agama Kristen dengan menghormati alam semesta, karena alam semesta secara kasat mata simbol tuhan, manusia harus selaras dengan alam.
Kelompok-kelompok sosial menjadi semakin besar dan adat istiadat semakin berkembnag, pimpinan kelompok yang sudah menjadi lebih besar itu disebut Ncuhi. Sekitar abad ke-14 peran Ncuhi itu sudah amat kuat, sehingga kekuatan itupun telah diwujudkan dalam bentuk rumah adat (Uma Leme) sebagai simbol penyatuan etnis Donggo yang berada di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa.
Pengaruh Agama Katholik, Protestan, dan Islam baru masuk pada abad ke-20. Dengan masuknya ketiga agama tersebut masyarakat donggo mulai terbuka untuk beradaptasi dengan masyarakat luar. Etnis donggo bertemu dan bercampur dengan yang datang dari luar, misalnya dari Bugis, Ambon dan Flores. Dengan adanya pengetahuan dari masyarakat luar, masyarakat Donggo baru menetap dan membuat rumah.40
2. Gambaran sosial keagamaan
40 Abdul Ghani M. Saleh, Kepala Desa Mbawa, Wawancara, 8 Agustus 2021
39
Interaksi atau kebersamaan serta saling menghargai antara masyarakat islam, Kristen protestan dan khatolik di dusun tolonggeru sangat tinggi, baik dari segi sosial maupun segi keagamaan, dari segi sosial yang terjalin antara agama tersebut tidak dibatasi tetapi saling menyikapi dengan sikap toleransi antara agama tersebut. Dalam hal ini masyarakat Tolonggeru sangat menghargai perbedaan keyakinan sehingga di dusun tersebut kehidupan bermasyarakatnya sangat harmonis.
3. Data keluarga
No Data KK Jumlah
1 Dengan Anggota Keluarga 250
2 Tanpa Kepala Kelurga 28
3 Anggota Pemuda 462
Jumlah 740
4. Data Suku Bangsa
No Suku Jumlah
1 Mbawa 688
2 Ambon 23
3 Bugis 14
4 Flores 15
Jumlah 740
5. Data Pendidikan
40
No Pendidikan Jumlah
1 Usia 3-6 tahun 150
2 SD/Tamat SD 1.146
3 SLTP/Tamat 1.483
4 SLTA/Tamat 1.652
5 D1, D2, D3 37
6 S1, S2, S3 127
7 Buta Aksara 139
8 Belum Sekolah 321
Jumlah 5.055
6. Data Pekerjaan atau Mata Pencaharian No Pekerjaan Jumlah
1 Petani 1.121
2 Pedagang 23
3 PNS 35
4 ABRI 20
5 Polisi 1
6 Bidan 2
7 Toko 5
8 Kios 20
Jumlah KK 1.201
7. Data Penduduk Berdasarkan Agama
No Dusun Islam Protestan Khatolik Jumlah
41
L P L P L P
1 Jango 156 136 - - - - 299
2 Sangari Timur
340 300 26 33 21 20 740
3 Sangari Barat
468 440 11 12 - - 931
4 Mangge 285 282 - - - - 567
5 Sorifo’o 171 208 3 9 96 90 577
6 Kambentu 8 7 4 9 105 103 236
7 Mbawa Selatan
40 44 3 5 53 69 214
8 Mbawa Utara
62 65 0 0 52 55 234
9 Salere 166 180 - - - - 346
10 Tolonggeru 98 114 12 13 103 118 458 Jumlah 1.794 1.776 59 81 430 455 4.595
8. Luas Wilayah Desa Mbawa
No Tanah Luas
1 Tanah Sawah 5.36 Ha
2 Irigasi Teknis 261 Ha
3 Irigasi Setengah teknis -Ha 4 Irigasi Sederhana 271 Ha
5 Tadah Hujan -Ha
6 Tahan Kering 69 Ha
42 7 Pekarangan
Pembangunan
102 Ha
8 Tegalan 4.416 Ha
9 Tanah Basah 11 Ha
10 Hutan Negara 1.913 Ha
11 Hutan Daerah 1.306 Ha
12 Jembatan Desa 1 Buah
13 Jembatan Daerah 2 Buah
14 Jalan Desa 21 Km
15 Jalan Daerah 25 Km
9. Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Kepala Desa
Sekdes
Abdul Gani M. Saleh
43 10. Visi dan Misi Desa Mbawa
1) Visi Desa Mbawa
Terwujudnya masyarakat Desa Mbawa yang maju, visi tersebut mengandung makna bahwa maju yaitu keadaan masyarakat Desa Mbawa yang memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup baik secara ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun secara infrastruktur. Mandiri adalah keadaan masyarakat Desa Mbawa yang memiliki sikap terbuka untuk bertindak benar, menaati peraturan serta bermanfaat dan jujur tampa bergantung pada pihak lain. Bermartabat adalah
Abdul Akhir S.Pd
Kepala Urusan
KAUR PEMERINTAHAN
Arban Ismail
KAUR PEMBANGUNAN
Abdullah M. Tahir
KAUR KEUANGAN Abdullah Rais
KAUR KESEJAHTERAAN
H . Ibrahim
KAUR UMUM H . Syamsudin
Mahasin
Kepala Dusun
Kadus Jango Kadus Sangari
Timur
Kadus Sangari Barat
Kadus Mangge Kadus Sorifo’o
H . Ibrahim Kadus Kambentu
Lukas Abakar
Abdurahman H, Ahmad Kadus Mbawa Selatan H. Nurdin
Juraid M. Saleh
Kadus Mbawa Utara
H. Saleh Ahmad
Mustamdn Arsyan Kadus Salere
Syamsudin
H. Nasarudin Usman
Kadus Tolonggeru
Abd Rais
44
keadaan masyarakat Desa Mbawa yang berkualitas, bermutu dan berkepribadian yang nilai tinggi dan baik.
2) Misi Desa Mbawa
Selain mempunyai Visi Desa Mbawa juga menetapkan Misi- misi yang memuat suatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa agar tercapai Visi dari Desa tersebut. Adapun Misi Desa Mbawa yaitu:
1. Menciptakan kondisi masyarakat yang aman, tertib dan rukun dalam kehidupan bermasyarakat dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip Agama dan Budaya yang ada.
2. Meningkatkan dan memberdayakan sumberdaya manusia terutama peran wanita serta memberdayakan orang-orang miskin.
3. Mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintah Desa Mbawa meliputi pemerintah yang transparan, adil dan benar.
4. Menciptakan penataan Desa yang berkualitas melalui program tataruang Desa berbasis produktivitas ekonomi.
B. Bentuk Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis Dalam Membangun Harmonisasi
Berdasarkan hasil observasi data bahwa bentuk interaksi sosial yang terjalin di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Adapun bentuk interaksi asosiatif yang terjalin dalam masyarakat, hal ini ditunjukan dengan adanya hubungan atau kerja sama seperti Upacara Raju di Uma Leme, saling menghormati dan menjaga ketika hari besar agama, gotong royong dan bermusyawarah.
45
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Tolonggeru Desa Mbawa antara lain, mendirikan tempat ibadah, kerja bakti, membangun rumah warga sekitar dan kegiatan lainnya yang berada di Dusun lain, dilakukan secara bersama karna merupakan kegiatan bersama. Kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat lebih didasarkan atas kepentingan bersama, seperti pada saat melakukan kerja bakti pembangunan masjid, maka semua warga yang ada di Dusun Tolonggeru ikut membantu dan masyarakat Protestan dan Khatolik pun ikut melakukan kerja bakti bersama orang Islam, begitupun sebaliknya. Solidaritas semacam inilah yang masih terpelihara di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa sehingga saat sekarang41
1. Upacara Raju di Uma Leme
Upacara Raju merupakan upacara pembasmian hama dan penentuan musim tanam yang dilaksanakan setiap tahun sebelum musim tanam, yang di mana seluruh masyarakat yang ada di Dusun Tolonggeru ikut berkumpul dan melaksanakan seluruh rangkaian upacara adat tersebut di Uma Leme. untuk penentuan waktu di tentukan oleh bulan (wura).
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu masyarakat Dusun Tolonggeru sebagai berikut:
“Upacara Raju di Uma Leme ini merupakan tradisi kami masyarakat tolonggeru lebih khususnya, tradisi Raju merupakan tradisi tahunan yang dimana untuk menentukan musim tanam dan pembasmian segala macam penyakit yang memungkinkan akan menyerang tanaman masyarakat.
Dalam hal ini kami baik dari ketiga kepercayaan (Agama) ini
41 Abdullah M Tohir, Tokoh Masyarakat di Wawancara , 14 agustus 2021
46
datang dan berkumpul untuk melaksanakan upacara raju tampa mengelompokan antara agama akan tetapi sebagai suatu masyarakat yang utuh yang memiliki tujuan bersama.”42
Dalam Upacara Raju masyarakat Dusun Tolonggeru desa mbawa di kenal tiga jenis Upacara Raju.
Seperti yang dijelaskan Oleh salah satu masyarakat Dusun Tolonggeru:
“Dalam Upacara Raju kami masyarakat Dusun Tolonggeru Desa Mbawa terdapat tiga jenis yaitu: pertama, Raju Na,e dilaksanakan selama tujuh hari. Kedua, Raju To,i dilaksanakan selama lima hari. Dan ketiga. Raju To,i Poda dilaksanakan selama tiga hari. Maksud dan tujuan Upacara Raju yaitu mengusir hama dan penyakit tanaman. Jika hama dan penyakit diusir, maka harapan petani untuk mendapatkan hasil panen lebih meyakinkan. Semakin banyak tangkapan hama seperti ular, babi dan ikus pada saat penyelenggaraan Raju, maka semakin meyakinkan masyarakat akan mendapatkan hasil panen yang lebih banyak”.43
Sikap toleransi yang diterapkan dalam proses penyelenggaraan Upacara Raju di Uma Leme masyarakat Dusun Tolonggeru
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu masyarakat yang ada di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa, beliau mengatakan bahwa:
“Berdasarkan aturan adat Rafu Winta dan Rafu Guli, ketua adat harus dari agama nonmuslim karena setiap penyelenggaraan upacara adat makanan diutamakan sebagai pelengkap sesaji yaitu daging babi. Sementara itu, masyarakat muslim menerima daging babi sebagai daging persembahan dan bisa pula bila menggantinya denga daging yang lebih netral, misalnya daging kerbau, ayam maupun sapi. Kekhawatiran ini muncul jika generasi yang akan datang memiliki interpretasi berbeda denga pelengkap sesaji dengan generasi sekarang.44
42 Abdul Gani M. Saleh Tokoh Masyarakat, Wawancara, 14 Agustus 2021.
43 Abdullah M. Tohir, wawancara, 14 agustus 2021.
44 Hendrikus Halik, wawancara, 10 september 2021
47
Upacara Raju merupakan salah satu budaya lokal sebagai wahana pendidikan untuk belajar kebudayaan etnik donggo.
Dalam Upacara Raju di Uma Leme anggota etnik donggo akan mengenal dirinya sendiri maupun karakter lokal, bukan agama sebagai rujukan utamanya melainkan toleransi hidup yang melahirkan harmonisasi sosial. Sikap nyata dan toleransi yang diterapkan sebagai simbol toleransi dan penyatuan, telah diwujudkan dalam bentuk rumah tradisional Uma Leme dengan penyelenggaraan Upacara Raju.
2. Saling menghormati dan menjaga ketika hari besar Agama
Saling menghormati dan menjaga ketika hari-hari besar sudah menjadi lumrah dilakukan oleh masyarakat Dusun Tolonggeru Desa Mbawa. Ketika ketiga agama ini melaksanakan hari perayaan besar dalam agamanya mereka tetap saling menjaga antara satu dengan yang lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu masyarakat dusun tolonggeru:
Dalam hal ini kami masyarakat Dusun Tolonggeru ketika dari ketiga Agana ini melaksanakan acara hari besar kamipu ikut serta, misalnya ketika umat islam merayakan hari Idul Fitri dan Idul Adhar, masyarakat dari kalangan yang beragama Kristen khatolik dan protestan ini selalu membantu dan turun tangan misalnya, membersihkat tempat perayaan Agama tersebut, menjaga keamanan ketika perayaan tersebut dan begitupun sebaliknya umat islam pun ikut membantu ketika umat Kristen melaksanakan perayaan Natal seperti mempersiapkan kursi dan lain-lain.45
45 Abdul Gani M. Saleh. Wawancara, 14 Agustus 2021
48
Sikap saling menghormati dan saling menghargai di Dusun Tolonggeru sangat jelas adanya karena memang masyarakat menganggap bahwasanya mereka adalah suatu kesatuan yang utuh yang harus saling toleransi demi terciptanya kehidupan yang harmonis.
Seperti yang dijelaskat oleh salah satu masyarakat Dusun Tolonggeru:
“Kami masyarakat Dusun Tolonggeru yang beragama Kristen ketika umat islam di bulan Ramadhan melakukan puasa, sebagian besar kamipun dari kalangan Kristen ikut melakukan puasa dan jikalaupu ada dari kami yang tidak ikut berpuasa mereka tidak akan makan dan minum sembarang ataupun melakukan sesuatu yang akan mengakibatkan puasa orang-orang islam ini batal dan ketika umat islam melaksanan sunatan kamipun ikut melaksanakan sunatan, ini adalah salah satu bentuk kami yang dari agama Kristen untuk menghargai umat islam”.46 Yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Tolonggeru Desa Mbawa ini merupakan sebuah upaya yang sangat mencerminkan hidup yang sangat rukun dan toleransi. Berbeda agama dan kepercayaan bagi masyarakat Dusun Tolonggeru sudah hal biasa, namun salah satu untuk menyikapi dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan adalah sebuah upaya yang harus diterapkan dalam ranah sosial, salah satunya adalah saling menghargai, saling menjaga dan saling menjaga seperti yang tercermin oleh masyarakat yang ada di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa.
3. Gotong Royong sosial
46 Anwar Hebo, Wawancara, 2 September 2021.
49
Gotong royong ini adalah salah satu jembatan yang baik yang dibangun oleh masyarakat Dusun Tolonggeru dalam menjalin hubungan sosial yang baik. Gotong royong ini tidak hanya dalam kegiatan sosial yang berdampak kecil saja, melainkan dalam membangun rumah ibadahpun masyarakat tetap menanam prinsip gotong royong ini sebagai bentuk persatuan.
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu masyarakat Dusun Tolonggeru:
“Kami dalam membangun tali persaudaraan sekalipun berbeda kepercayaan, namun masyarakat di Dusun Tolonggeru ini tetap selalu menanamkan nilai-nilai gotong royong ini dalam keseharian, baik dalam segi membangun rumah sebagai tempat tinggal maupun dalam membangun tempat-tempat ibadah, contohnya ketika umat islam membangun masjid dari kalangan umat kristenpun ikut membantu begitupun sebaliknya”.47
Dengan adanya hal seperti ini dalam kehidupan yang majemuk maka akan nampak nilai-nilai sosial yang teratur, hal positif yang bisa didapatkan khususnya masyarakat Dusun Tolonggeru dalam hal gotong royong ini bisa dijadikan acuan yang baik untuk mempererat tali persaudaraan antara sesame masyarakat Dusun Tolonggeru.
4. Musyawarah
Musyawarah ini adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Tolonggeru, sebagaimana ketika masyarakat Dusun Tolonggeru ketika ingin menyelesaikan suatu permasalahan atau pengambilan keputusan dalam kesepakatan secarah bersama ketika ingin melakukan sebuah acara.
47 Abdullah M. Tohir, Tokoh Masyarakat wawancara, 10 agustus 2021
50
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu masyarakat Dusun Tolonggeru:
“Musyawarah atau mufakat ini merupakan suatu tradisi ketika kami warga Dusun Tolonggeru ingin menyelesaikan suatu permasalahan atau bisa juga pengambilan keputusan ketika kami ingin melaksanakan suatu kegiatan baik kegiatan yang melibatkan seluruh masyarakat Dusun Tolonggeru maupun kegiatan yang bersifat keterlibatan antara keluarga”48
Hal serupa seperti yang dijelaskan oleh salah satu masyarakat Dusun Tolonggeru:
“Musyawarah ini merupakan suatu tradisi yang sudah sering kali kami lakukan di Dusun Tolonggeru ketika ada suatu permasalahan sebagai jalan penyelesaian masalah serta bisa juga musyarawar ini dilaksanakan sebagai penentuan suatu kegiatan. Dalam hal musyawarah pemecahan masalah atau pengambilan keputusan suatu kegiatan kami tidak mengelompokan perbedaan kepercayaan akan tetapi kami bermusyawara sebagai suatu kesatuan masyarakat yang utuh atau suatu keluarga”49 Dalam hal ini pengambilan keputusan semua masyarakat akan melakuka suatu musyawarah atau mufakat ini untuk penyelesaian masalah atau bisa juga sebelum mengadakan suatu kegiata masyarakat akan berkumpul sebagai suatu masyarakat yang utuh demi terciptanya hidup yang harmonis.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis dalam Membangun Harmonisasi.
Dusun Tolonggeru Desa Mbawa adalah salah satu wilayah yang masyarakatnya cukup heterogen di Kecamatan Donggo Babupaten Bima. Dalam hal keagamaan. Dibalik perbedaan kepercayaan tersebut, mereka mampu menjalin interaksi sosial yang
48 Edy muliadin, Wawancara 30 Agustus 2021
49 Abd Rais, Tokoh Masyarakat, Wawancara 14 Agustus 2021
51
baik serta mampu hidup rukun dan harmonis di tengah-tengah perbedaan yang ada. Dari interaksi sosial tersebut masyarakat mampu menciptakan kehidupan yang harmonis.
1. Komunikasi
Dalam menjalin hubungan sosial yang baik di tengah masyarakat yang majemuk, pentingnya masyarakat menerapkan komunikasi yang terbuka, karena dalam hal ini dapat menjadi solusi untuk menghindari permasalahan sosial antara umat beragama. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa di Dususn Tolonggeru Desa Mawa sikap toleransi sangat diterapkan sebagai bentuk jembatan dalam menjalin hubungan antara pemeluk agama yang harmonis.
Dalam hal ini seperti yang dijelaskan oleh salah satu masyarakat Dusun Tolonggeru Desa Mbawa sebagai berikut:
“Budaya Upacara Raju di Uma Leme dapat menjadi salah satu bentuk jembatan untuk hubungan yang harmonis di tengah-tengah kemajemukan masyarakat, hal itu dapat kita lihat disaat masyarakat Dusun Tolonggeru dari berbagai agama mereka mengikuti kegiatan Upacara Raju yang diselenggaraka di Uma Leme tampa mempermasalahkan kepercayaan.”50
Nilai sosial yang telah diterapkan oleh masyarakat yang ada di Dusun Tolonggeru sangat positif, karena mereka mampu menghilangkan rasa egois masyarakat terhadap sesama, sehingga masyarakat mampu membangun kesadaran masing-masing individu ataupun kelompok. Hal ini dapat kita jumpai dalam tradisi Upacara Raju yang dijadikan tradisi oleh masyarakat setempat. Meskipun memiliki perbedaan keyakinan, namun tidak
50 Edy muliadin, Wawancara 30 Agustus 2021
52
menjadi penghalang bagi masyarakat dalam menjalin persaudaraan yang harmonis
Seperti yang dijelaskan oleh Tokoh masyarakat Dusun Tolonggeru Desa Mbawa:
“Kehidupan masyarakat Islam, Protestan dan Khatolik yang ada di Dusun Tolonggeru ini, tidak ada perbedaan yang menonjol selain kepercayaan yang di anut.
Namun keseharian masyarakat tetap mengedepankan persaudaraan dan kekeluargaan seperti yang di tunjukan dalam tradisi Upacara Raju, dari ketika agama ini mereka ikut dalam tradisi tersebut tampa mengelompokan diri atas dasar kepercayaan masing-masing akan tetati sebagai suatu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan bersama”51
Di Dusun Tolonggeru masyarakat setempat sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan, karena mereka meyakini bahwa perbedaan keyakinan bukan menjadi penghalang untuk menjalin hubungan sosial yang harmonis. Hal ini dibuktikan dengan adanya dalam satu atap rumah tetapi menganut lebih dari satu agama.
Seperti yang dijelaskan oleh bapak Hendrikus Halik Sebagai Berikut:
“kami masyarakat yang ada di Dusun Tolonggeru sangat menjunjung tinggi nilai persaudaraan antara sesama manusia, perbedaan keyakinan bukan menjadi penghalang bagi kami untuk menjalin persaudaraan, Karena di dusun Tolonggeru ini juga terdapat dalam satu atap rumah tetapi memiliki perbedaan keyakinan tetapi mereka tetap harmonis”.52
Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa toleransi yang diterapkan oleh masyarakat Dusun Tolonggeru ini sangat tinggi, karna dapat dilihat bahwasanya perbedaan bukan sebagai penghalang untuk menjalin persaudaraan.
51 Abd Rais, Tokoh Masyarakat, Wawancara 14 Agustus 2021
52 Hendrikus Halik, Wawancara 29 Juli 2020
53 2. Hubungan Darah atau Keturunan.
Di Dusun Tolonggeru sangat menjunjung tinggi nilai persaudaraan, karna pada dasarnya rasa persaudaraan adalah sebuah kunci utama dalam menciptakan hubungan sosial yang baik sehingga dalam hal persaudaraan antara umat beragamapu bisa terlahir harmonis.
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu masyarakat Dusun Tolonggeru:
“kami masyarakat yang ada Di Dusun Tolonggeru menjalin hubungan sosial tidak terlepas dari kesadaran bersama akan pentingnya arti persaudaraan antara sesama, jadi kami meyakini bahwa walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu yaitu bersaudarah, karna masyarakat yang memiliki perbedaan keyakinan ini rata-rata memiliki hubungan darah. Karna itu di buktikan bahwa banyak masyarakat yang ada di Dusun Tolonggeru ini menikah dengan agama yang berbeda dan merekapun tinggal dalam satu atap rumah tampa permasalahan keyakinan”53
Dalam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa membangun tali persaudaraan itu sangat diprlukan karna bisa membuat kehidupan bermasyarakat terhindar dari persoalan-persoalan keagamaan dan bisa hidup harmonis karna pada dasarnya masyarakat beranggapan bahwa mereka lahir dari nenek moyang yang sama.
Seperti yang di jelaskan oleh salah satu masyarakat Dusun Tolonggeru:
“kami warga Dusun Tolonggeru meyakini bahwa pada dasarnya kami berasal dari nenek moyang yang sama dan saya mempunyai ibu yang beragamakan islam dan saya mengumroh dan menghajikan ibu saya, jadi disini kami menganggap bahwa kami hanya memiliki perbedaan
53 Abd Rais, Tokoh Masyarakat, Wawancara 14 Agustus 2021
54
keyakinan tetapi bukan penghalang untuk kami tetap harmonis dengan keluarga”54
Di Dusun Tolonggeru sewalaupun masyarakatnya heterogen, tetapi mereka mampu membangun hubungan sosial yang harmonis. Bagi masyarakat Dusun Tolonggeru berbedaan keyakinan hanya semata-mata perbedaan pandangan tentang pendekatan diri kepada sang pencipta akan tetapi untuk hubungan sosialnya mereka tidak mempersoalkan perbedaan akan tetapi yang menjadi tujuan utamanya yaitu kehidupan yang harmonis.
3. Solidaritas Sosial Masyarakat.
Dalam hal ini tingkat solidaritas masyarakat yang ada di Dusun Tolonggeru di tengah-tengah kemajemukan yang ada sangat tinggi, hal ini ditunjukan dalam tradisi Upacara Raju, yang dimana tradisi tersebut masyarakat dari agama kristen protestan, khatolik dan islam mereka datang tampa mempersoalkan keyakinan. Dan upacara tersebut atas dasar kepentingan bersama yaitu untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak.
Seperti yang dijelaskan oleh masyarakat Dusun Tolonggeru:
“hubungan sosial yang terjalin di antara kami yang memiliki perbedaan keyakinan sehingga harmonis, tidak terlepas dari kesadaran kami sebagai warga Dusun Tolonggeru akan pentingnya arti tali persaudaraan, karna kami di sini di tuntut untuk saling menghargai satu sama lain, karena kami hidup untuk tujuan bersama yaitu hidup damai, seandainya ada kegiatan pembangunan, tetangga kita yang terkena musibah dan lain-lain kita ikut membantu tampa memandang latar belakang agama.”55
54 Syafrudin Tama, Wawancara, 29 Juli 2021
55 H. Nasarudin, Tokoh Agama Islam di wawancara, 30 Agustus 2021