i
POLA INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT MULTI ETNIS DALAM MEMBANGUN HARMONISASI DI DUSUN TOLONGGERU DESA MBAWA
KECAMATAN DONGGO KABUPATEN BIMA
OLEH:
RISKI RAMADHAN NIM 160304028
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2020
POLA INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT MULTI ETNIS DALAM MEMBANGUN HARMONISASI DI DUSUN TOLONGGERU DESA MBAWA
KECAMATAN DONGGO KABUPATEN BIMA
ii
Diajukan kepada Universitas Islam Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana (S. Sos)
OLEH:
RISKI RAMADHAN NIM 160304028
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2020
iii
iv
vi
vii MOTTO
ا ًرْسُي رْسُعْلا عَم َّ نِا
”Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 6)
PERSEMBAHAN
viii Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ibu saya yang tercinta yang selalu senantiasa sabar mendidik serta mendo,akan Anak-anaknya sehingga tetes keringatnya tak menjadi penyesalan untuk memperjuangkan Anak-anaknya dalam menuntut ilmu.
2. Bapak saya yang selalu senantiasa sabar mendidik serta mendoakan Anak-anaknya sehingga tetes keringatnya tak menjadi penyesalan untuk memperjuangkan Anak-anaknya dalam menuntut ilmu.
3. Teman seperjuangan saya Nurbiatun serta teman-teman saya yang senantiasa memberikan motivasi disetiap saya Lelah.
4. Almamaterku dan Kampus UIN Mataram
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala piji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
ix
Muhammad, juga kepada keluarga sahabat dan semua pengikutnya.
Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian Skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain adalah:
1. Dr. Abdul Wahid,M. Ag, M.Pd selaku bimbingan I dan Zakariah Ansori, S. Ag, M. Hum, selaku bimbingan II yang telah memberikan saran, bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini sehingga terselesaikan dengan baik.
2. Selanjutnya, selaku penguji I dan penguji II yang telah memberikan saran kontruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.
3. Dr. nuruddin, S. Ag, M. Si. selaku ketua jurusan sosiologi agama.
4. Dr. H. Lukman Hakim, M. Pd. selaku Dekan Fakultas auashuluddin dan Studi Agama (FUSA)
5. Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag. selaku Rektor Uin Mataram yang telah banyak membina dan membimbing selama peneliti melaksanakan studi di Uin Mataram.
6. Pihak lembaga tempat lokasi penelitian.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut dapat pahala yang berlipat gandah dari Allah Swt, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
x
Mataram Peneliti
Riski Ramadhan Nim, 160304028
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN SAMPUL ... ... ... i
HALAMAN JUDUL ... ... ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ... ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ... v
xi
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vi
HALAMAN MOTTO ... ... vii
HALAMAN PEMBAHASAN ... ... viii
KATA PENGANTAR ... ... ix
DAFTAR ISI ... ... xii
ABSTRAK ... ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... ... 1
A. Latar belakang ... ... 1
B. Rumusan masalah ... ... 6
C. Tujuan dan manfaat penelitian ... ... 7
D. Ruan lingkup dan setting penelitian... ... 8
E. Telaah pustaka ... ... 9
F. Kerangka teori ... ... 12
G. Metode penelitian ... ... 23
H. Sistematika pembahasan ... ... 36
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... ... 38
A. Gambaran Umum wilayah Desa Mbawa ... ... 38
B. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis dalam membangun Harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa ... 46
C. Faktor-faktor Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis dalam membangun Harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa ... 52
BAB III PEMBAHASAN ... 58
A. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis dalam membangun Harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa ... 58
B. Faktor-faktor Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis dalam membangun Harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa ... 69
xii
BAB IV PENUTUP ... 78
A. Kesimpulan ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84
POLA INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT MULTI ETNIS DALAM MEMBANGUN HARMONISASI DI DUSUN TOLONGGERU DESA MBAWA KEC. DONGGO KAB. BIMA.
OLEH
RISKI RAMADHAN 160304028
ABSTRAK
Menjalin interaksi sosial yang baik di tengah kehidupan yang multi etnis senantiasa menjadi salah satu pijakan dasar suatu masyarakat yang majemuk, dengan adanya agama pada hakikatnya merupakan sebagai pedoman hidup atau suatu kebenaran atau kekuatan moral yang inheren dengan nilai-nilai ketuhanan, maka selama itu pula manusia selalu merujuk dan membutuhkan agama dalam kehidupan. Kemajemukan agama harus dikelola dengan baik, supaya kedamaian terus terjaga tampa harus mencurugai antara satu dengan yang lainnya. Di Dusun Tolonggeru merupakan wilayah yang plural dalam konteks masalah agama. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa agama yang hidup berdampingan namun tampa adanya konflik di tengah-tengah keberagaman tersebut, yang tercermin dengan banyaknya bentuk-bentuk interaksi sosial masyarakat multi etnis dalam membangun harmonisasi. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ada dua yaitu: 1). Bagaimana bentuk-bentuk Interaksi
xiii
Sosial Masyarakat Multi Etnis dalam membangun Harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kec. Donggo? 2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis dalam membangun Harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kec.
Donggo?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial Masyarakat multi etnis dalam membangun harmonisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial masyarakat multi etnis dalam membangun harmonisasi . Penelitian ini dianalisi dengan menggunakan penelitian di lapangan (field research) yang bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenoligi. Sumber data primer dan sumber data skunder prosedur pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data melewati tiga prosedur, yaitu reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan, serta pengecekan keabsahan data menggunakan perpanjangan keikut-sertaan, trigulasi dan pemeriksaan sejawat melalui diskusi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bentuk-bentuk interaksi sosial masyarakat multi etnis dalam membangun harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa yaitu: Upacara Raju di Uma Leme, saling menghormati dan menjaga ketika hari besar agama, gotong royong dan musyawarah. Kemudian, faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat multi etnis dalam membangun harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbwa yaitu : komunikasi yang baik, hubungan darah atau keturunan dan solidaritas sosial masyarakat.
Kata kunci: Interaksi Sosial, Masyarakat Multi Etnis, Harmonisasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari manusia lain.
Maka dari itu, perlu adanya interaksi yang harmonis antar sesama manusia, dengan demikian terbentuknya sekelompok dari sekian banyak jumlah manusia yang disebut masyarakat. Masuknya sebuah komunitas baru di pedesaan memberikan dampak dalam kehidupan masyarakat desa baik secara sosial maupun kultural.
Menurut Emile Durkheim masyarakat di Desa digambarkan sebagai masyarakat dengan solidaritas mekanis, hal ini disebabkan oleh kehidupan masyarakat Desa yang belum terpengaruh oleh hal- hal yang bersifat modern. Saat ini perubahan sosial terjadi tidak hanya di kota sebagai dampak dari globalisasi dan perkembangan zaman. Warga perumahan adalah bangsa yang majemuk.
Kebanyakan dari warga perumahan merupakan pindahan yang merupakan bukan warga asli daerah setempat sehingga warga perumahan mempunyai banyak keragaman baik kelas sosial, cara interaksi sosial bahkan stratifikasi sosial.1
Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan). Hal ini karena sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau
1 Soejono Soekanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo, 1982), hlm. 99
2
keinginan pokok, yaitu: keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat, dan juga keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Manusia secara individu merupakan anggota dari suatu masyarakat, di mana ia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan dan kondisi sosial budaya sekitarnya karena saling membutuhkan antar kerja sama sosial dan kepentingan bersama pada setiap individu yang hidup dalam suatu masyarakat.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama pergaulan dalam hidup akan terjadi apabila orang perorangan, kelompok dengan kelompok manusia kerja sama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan pertikaian dan lain sebagainya.
Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang merunjuk pada hubungan-hubungan yang dinamis.2
Menurut Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk sosial yang hanya menyukai hidup bersama dari pada hidup sendiri. Jadi manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena dengan interaksi sosial manusia mewujudkan sifat sosialnya.3
2 Soejono Soekamto dan Budi sulistyowati: Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:
Rajawali pers, 2017), hlm. 54
3 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial (Bandung:
Eresco, 1995), hlm. 64
3
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih di mana kelakun individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kekuatan individu yang lain atau sebaliknya sehingga terjadinya proses sosial, interaksi sosial ini dijadikan sebagai syarat utama faktor terjadinya aktifitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial. Interaksi sosial juga akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan. Dari tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interakasi sosial merupakan hubungan yang tersusun dalam bentuk tindakan berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Dan di sinilah dapat kita amati atau rasakan bahwa apabila sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat, interaksi tersebut akan belangsung secara baik, begitu pula sebaliknya, manakala interaksi sosial yang dilakukan tidak sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat, interaksi yang terjadi kurang berlangsung dengan baik.
Saat ini perubahan sosial terjadi tidak hanya di kota sebagai dampak dari globalisasi dan perkembangan zaman. Di wilayah yang dulu notabenya adalah tempat pemukiman para petani sekarang menjadi kota yang metropolitan. Sehingga terjadinya perubahan sosial, pemahaman keagamaan yang sudah melembaga di masing- masing tempat asalnya. Dengan sendirinya akan dibawa masuk untuk dilembagakan lagi di tempat yang baru. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak. Sehingga salah satu penyebab konflik di mana terdapat pertikaian atau pertentangan karena adanya perbedaan
4
pandangan dan suasana tingkahlaku sosial seseorang sebagai salah satu hubungan interaksi sosial pada masyarakat yang plural.4
Sejalan dengan perkembanganya masyarakat multi etnis yang ada di perumahan berbagai tantangan yang harus dihadapi dalam kehidupan yang beragama yakni berkembangnya sikap yang mengakui kebebasan bertindak, berkembangnya pahan rasionalisme dan urbanisme. Dengan begitu tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, maka diharapkan dapat menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada pemeluk agama lain sehingga tumbuh pula kerukunan beragama sebab setiap agama memiliki dasar ajaran hidup rukun. Semua agama menganjurkan untuk senantiasa hidup damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.5
Kehidupan yang multi etnis ini dapat berdamai dan saling menolong, manusia adalah insan sosial dengan demikian ia tidak dapat berdiri sendiri, satu sama lainnya saling membutuhkan.
Manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang berbeda, demikian keduanya mempunyai kepentingan yang sama dalam menjalani kehidupanya. Demikian pula kondisi di Desa Mbawa ini merupakan masyarakat yang etnis, suku dan agama yang berbeda-beda, juga memiliki variasi sosial budaya yang beragam.
Berdasarkan observasi awal Peneliti, di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa merupakan suatu wilayah yang masyarakatnya
4 MH Said Abdullah, Membangun Masyarakat Multikultural (Jakarta: Pustaka, 2006),hlm.107
5 Zakiyah darajat, Perbandingan Agama-Agama, (Jakarta: Bumi Aksara 1996), hlm. 139
5
beranekaragam, mulai etnis bugis, Makassar dan Ambon yang tinggal dan menetap cukup lama. wilayah ini bukanlah daerah yang homogen, namun sangat heterogen dari segi etnis maupun agama.
Peneliti memilih membahas masalah interaksi sosial masyarakat dalam membangun harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima, karena masyarakat disana tetap memelihara hidup rukun dan harmonis meskipun berada dalam golongan yang bersifat heterogen. Dusun Tolonggeru Desa Mbawa adalah yang berada di wilayah Kecamatan Donggo yang di tempati oleh beberapa Agama yaitu Agama Islam, Kristen Khatolik dan Protestan, di Dusun Tolonggeru.
Meskipun Dusun Tolonggeru menganut beberapa kepercayaan, namun dalam kehidupan sehari-hari mampu menjaga kerukunan, hal ini dapat terlihat ketika ada tetangga mereka yang beragama lain yang meninggal mereka ikut pergi kerumah duka untuk memberikan semangat. Ada dua hal yang membuat hubungan sosial antara pemeluk terjalin dengan baik yaitu, Upacara Raju dan Uma Leme. Upacara Raju ini merupakan upacara pembasmian hama dan penentu musim tanam, upacara ini dilakukan setiap tahun sebelum musim tanam. Untuk menentukan waktu ditentukan oleh bulan, sedangkan Rumah Adat (Uma Leme) adalah sebagai wadah pemersatu antara pemeluk Agama dan dijadikan Cagar Budaya di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa. Di Dusun Tolonggeru masyarakatnya tidak mempersoalkan perbedaan keyakina, karna mereka meyakini bahwa perbedaan keyakinan hanya sebuah jalan untuk pendekatan dengan sang pencipta bukan
6
sebagai tolak ukur untuk bersosial, karena pada dasarnya masyarakat adalah suatu kesatuan yang utuh dan Saling membutuhkan satu sama lain.6
Dengan latar belakang yang beragam ini masyarakat Dusun Tolonggeru Desa Mbawa mampu hidup rukun di tengah-tengah kemajemukan yang ada. Maka dari itu, penulis ingin mengadakan penelitian tentang Pola Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis Dalam Membangun Harmonisasi (Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut diatas, untuk memperjelas dan membatasi agar pembahasan tidak keluar dari judul penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk interaksi sosial masyarakat multi etnis dalam membangun harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi interaksi sosial masyarakat multi etnis dalam membangun harmonisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima?
6 Observasi Penelitian, pada tanggal 12 oktober 2020
7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang peneliti gunakan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bentuk interaksi sosial masyarakat multi etnis di Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi intraksi sosial masyarakat multi etnis di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima.
2. Manfaat
Setelah mengetahui tujuan penelitian, maka peneliti ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagimana yang diharapkan peneliti sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritas
1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan, terutama yang berkaitan khususnya tentang masyarakat multi etnis dengan disiplin ilmu Sosiologi dan Antropologi.
2) Memberikan sumbangsih maupun rujukan referensi untuk para peneliti selanjutnya dan pengembangan keilmuan dalam bidang Sosiologi dan Antropologi.
b. Manfaat Praktis
1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk dijadikan pedoman penelitian dalam meneliti pola
8
interaksi sosial di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima.
2) Memberikan wawasan pengetahuan bagi masyarakat tentang pola interaksi sosial di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian
Pada bagian ini peneliti lebih difokuskan pada pembahasan tentng Pola Interaksi di Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Atas dasar konteks penelitian di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sekaligus sebagai cakupan pembahasan dalam penelitian ini.
2. Setting Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian yang di mana peneliti ingin menjelaskan bagaimana pola interaksi sosial ketika mereka tinggal dalam satu atap rumah tapi tetap menganut kepercayaan masing-masing. Oleh sebab itu, peneliti tertarik meneliti fenomena yang terjadi di Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima.
E. Telaah Pustaka
Dalam pokok pembahasan proposal ini, penulis membahas tentang Pola Interaksi Sosial Multi Etnis di Dusun Tolonggeru Desa
9
Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Donggo. Judul tersebut terfokus dari sudut pandang Sosiologi Agama. Karena dalam pembahasan ini membahas tentang pola Interaksi Sosial masyarakat antar penghuni di Desa Mbawa.
Adapun penelitian yang dianggap berkaitan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh:
1. Disertasi penelitian yang dilakukan oleh Abdul Wahid dengan judul “Imajinasi Multikultural Dou Mbawa dalam praktek Budaya
Raju di Mbawa Indonesia Timur”.7 Dalam penelitian tersebut ada beberapa point yang dikemukakakan didalamnya, seperti kristenisasi dan islamisasi yang dilakukan oleh para missionaris Kristen dan para da,i yang masih berlangsung sampai sekarang.
Kemudian ada budaya Raju yang masih dilestarikan oleh masyarakat Mbawa, yaitu sebuah ritual adat yang dilakukan untuk menyambut musim hujan, sekaligus sebagai tanda bercocok tanam akan segera dilakukan, bahkan ritual Raju inipun menjadi tolak ukur prediksi awal terhadap hasil panen nantinya, karna memang kepercayaan ini masih berkaitan erat dengan kepercayaan keagamaan “parafu” sehingga ritual Raju ini
menjadi identitas masyarakat Mbawa khususnya dalam menjaga ritual sosial.
Dengan demikian, adapun perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti yang
7 Abdul Wahid Dkk, “Islam Indonesia Pasca Reformasi; Dinamika Keagamaan pada Ranah Sosial, Politik,Budaya, Hukum dan Pendidikan,” (Surabaya: IMTYAZ, 2015), hlm 1-64
10
sekarang, bahwa peneliti lebih berfokus pada berbagai macam pola interaksi yang dilakukan oleh masyarakat mbawa dalam menjaga harmonisasi beragama dan bersosial dalam berbagai Multietnis yang ada. Serta peneliti lebih fokus melakukan penelitian bertempat di dusun Tolonggeru Desa Mbawa.
Sedangkan lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu mencakup Desa Mbawa.
2. Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Zuriatin dan Masni
“Dinamika kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Islam di Desa
Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima”8. Adapun hasil dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat islam di Desa Mbawa secara umum sangat toleran, saling memahami, saling membantu antara sesama. Baik dalam ranah teologis terlebih ranah sosiologis seperti kematian orang Kristen maka orang islam sekitar itu ikut membantu. Akan tetapi beda dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti saat ini, peneliti lebih spesifik melihat gejala-gejala interaksi sosial-teologis yang terdapat di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa dengan latar belakang etnis masyarakatnya yang lebih beragam dengan kekentalan agama islam, katholik dan protestan
3. Skripsi penelitian yang dilakukan oleh Hartati yang berjudul
“Relasi Sosial Minoritas dikalangan Mayoritas Muslim” (Di Dusun Sangari Desa Mbawa Kecematan Donggo)”. Yang menjadi fokus
8 Zuriati dan Masnin “Jurnal Pendidikan Ips : Dinamika Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Islam”, vol. 4 no,2 juli-desember 2014, hlm 846
11
penelitian tersebut dimana peneliti ingin menjelaskan bagaimana hubungan sosial antara masyarakat Minoritas Kristen yang tinggal dan menetap dalam suatu wilayah yang Bermayoritas muslim.9
Persamaan peneliti yang terdahulu dengan peneliti yang sekarang dimana sama-sama membahas tentang masyarakat yang memiliki perbedaan keyakinan yang tinggal dalam satu tempat yang sama tetapi tetap harmonis dan jenis penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Perbedaan yang paling mendasar antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang sekarang dimana peneliti yang terdahulu menjelaskan bagaimana sikap toleransi mayoritas islam terhadap minoritas Kristen yang mendiami tempat yang sama, sedangkan peneliti yang sekarang di mana menjelaskan bagaimana pola interaksi sosial masyarakat multi etnis dalam membangun harmonisasi, peneliti terdahulu bertempat di Dusun Sangari Desa Mbawa, sedangkan peneliti yang sekarang bertempat di Dusun Tolonggeru Desa mbawa.
F. Kerangka Teori
1. Teori struktural Fungsional Talcon Parson
9 Hartati dengan judul “Relasi Sosial Minoritas Kristen di Kalangan Mayoritas Islam, (Didusun Sangari Desa Mbawa kecamatan Donggo), Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram, 2020
12
Adapun teori struktural yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap temuan dan hasil penelitian yaitu: teori structural fungsional oleh talcon parson.
Struktural fungsional ini menekankan keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya antara lain: fungsi, difungsi, fungsi laten, fungsi manifes, dan kesinambungan (equilibrium)10
Menurut teori struktural fungsional menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Asumsi dasarnya bahwa setiap struktur dalm sistem sosial, fungsional terhadap orang lain sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang tergantung. Sistem cenderung bergerak kearah mempertahankan keteraturan diri atau keseimbangan.
Sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bagian- bagian lain, sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya.11
Alokasi dan itegritas merupakan dua proses fundamental yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem sosial.
Sistem cenderung menjaga keseimbangan meliputi: pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan yang berbeda dan
10 I. B Wirawan, Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma : Fakta sosial, Definisi Sosial dan Perilaku Sosial, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm42
11 Paul S. Baut, Teori-Teori Modern: Dari Parsons Sampai Hebermas, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), hlm. 76.
13
mengendalikan kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam.
Asumsi dasar dari teori struktural fungsional yaitu bahwa masyarkat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan.
Talcott parsons menyusun beberapa konsep yang melatar belakangi keteraturan masyarakat, yaitu:
a. Adanya nialai-nilai budaya b. Norma-norma sosial
c. Diterapkan individu menjadi suatu motivasi.
Talcott Parsons memandang bahwa masyarakat sebagai bagian dari lembaga sosial yang berarda dalam keseimbangan, yang mengatur kegiatan manusia berdasarkan norma-norma yang disepakati bersma oleh masyarakat.12
Talcott Parsons juga berpendapat, bahwa tingkahlaku manusia dipengaruhi dari batin oleh tujuan-tujuan tertentu yang diterapkan atas nilai dan norma-norma yang dibagi bersama dengan orang lain dalam masyarakat. Talcott parson juga
12 Ibid, ….hlm. 54.
14
memperkenalkan teori AGIL, yaitu Adaptation, Goal attaittment, Integration dan Laten pattern maintenance antara lain:
a. Adaptasi, berarti keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungan dengan baik, dalam artian meningkatkan kemampuan yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat dengan cara mengedepankan kepentingan kelompok.
b. Goal Attaittment, berarti persyaratan fungsional yang muncul dari pandangan bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan- tujuannya, menjamin penggunaan sumberdaya secara efektif dalam meraih tujuan-tujuan serta penerapan prioritas di antara tujuan-tujuan tersebut.
c. Intrgritation, berarti masyarakat yang berhubungan dengan interelasi antara para anggota dalam sistem sosial, dengan membangun dasar yang kondusif bagi terciptanya keteraturan antara elemen sistem, dimana tingkat integrasi dapat diukur dengan melihat tingkat komitmennya, semakin tinggi komitmennya terhadap suatu sitem maka semakin tinggi pula tingkat integritas yang akan tercapai.
d. Laten Patern maintenance, adalah cara menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem sesuai norma-norma, sehingga hal ini dapat dipenuhi melalui sistem budaya, dengan
15
adanya konsisten dalam memelihara pola dasar hubungan anatara yang satu dengan yang lainnya.13
Masyarakat dalam kalangan fungsional memandang masyarakat manusia sebagai berikut:
1. Masyarakat dipandang sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi yang bekerja dengan cara yang teratur menurut seperangkat aturan dan nilai yang dianut oleh sebagian besar masyarakat tersebut.
2. Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil dengan kecenderungan kearah keseimbangan, yaitu suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.
3. Setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu dan terus menerus, karena hal ini fungsional.
4. Corak perilaku akan timbul karena secara fungsional bermanfaat.14
Menurut Parsons dalam pelaksanaanya ada dua mekanisme dalam proses ini yaitu:
a. Mekanisme sosialisasi merupakan alat untuk menanamkan pola cultural (nilai-nilai, bahasa, kepercayaan dan simbol- simbol). Seluruh nilai, kepercayaan, bahasa dan symbol ditanamkan pada sistem personal. Lewat proses ini individu
13 Pater Hamilton, Talcot Parson dan Pemikirannya: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta:
Tiara Wacana,1990), hlm 191
14 I. B Wirawan, Teori Sosial Dalam Tiga paradigma : Fakta sosial, Definisi sosial dan Perilaku Sosial, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm52-53
16
akan menerima dan memiliki komitmen terhadap norma- norma yang ada.
b. Mekanisme kontrol mencakup proses status dan peran yang ada dalam masyarakat yang di organisasikan kedalam sistem sosial. Tujuan mekanisme ini adalah mereduksi ketegangan yang muncul. Mekanisme kontrol ini meliputi kelembagaan, sanksi, aktivitas ritual, penyelamatan keadaan kritis, pengintegrasian menuju keseimbangan dan kekuasaan.
2. Interaksi Sosial
Secara etimologi, interaksi terdiri dari dua kata yaitu action (aksi) dan Inter (antara). Jadi interaksi adalah tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih atau berbalas-balasan.
Interaksi sosial merupakan interaksi sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang peroragan, dan antara kelompok-kelompok manusia. dalam Interaksi sosial merupakan interaksi sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang peroragan, dan antara kelompok- kelompok manusia. Dalam sebuah masyarakat, dalam kaitannya manusia sebagai makhluk sosial merupakan syarat utama untuk terjadinya aktivitas sosial. Dengan demikian interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial dimana dalam proses tersebut terjadi hubungan sosial yang dinamis baik antara individu, antara kelompok, aupun antara individu dan kelompok.15
3. Syarat-Syarat terjadinya interaksi sosial
15 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo, 1990), hlm. 60- 61.
17
Dalam interaksi sosial tentu ada ciri-ciri dan syarat terjadinya interaksi sosial. Menurut Charles P. Lommis mengungkapkan bahwa cirri-ciri interaksi sosial adalah sebagai berikut:16
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi diantara pelaku melalui kontak siswa c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Proses interaksi sosial dalam masyarakat tidak dapat terjadi apabila tidak memenuhi dua sarat yaitu:
1. Kontak sosial
Kata kontak sosial dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan Tango yang artinya menyentuh jadi kontak sosial adalah sama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniyah, oleh karna itu orang dapat mengadakan hubungan oleh pihak lain.
Dalam interaksi sosial, kontak sosial juga dapat bersifat positif atau negatif yang mana sikap positif mengarah pada kerjasama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interksi sosial. Suatu kontak dapat pula
16 Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1984), hlm. 113- 114.
18
besifat primer atau sekunder dimana primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti apabila orang-orang tersebut berjabatangan, saling senyum dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang sekunder terjadi dengan memerlukan suatu perantara.17
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun dengan alat bantu agar orang lain memberikan tanggapan atau tindakan tertentu. Komunikasi memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak tubuh, maupun sikap. perasaan- perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut, sehingga individu yang bersangkutan memberikan reaksi terhadap perasaan yangin disampaikan oleh individu lain tersebut. Jadi komunikasi merupakan proses di mana satu sama lainnya mengerti maksud atau perasaan masing- masing, hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.18
Jadi terjadinya interaksi sosial dapat disimpulkan bahwa harus ada kontak sosial dan komunikasi, jika salah satu syarat tidak dipenuhi maka tidak dapat dikatakan interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan kontak
17 Emory S. Bogardus, Sosiologi (New York: The Mucmilan Company, 1961), hlm.25.
18 Phil Astrid, Komunikasi Dalam teori Dan Praktek (Bandung: Bina Ilmu, 1974), hlm.
1-2.
19
sosial yang terjadi di mana antara individu saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing.19
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan bentuk utama dari proses sosial yang memberi pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) bahkan pertentangan atau pertikaian (conflict) dan suatu pertikaian mungkin mendapat suatu penyelesaian.
Penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, proses ini dinamakan akomodasi (accommodation). Adapun lebih jelasnya masing-masing hal tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Kerjasama (cooperation), yang di maksudkan sebagai suatu usaha bersama antara individu dengan kelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama.
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhdap kelompoknya yaitu in-group-nya. Terdapat pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan bersama. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerja sama yang berguna.
19 Elly M, Setiadi, Ridwan, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Bandung: Kencana Prenada Media Grup, 2007), hlm. 95
20
b. Persaingan (competition) diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana orang perorangan atau suatu kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict) merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuanya dengan jalan menyingkirkan atau menentang pihak lawan yanag disertai dengan ancaman dan kekerasan.
d. Akomodasi (accommodation), akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjukan pada suatu keadaan atau pada suatu proses. Akomodasi yang menunjukan pada suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan, kelompok-kelompok manusia dalam kaitanya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.20 Soerjono Soekanto mengatakan bahwa pada dasarnya ada dua kelompok umum dari interaksi sosial, yaitu asosiatif dan disosiatif. Asosiatif merupakan suatu interaksi sosial yang merupakan proses menuju sesuatu suatu kerjasama, sedangkan disosiatif diartikan sebagai
20 Slamet Santoso, Dinamika Kelompok, (Jakarata: Bumi Aksara, 2006), hlm. 25
21
tujuan perjuangan melawan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.21
5. Masyarakat Multi Etnis
Multi Etnis berasal dari dua kata, yaitu multi yang berarti banyak, dan kultur artinya kebudayaan. Masyarakat multi etnis berarti masyarakat memiliki berbagai kebudayaan, misalnya ilmu pengetahuan, system kekerabatan, bahasa, religi, kesenian, teknologi, dan sistem mata pencaharian hidup. Multi etnis juag dapat diartikan sebagai kergaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multi etnis dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang meiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaan masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Terbentuknya masyarakat multi etnis karena adanya proses sosial dan perubahan sosial. Proses dan perubahan sosial terjadi karena adanya mobilitas sosial. Masyarakat multi etnis secara sederhana adalah masyarakat yang memiliki beragam kebudayaan yang berbeda-beda. Istilah ini umumnya dipakai untuk menggambarkan sebuah masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok atau suku-suku bangsa ini umumnya terikat oleh sebuah kepentingan bersama (the
21 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Perasada, 2004), hlm. 82
22
desire to be together) yang bersifat formal, yakni dalam bentuk dalam sebuah Negara. Daalam kosa kata sehari-hari, masyarakat multicultural ini lebih dikenal sebagai masyarakat majemuk.22
Furnival mendefinisikan masyarakat multukultural atau majemuk sebagai masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih, komunitas atau kelompok yang secra cultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Beberapa karakteristik masyarakat majemuk diantaranya sebagai berikut:
a. Terjadinya segementasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok yang sering kali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkoplementer.
c. Kurang pengembangan consensus diantara para anggota- anggotanya secara relative sering kali mengalami konflik diantara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.
d. Secra relative integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketegantungan di dalam bidang ekonomi.
e. Adanya dinaminasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lainnya.
22 Abdullah Taufik, Etnisitas dan Konflik Sosial, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemasyarakatan Kebudayaan-LPI, 1999), hlm 41.
23 G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.23 Penelitian ini dilakukan di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima.
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendektan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialamin oleh objek penelitian misalnya, perilaku, resepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa apada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah. Menurut Denzin dan Lincolm yang dikutip oleh Noor Juliyansyah menjelaskan bahwa penelitian kualitatif menyiratkan penekanan pada proses makna yang dikaji secara ketat atau yang belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas atau frekuensinya.24
Pendekatan fenomenologi adalah suatu metode yang mehami arti atau pengertian, struktur dan hakikat dari pengalaman hidup seseorang atau kelompok atas sesuatu gejala yang dialami.
23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010) hlm 2.
24 Noor Juliyansyah, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana 2011) hlm 32.
24
Beberapa hal dasar yang perlu dipahami tentang pendekatan ini yaitu:
a. Apoche (epoche atau brocketing) artinya melepaskan praduga, asumsi atau meletakkan semua konsep bila hendak mempelajari dan mengerti sesuatu.
b. Intisi (intuition) yang mendorong peneliti untuk menangkap hakikat dari gejala tersebut.
c. Keterarah (intentionality) hal ini berarti bahwa kesadaran harus terarah pada suatu gejala, fakta dan realitas akan diketahui dan mengerti.
d. Dunia yang dihidupi (lebenswelt), setiap peristiwa atau gejala selalu terjadi atau dialami dalam konteksnya atau dalam dunianya.25
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti sebagai orang yang melakukan observasi dalam pengamatan dengan cermat terhadap objek penelitian. Tujuan untuk memperoleh data tentang penelitian ini, maka peneliti turun di lapangan dalam mengikuti kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa. Kehadiran peneliti berperan sebagai instrument utamanya sekaligus pengumpul data sehingga keberadaanya di lokasi mutlak diperlukan.26
Demikian pula perlu dijelaskan apakah subjek atau informal mengetahui kehadiran peneliti dalam statusnya sebagai
25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 41-43.
26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (bandung: CV. Alfabeta 2010) hlm 110.
25
peneliti. Setelah peneliti memposisikan diri sebagai subjek yang dijadikan objeknya dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Dusun Tolnggeru Desa Mbawa. Adapun hasil dari peneliti temukan di lapangan membuktikan bahwasanya interksi antara etnis berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan antara masyarakat yang berbeda keyakinan seperti Upcara Raju dan Uma Leme.
Sedangkan pandangan masyarakat yang ada di Desa Mbawa semuanya baik dan menghargai antara satu dengan yang lainnya.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Alasan peneliti memilih di tempat tersebut yang di mana peneliti ingin menjelaskan bagaimana pola interaksi sosial masyarakat multi etnis ketika mereka tinggal dalam satu atap rumah tetapi menganut kepercayaan masing-masing, meskipun di Desa Mbawa terdapat beberapa etnis akan tetapi di Desa tersebut dulu pernah terjadi suatu konflik dan sekarang tidak pernah lagi terjadinya suatu konflik terbuka antar etnis, sehingga dalam hal ini memudahkan dalam mencari data penelitian.
4. Sumber Data
Sumber data yang dapat diambil oleh seorang penulis dalam suatu penelitian kualitatif berupa kata-kata, tindakan dan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data penelitian ini dapat diperoleh melalui berbagai sumber sebagai berikut:
a. Sumber Data primer
26
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan objek penelitian dan pihak-pihak yang ahli dalam masalah ini. Data primer harus diperoleh secara langsung dengan cara mengambil data dari sumbernya dan peneliti harus langsung terjun kelapangan dan tidak boleh diwakilkan.27
Jadi yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Desa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, serta masyarakat biasa.
b. Sumber Data Skunder
Sumber data skunder adalah sumber data yang bersifat secara tidak langsung yang mampu memberikan tambahan pelengkap terhadap data penelitian. Sumber data skunder dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui majalah, jurnal, surat kabar, buku-buku dan internet.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pada bagian ini dijelaskan tentang tekhnik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan dalam upaya memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian tersebut. Teknik pengumpulan data yang tepat memungkinkan memperoleh data yang objektif. Untuk mendapatkan data yang objektif, maka peneliti menggunakan beberapa metode dalam proses
27 Sumardin Suryabarata, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm 39
27
pengumpulan data yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi.28
a. Metode Observasoi
Observasi merupakan metode aktivitas pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang terlihat pada objek penelitian. Alasan kenapa perlu dilakukan obsevasi adalah untuk menyajikan potret realitas perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan dan membantu memakai perilaku manusia. Pengamatan dilakukan secara langsung di lokasi penelitian29
Menurut sugiyono, dari segi pelaksanaan, maka observasi dibagi dalam dua bagian yaitu:
1) Observasi berperan (participant observation) yaitu observasi yang terlibat langsung dengan objek penelitian.
2) Observasi nonparticipant yaitu observasi tidak terlibat secara langsung.30
Jadi, observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan di mana penelitian terlibat langsung dalam bentuk aktivitas masyarakat. Hal demikian dilakukan agar observasi yang dilakukan dapat menjadi bahan masukan dalam penjelasan penelitian yang digunakan.
28 Sugiyono, metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), hlm 111
29 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta:Erlangga, 2009), hlm 101-103
30Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), hlm234
28
Penelitian mengobservasi tentang bagaimana pola interaksi sosial masyarakat multi etnis dalam membangun harmonisasi.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan oleh pewawancara untuk mempermudah informasi dari orang yang diwawancara.31 Dalam suatu wawancara dari segi pelaksanaannya dikenal ada tiga macam wawancara yaitu:
1) Wawancara tekstur (structured interview)
Wawancara struktur digunakan sebagai tehnik pengumpulan data, takala penelitian atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh.
2) Wawancara semistruktur (unstructured interview)
Jenis wawancara ini adalah termasuk dalam kategori indepth interview, karena dalam pelaksanaanya lebih bebas tak kala dibandingkan dengan wawancara terstruktur
3) Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview)
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dengan cara penelitian tidak menggunakan
31 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 1996), hlm 73
29
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.32
Dalam hal ini penelitian menggunakan wawancara seni struktur, dimana dalam pelaksanaan lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Adapun tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahn secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, penelitian perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh responden.
Wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan menyediakan informasi dalam penelitian yaitu dari Masyarakat Dusun Tologgeru Desa Mbawa Kecematan Konggo Kabupaten Bima tentang Pola Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis dalam membangun Hormanisasi.
c. Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melaui dokumen-dokumen.33
Materi ini berupa video, audio, foto, dan sebagainya.
Kegunaan dokumentasi adalah sebagai pelengkap dari metode wawancara dan menjadikan penelitian menjadi kredibel (dapat
32 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009),hlm 49
33 Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2008), hlm 143
30
dipercaya) dan dokumen sebagai sumber penelitian. Adapun dokumen-dokumen yang didapatkan penelitian pada saat melakukan penelitian di Dusun Tologgeru Desa Mbawa ialah dengan foto, audio, dan alat dokumentasi lainnya.
Dengan demikian yang di maksud dengan metode dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dalam menyelidiki atau penelitian yang berbentuk dokumen-dokumen untuk memperoleh berbagai keterangan dan informasi yang dibutuhkan.
6. Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi sesuatu yang dapat dikelola, mensintesiskannya,mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajarai dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Analisis yang dilakukan agar proses penyusunan data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditafsirkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik deskripsi analisis kualitatif, dimana penelitian akan menggambarkankeadaan atau fenomena yang diperoleh kesimpulan. Metode deskriptif analitis digunakan dalam menganalisis data yang sudah ada. Metode ini digunakan untuk menggambar data-data yang sudah diperoleh melalui proses analisis yang mendalam dan
31
selanjutnya dikomunikasikan seacara runtut atau dalam bentuk naratif
Analisis data kualitatif brsifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotetis.
Berdasarakan dari data yang ada penelitian bisa menganalisis dan menemukan hal yang penting dan memilah- milah mana yang akan digunakan dan tidak digunakan sebagai hasil penelitian. Menurut Miles dan Hubrman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dan kualitatif dilakukan secara interkatif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.34 Tahap analisis data adalah sebai berikut.
a. Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian dalam penelitian ini ialah observasi, wawancara, dan juga dokumentasi yang ada di lapangan. Penulis memperoleh data-data dari hasil pola interaksi sosial masyrakat yang ada di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecematan Donggo Kabupaten Bima.
b. Reduksi Data
Penulis melakukan reduksi data dengan tujauan untuk menyaring data penelitian. Penulis mengambil data sesuai dengan fokus penelitian. Penelitian memulai
34 Miles, Mathew dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI PRESS, 1999), hlm 34
32
penelitian di Desa Mbawa. Kemudian dari data yang ada penelitian menganalisis dan menelaah mengenai data yang penting untuk dijadikan sebagai data yang akurat.
c. Penyajian Data
Penulis telah menganalisis data yang sebelunya telah direduksi. Data yang disajikan bukan bukan lagi data kotor atau mentah melainkan data yang mudah untuk di baca. Penulis melakukan verifikasi/kesimpulan setelah menyajikan data. Penulis menyajikan data dengan menunjukan dokumen foto sebagai pelengkapan dari data- data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan sumber tertulis lainnya.
d. Pengambilan Kesimpulan atau Verivikasi
Penulis mencoba mengambil kesimpulan, berdasarkan data yang diperoleh. Penarikan kesimpulan atau verifikasi masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang dapat mendukung pada tahap pengumpulan data. Apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.35
Dalam penelitian ini, kesimpulan dan verivikasi dilakukan setelah semua rangkaian pengumpulan data
35 Dzam’ah Satori, Metodologi Kualitatif, (Bandung: Alfabet 2004), hlm 215
33
selesai dilakukan. Setelah data direduksi kemudian menggunakan deskripsi naratif, kemudian ditarik dalam suatu tema dalam bentuk kesimpulan yang berupa deskripsi atau temuan yang bersifat umum untuk keperluan pengembangan lebih lanjut terkait pola interaksi sosial masyarakat multi etnis dalam membangun hormanisasi di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecematan Donggo Kabupaten Bima.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Sebelum masing-masing tekhnik pemeriksaan diuraikan, terlebih dahulu ikhtisarnya tersebut dikemukakan.
Ikhtisar ini terdiri dari kriteria yang diperiksa dengan satu atau beberapa tekhnik pemeriksaan tertentu. Ikhtisarnya tersebut dikemukakan dalam table 4 berikut ini.
KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN
Kredibilitas (derajat kepercayaan)
(1) Perpanjangan keikut-sertaan (2) Ketekunan Pengamatan (3) Triangulasi
(4) Pengecekan sejawat (5) Kecukupan referensial (6) Kajian kasus negatif (7) Pengecekan anggota Kepastian (8) Uraian rinci
Kebergantungan (9) Audit kebergantungan Kepastian (10) Audit kepastian
34 a. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan yaitu mencari data secara konsisten dengan berbagai cara serta analisis yang konstan.36 Yaitu peneliti melakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti, rinci dan terus menerus selama proses penelitian.
b. Triangulasi
“Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut”. Dengan triangulasi ini, penulis mampu
menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya dari satu cara pandang, sehingga keberadaan data lebih bisa diterima.
c. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara melengkapi hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka
36 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2014), hlm. 330.
35
peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.37
d. Kecukupan Referensial
Teknik kecukupan referensial ialah, mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan, atau rekaman- rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Kecukupan referensial dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan penelitian ini untuk menguji kembali data yang ada.38
H. Sistematika Pembahasan
Penulisan laporan hasil penelitian ini mengacuh kepada pedemoman penulisan Skripsi UIN Mataram. Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
1. BAB I berisi tentang pendahuluan, latarbelakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
2. BAB II berisi tentang paparan data dan temuan. Di bagian ini diungkapkan seluruh data dan temuan penelitian dalam hal ini, penelitian sebisa mungkin menjaga jarak dan menahan diri
37 Ibid, hlm. 330-332.
38Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 327-344.
36
untuk tidak mencampuri fakta terlebih dahulu. Gambaran umum Pola Interaksi Sosial Masyarakat Mukti Etnis Dalam Membangun Harmonisasi Di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecematan Donggo Kabupaten Bima.
3. BAB III berisi tentang pembahasan. Di bagian pembahasan ini diungkapkan proses analisis terhadap temuan penelitian sebagai dipaparkan di Bab II berdasarkan sebagai perspektif penelitian atau kerangka teoritik sebagai diungkapkan di bagian pendahuluan. Jadi peneliti tidak menulis ulang data-data atau yang telah diungkapakan di Bab II.
4. BAB IV berisi tentang penutup, kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN TEMUAN DATA
A. Gambaran Umum Wilayah Dusun Tolonggeru Desa Mbawa
1. Keadaan Penduduk dan Sejarah Singkat Dusun Tolonggeru Desa Mbawa
Masyarakat Desa Mbawa nama etnis yang mendiami Desa mbawa yaitu etnis donggo. Dilihat dari persebaran etnis Donggo meliputi sebagian wilayah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Wilayah asal etnis Donggo adalah Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima dan empat kecamatan yang berada di Kabupaten Dompu yaitu Kecamatan Hu’u, Dompu, Kempo dan Kelo. Etnis
37
Donggo adalah kelompok etnik, namun tidak memiliki bahasa sebagai identitas otonom. Etnik Donggo menggunakan Bahasa Mbojo, sebagai salah satu etnis yang menempati Kabupaten Bima.39
Etnis Donggo menganggap dirinya berasal dari daerah swangga, suatu tempat yang terletak disuatu pegunungan yang tinggi dan terpencil. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dipimpin pimpinan yang disebut Naka- Niki. Kelompok-kelompok kecil tersebut sering terjadi perang atau konflik. Etnis donggo mengembangkan hidup yang bersifat nomaden dan hidup dari berburuh. Jaman itu mereka sebut jaman Naka-Niki. Etnis Donggo menyebut jaman itu sebagai jaman terbang (ngemo), karna waktu itu orang yang meninggal tidak dikubur, tetapi terbang dan menghilang begitu saja.
Masyarakat Desa Mbawa sangat membanggakan hidup harmonis antara pemeluk agama islam, protestan dan khatolik.
Sementara itu, tidak ada hal-hal yang mengusik ataupun mengganggu kerukunan tersebut, masing-masing menjaga dan saling menghormati. Etnik donggo yang berada di Desa Mbawa tidak memandang mayoritas maupun minoritas. Walaupun dari penduduk Desa Mbawa pada saat ini 4.595 jiwa yang terdiri dari pemeluk agama islam 3.570 jiwa, protestan 885 jiwa, khatolik jiwa (data statistik Desa Mbawa 2020)
Etnis Donggo sebagian dari mereka tidak lagi hidup di pegunungan dengan kehidupan yang keras. Etnis Donggo mulai
39 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, 18 November 2019
38
turun kedataran rendah. Di dataran rendah etnis donggo secara berangsur-angsur berkomunikasi dengan kelompok lain, diantaranya dengan yang datang dari luar. Perubahan yang terjadi antara lain semakin berkurangnya konflik antara kelompok. Selain berburu mereka mulai menetap dan bercocok tanam, mulai saat itu terbentuk kelompok-kelompok semacam Rafu, masuknya unsur-unsur agama Kristen dengan menghormati alam semesta, karena alam semesta secara kasat mata simbol tuhan, manusia harus selaras dengan alam.
Kelompok-kelompok sosial menjadi semakin besar dan adat istiadat semakin berkembnag, pimpinan kelompok yang sudah menjadi lebih besar itu disebut Ncuhi. Sekitar abad ke-14 peran Ncuhi itu sudah amat kuat, sehingga kekuatan itupun telah diwujudkan dalam bentuk rumah adat (Uma Leme) sebagai simbol penyatuan etnis Donggo yang berada di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa.
Pengaruh Agama Katholik, Protestan, dan Islam baru masuk pada abad ke-20. Dengan masuknya ketiga agama tersebut masyarakat donggo mulai terbuka untuk beradaptasi dengan masyarakat luar. Etnis donggo bertemu dan bercampur dengan yang datang dari luar, misalnya dari Bugis, Ambon dan Flores. Dengan adanya pengetahuan dari masyarakat luar, masyarakat Donggo baru menetap dan membuat rumah.40
2. Gambaran sosial keagamaan
40 Abdul Ghani M. Saleh, Kepala Desa Mbawa, Wawancara, 8 Agustus 2021
39
Interaksi atau kebersamaan serta saling menghargai antara masyarakat islam, Kristen protestan dan khatolik di dusun tolonggeru sangat tinggi, baik dari segi sosial maupun segi keagamaan, dari segi sosial yang terjalin antara agama tersebut tidak dibatasi tetapi saling menyikapi dengan sikap toleransi antara agama tersebut. Dalam hal ini masyarakat Tolonggeru sangat menghargai perbedaan keyakinan sehingga di dusun tersebut kehidupan bermasyarakatnya sangat harmonis.
3. Data keluarga
No Data KK Jumlah
1 Dengan Anggota Keluarga 250
2 Tanpa Kepala Kelurga 28
3 Anggota Pemuda 462
Jumlah 740
4. Data Suku Bangsa
No Suku Jumlah
1 Mbawa 688
2 Ambon 23
3 Bugis 14
4 Flores 15
Jumlah 740
5. Data Pendidikan
40
No Pendidikan Jumlah
1 Usia 3-6 tahun 150
2 SD/Tamat SD 1.146
3 SLTP/Tamat 1.483
4 SLTA/Tamat 1.652
5 D1, D2, D3 37
6 S1, S2, S3 127
7 Buta Aksara 139
8 Belum Sekolah 321
Jumlah 5.055
6. Data Pekerjaan atau Mata Pencaharian No Pekerjaan Jumlah
1 Petani 1.121
2 Pedagang 23
3 PNS 35
4 ABRI 20
5 Polisi 1
6 Bidan 2
7 Toko 5
8 Kios 20
Jumlah KK 1.201
7. Data Penduduk Berdasarkan Agama
No Dusun Islam Protestan Khatolik Jumlah
41
L P L P L P
1 Jango 156 136 - - - - 299
2 Sangari Timur
340 300 26 33 21 20 740
3 Sangari Barat
468 440 11 12 - - 931
4 Mangge 285 282 - - - - 567
5 Sorifo’o 171 208 3 9 96 90 577
6 Kambentu 8 7 4 9 105 103 236
7 Mbawa Selatan
40 44 3 5 53 69 214
8 Mbawa Utara
62 65 0 0 52 55 234
9 Salere 166 180 - - - - 346
10 Tolonggeru 98 114 12 13 103 118 458 Jumlah 1.794 1.776 59 81 430 455 4.595
8. Luas Wilayah Desa Mbawa
No Tanah Luas
1 Tanah Sawah 5.36 Ha
2 Irigasi Teknis 261 Ha
3 Irigasi Setengah teknis -Ha 4 Irigasi Sederhana 271 Ha
5 Tadah Hujan -Ha
6 Tahan Kering 69 Ha
42 7 Pekarangan
Pembangunan
102 Ha
8 Tegalan 4.416 Ha
9 Tanah Basah 11 Ha
10 Hutan Negara 1.913 Ha
11 Hutan Daerah 1.306 Ha
12 Jembatan Desa 1 Buah
13 Jembatan Daerah 2 Buah
14 Jalan Desa 21 Km
15 Jalan Daerah 25 Km
9. Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Kepala Desa
Sekdes
Abdul Gani M. Saleh
43 10. Visi dan Misi Desa Mbawa
1) Visi Desa Mbawa
Terwujudnya masyarakat Desa Mbawa yang maju, visi tersebut mengandung makna bahwa maju yaitu keadaan masyarakat Desa Mbawa yang memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup baik secara ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun secara infrastruktur. Mandiri adalah keadaan masyarakat Desa Mbawa yang memiliki sikap terbuka untuk bertindak benar, menaati peraturan serta bermanfaat dan jujur tampa bergantung pada pihak lain. Bermartabat adalah
Abdul Akhir S.Pd
Kepala Urusan
KAUR PEMERINTAHAN
Arban Ismail
KAUR PEMBANGUNAN
Abdullah M. Tahir
KAUR KEUANGAN Abdullah Rais
KAUR KESEJAHTERAAN
H . Ibrahim
KAUR UMUM H . Syamsudin
Mahasin
Kepala Dusun
Kadus Jango Kadus Sangari
Timur
Kadus Sangari Barat
Kadus Mangge Kadus Sorifo’o
H . Ibrahim Kadus Kambentu
Lukas Abakar
Abdurahman H, Ahmad Kadus Mbawa Selatan H. Nurdin
Juraid M. Saleh
Kadus Mbawa Utara
H. Saleh Ahmad
Mustamdn Arsyan Kadus Salere
Syamsudin
H. Nasarudin Usman
Kadus Tolonggeru
Abd Rais