BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Paparan Data
48
49
“Iya diawali pada perubahan fisik mereka yang mulai berubah, dan mengalami gejala pubertas seperti haid, suara membesar dan sudah menganggap diri mereka dewasa, tidak mau dianggap anak kecil, bahkan mereka tidak suka dinasihati.
Mereka merasa sudah tau akan banyak hal dan sering mengabaikan saran dari guru. Ikut-ikut temannya dan mencontoh perilaku orang dewasa yang tidak mereka tau baik buruknya.Kurangnya akhlak pada diri siswa sehingga mereka melakukan perbuatan negatif, dalam hal perkataan masih suka berbicara kotor, tidak bisa mengontrol emosi ketika di ejek temannya, suka berantem, bolos, menyontek. Kurang sopan santun.”55
pihak lainnya yaitu Bapak Drs. Sumiran. Selaku Guru Bimbingan dan Konseling yang sudah senior sejak dulu mengungkapkan :
“Problema yang muncul pada anak usia SMP seperti ini diantara lain, emosi anak yang terkadang belum terkontrol dengan baik sehingga ketika berbicara pada temannya sering mengumpat (berbicara kotor) berkelahi dengan temannya, anak tidak mau di anggap anak anak lagi (bocah), tetapi kalo siswa dibiarkan tanpa pengawasan akan bahaya karna mereka juga belom dewasa. Rasa keingin tahuan siswa juga besar akan hal hal baru yang belom mereka ketahui, tentunya disini peran kami sebagai guru bimbingan konseling selalu memberikan edukasi dan mengawasi, agar siswa selalu berperilaku dan berfikir positif terhadap pengetahuan mereka. Mulai tertarik dengan lawan jenis.”56
Hal yang hampir sama juga disampaikan oleh Bapak Pujiono S.Pd. Selaku Waka Kesiswaan Di SMPN 1 Jenangan :
“Menurut saya kenalan itu merupakan sebuah kewajaran, namanya anak masa- masa sekolah tentunya mereka suka akan tantangan untuk melakukan hal hal seperti melakukan perilaku yang ke arah negatif. iya diusia mereka tentunya hal tersebut dilandasi oleh ingin mencari jati diri, ada rasa kebanggaan tersendiri ketika mereka melakukan perilaku negatif, lingkungan yang kurang kondusif yang bergaul dengan orang yang usianya diatas mereka dan tidak sekolah sehingga mengikuti perilaku mereka yang buruk. mereka banyak yang melakukan atau melanggar peraturan karna anggapan mereka hal tersebut adalah sesuatu keberanian tersendiri.”57
Setelah melakukan observasi terhadap guru, peneliti memilih beberapa subjek secara acak, untuk dilakukan rangkain observasi mengenai apakah mereka pernah melakukan perilaku negatif dan apa alasan mereka melakukan perilaku negatif :
Siswa AL :
“Tidak sengaja berbicara kotor karena terpancing emosi ketika teman menganggu saya”58
Siswa AY :
“Pernah Bertengkar dengan teman, karena teman saya memanggil saya dengan
55 Lihat TranskripWawancara 02/W/09-02/2022
56 Lihat Transkrip Wawancara 03/W/10-02/2022
57 Lihat Transkrip Wawancara 04/W/12-02/2022
58 Lihat Transkrip Wawancara 05/W/09-02/2022
50 nama bapak saya”59
Siswa BC:
“Bolos waaktu pelajaran dan tidak masuk sekolah karena merasa malas mau masuk sekolah, saya merasa bangga ketika melakukan kegiatan yang berbeda dengan teman lain walaupun itu negatif. Saya pengen dipandang berbeda dari yang lain.”60
Siswa KH :
“Saya tidak suka beraktivitas yang berlebih, saya suka berdiam diri dikamar dan menghabiskan waktu dengan hp, ketika saya mau mengerjakan PR saya merasa malas, terkadang saya juga malas untuk ke sekolah, dirumah saya selalu dimanja oleh nenek saya.”61
Setelah beberapa temuan perilaku negatif siswa yang ada, peneliti mengklasifikasikan lagi apakah perilaku negatif siswa tersebut hanyak berdampak pada diri siswa itu sendiri apa juga mempengaruhi nilai akademis anak :
Menurut Bapak Drs. Mulyadi. selaku Guru PAI kelas VIII di SMPN 1 Jenangan :
“Sangat bepengaruh tentunya, ketika anak yang malas mengerjakan PR alasannya lupa dan juga sering bolos, sehingga hal itu membuat nilai mereka jelek dan banyak yang kurang dari standar komulatif siswa (KKM).”62
Ibu Khusnul Sayyidah, S.Pd.I. selaku Guru PAI kelas VIII di SMPN 1 Jenangan juga menuturkan hal yang hampir sama :
“Iya tentunya ada, katakanlah seperti anak yang datang terlambat atau bolos waktu pelakaran tentu setiap hari ketinggalan materi-materi yang diajarkan guru di kelas. Kalo sudah ketinggalan materi pelajaran di sekoahan tentunya ketinggalan pemahaman juga sehingga ketika ujian siswa nilainya jelek.”63 Hal itu juga dibuktikan dengan wawancara oleh beberapa subjek siswa, yang menyatakan perilaku negatif mereka mempengaruhi nilai akademis :
Siswa AL :
“Alhamdulillah tidak kak, karena saya masih mempunyai rasa tanggung jawab untuk selalu mengerjakan tugas dan mengerjakan PR tepat waktu.”64
Siswa Ay :
“Pasti berpengaruh kak. Akan tetapi karena saya masih tetap tertib dalam masalah tugas dan masuk sekolah, saya masih bisa mendapatkan nilai yang cukup baik.”65
Siswa BC :
59 Lihat Transkrip Wawancara 06/W/10-02/2022
60 Lihat Transkrip Wawancara 07/W/11-02/2022
61 Lihat Transkrip Wawancara 08/W/12-02/2022
62 Lihat Transkrip Wawancara 01/W/08-02/2022
63 Lihat Transkrip Wawancara 02/W/09-02/2022
64 Lihat Transkrip Wawancara 05/W/09-02/2022
65 Lihat Transkrip Wawancara 06/W/10-02/2022
51
“Bepengaruh, karena saya sering malas masuk sekolah sehingga banyak ketinggalan pelajaran dan tidak mengerjakan tugas sehingga nilai saya jelek.66 Siswa KH :
“Sangat mempengaruhi nilai saya, akibat saya jarang mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah nilai saya buruk.” 67
Dari pernyataan subjek dan narasumber diatas diperoleh fakta bahwa perilaku siswa juga memiliki dampak juga akan kondisi nilai akadamis peserta didik. Hal itu menandakan perlunya siswa didik dan ditanamkan rasa tanggung jawab, dilatih untuk disiplin serta selalu diberikan dorongan motivasi agar semangat dalam belajar.
Sehingga nanti siswa nilai akademisnya membaik.
2. Metode yang digunakan oleh guru PAI dalam mencegah perilaku negatif siswa di SMP Negeri 1 Jenangan
Masa pubertas merupakan waktu dimana perkembangan perilaku manusia tidak menentu tak terkecuali siswa. Sehingga sering dihubungkan dengan perilaku negatif atau kenakalan pada remaja. Hal itu disebabkan karena tidak sedikit anak yang melakukan perilaku yang berkonotasi kearah negatif. Pada masa ini siswa dan siswi perlu adanya sebuah sosok yang bisa mengawasi mereka dikarenakan gejolak pada masa pubertas sangat kompleks. Sehingga tugas guru sangat penting peranannya dalam memberikan dan menanamkan pada diri siswa baik materi secara umum maupun juga secara agama.
Perilaku negatif siswa bukan hanya saja akibat dari dampak pubertas yang membuat siswa ingin mencari jati diri dan kurangnya pengendalian emosi tetapi juga karena lemahnya sisi religius atau perilaku keagaman siswa. Karena jika siswa memiliki iman yang kuat, menjaga ibadahnya maka kelak juga akan mudah mengendalikan emosi dan hawa nafsunya. Hal ini dibuktikan dari hasil obervasi wawancara yang dilakukan kepada Ibu Khusnul Sayyidah, S.Pd.I. dan Bapak Drs.
66 Lihat Transkrip Wawancara 07/W/11-02/2022
67 Lihat Transkrip Wawancara 08/W/12-02/2022
52
Mulyadi Selaku Guru PAI kelas VIII di SMP Negeri 1 Jenangan. Berikut penjelasan Bapak Drs. Mulyadi :
“Sebenarnya banyak perilaku negatif yang siswa lakukan, tetapi kami berpegang prinsip yang namanya pendidikan itu merupakan sebuah proses untuk menuju yang terbaik. Untuk mencegah berperilaku seperti itu dalam pembelajaran, saya lakukan pembiasaan sebelum jam pelajaran saya dimulai, saya wajibkan untuk segera mengambil air wudhu dan segera menunaikan ibadah sholat duha 2 rokaat di masjid sekolah, karena saya juga setiap pembelajaran saya laksanakan di masjid sekolah. Setelah itu membaca Al-Qur’an bersama-sama. Hal seperti itu saya lakukan untuk melatih kedisiplinan mereka dan memperkuat iman dan ketaqwaan mereka, selain itu saya juga memberikan contoh teladan yang baik kepada mereka untuk selalu berpegang teguh kepada Allah sehingga nantinya anak slalu berperilaku ke jalan kebaikan dan di ridhoi Allah SWT. Saya juga berikan sanksi terhadap siswa yang berperilaku kurang baik, seperti ketika anak berbicara kotor saya suruh menulis astaghfirullah 100x sebagai bagian pemberian efek jera kepada siswa. Saya juga mempunyai untuk anak yang membandel dan sulit dikendalikan maka saya akan bekerja sama dengan guru BK dan waka kesiswaan, dan memanggil siswa serta orang tuanya untuk didudukan masalahnya dan di slesaikan secara kekeluargaan.”68
Pendapat lain yang disampaikan oleh Ibu Khusnul Sayyidah, S.Pd.I., selaku guru PAI kelas VII sebagai berikut:
“Usaha yang saya lakukan, sesering mungkin guru itu memberikan masukan masukan atau nasihat kepada para siswa untuk menjauhi hubungan pacaran, menjauhi perilaku tidak baik, melarang anak berbicara kotor, mengingatkan anak untuk selalu taat beribadah. Saya sering mengingatkan mereka kalau siswi sudah menstruasi dan siswa pernah mimpi basah berarti sudah baligh. Dan secara otomatis mereka harus menjalankan perintah wajib agama Islam seperti sholat 5 waktunya harus dipenuhi. Tetapi kebanyakan anak sini kalau saya masuk kelas saya tanyai berapa yang sholat shubuh itu hanya 5 anak yang sholat, jadi pemaham mereka terkait agama itu masih kurang. karena sebagai guru Agama tidak bisa terhindar akan permasalahan siswa pada tahap perkembangannya.
Tentunya saya selaku guru PAI harus mau tidak mau mengingatkan dan memberikan arahan serta memberikan motivasi kepada para peserta didik agar menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan contoh tauladan yang baik sebagai guru baik dalam mengajar maupun ketika beraktivitas di luar agar dicontoh anak anak. Untuk mengatasi siswa yang bermasalah dan sudah saya tangani tidak bisa maka di serahkan langsung kepada guru BK untuk ditindak lanjuti.”69
Para guru lain juga berkontribusi dalam membantu memberikan pelajaran- pelajaran atau penanaman nilai yang baik untuk memberi bekal kepada peserta didik, agar siswa bisa membentengi dirinya untuk tidak mengikuti perilaku buruk temannya atau lingkungannya.
68 Lihat Transkrip Wawancara 01/W/08-02/2022
69 Lihat Transkrip Wawancara 02/W/09-02/2022
53
Bapak Drs. Sumiran Selaku Guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 1 Jenangan menyampaikan :
“Dalam mengatasi kenakalan siswa kita melakukan beberapa pendekatan seperti pendekatan individual dan bimbingan kelompok. Tujuan kami melakukan pendekatan individual berguna untuk mendekati anak bermasalah yang dirasa butuh perhatian khusus, maka kita akan lakukan bimbingan tersendiri dengan si anak, secara bertahap untuk meningkatkan kedisiplinan siswa serta perilaku siswa, secara intensif, sehingga anak bisa kita nasehati dan memberikan motivasi dari hari ke hati agar mereka sadar sendiri dan bisa berubah kearah yang positif.
Sedangkan bimbingan kelompok, di terapkan pada siswa yang lumayan banyak jumlahnya untuk pemberian informasi dan edukasi terkait permasalahan yang dialami siswa baik itu masalah pendidikan, perilaku, dan hubungan sosial. Hal itu juga bertujuan untuk mencegah berkembangnya suatu masalah. Intinya disini siswa kita ajarkan bagaimana hidup bersosial masyarakat yang baik, mengambil contoh kehidupan yang damai antara satu tetangga dengan tetangga yang lain.
Selalu menjaga perkataan dan perasaan lawan bicara. Kami juga mempunyai cara sendiri untuk mengatasi siswa yang sulit dikendalikan, dengan menerapkan konseling individu untuk anak yang bandel seperti ini. Biasanya anak seperti ini tidak sekali atau dua kali sehingga dilakukan konseling lanjutan atau periodik seminggu sekali/dua kali, kalo anak tersebut masih bandel juga kami bekerja sama dengan wali kelas dengan waka kesiswaan serta wali murid dalam pemantauan perkembangan perilaku siswa tersebut.”70
Penapat lain juga disampaikan tenaga tenaga pendidik lain yaitu Bapak Pujiono S.Pd.
selaku Waka Kesiswaan SMP Negeri 1 Jenangan :
“Sesuai dengan budaya sekolah kita yang baru yaitu pembiasaan dengan budaya positif, jadi disini kita memberikan keyakinan kepada siswa, budaya-budaya positif yang diterapkan di sekolah, jadi seperti contoh anak yang bolos itu bukan kita berikan sanksi atau hukuman tetapi kita berikan keyakinan, pemahaman dan bimbingan bahwa hidup tertib itu sangat indah, kita ajarkan bagaimana menghargai perasaan orang lain, berhati-hati dalam bertutur kata. Secara tidak langsung, kami berupaya merubah mindset atau pola pikir siswa agar selalu mengerjakan hal-hal positif.”71
Dari hasil wawancara diatas juga menunjukan bahwa tindakan guru untuk mencegah terjadinya perilaku negatif yaitu dengan mengajarkan bagaimana berhubungan yang baik, mengajarkan sopan santun, mengajarkan bagaimana menghargai perasaan seseorang, memberikan pondasi ke pada peserta didik agar tidak terpengaruh efek luar, merubah pola pikir kea rah yang positif, menanamkan nilai-nilai kehidupan dengan bimbingan ketika masuk di kelas.
Peneliti juga melakukan observasi di lingkup SMP Negeri 1 Jenangan. Berkaitan
70 Lihat Transkrip Wawancara 03/W/10-02/2022
71 Lihat Transkrip Wawancara 04/W/12-02/2022
54
tentag kegiatan yang berhubungan dengan peingkatakan akhlakul karimah siswa. Dari hasil pengamatan, saat masuk waktu dhuhur siswa diwajibkan untuk sholat duhur berjamaah bersama-sama para semua guru dan tenaga pendidik di SMP Negeri 1 Jenangan. Bagi siswa perempuan yang berhalangan atau dalam kondisi mens dibolehkan untuk duduk didalam kelas. Dalam rangkaian setelah sholat dhuhur, dilakukan kegiatan kultum sebentar dan pengisinya merupakan Bapak Drs. Sumiran selaku guru Bimbingan dan Konseling. beliau dalam kultumnya menekankan kepada siswa untuk selalu melakukan perbuatan yang baik dan jangan sampai bertindak diluar aturan. Selain itu ketika peneliti melakukan observasi dihari jum’at dan diwaktu pembelajaran masuk secara luring. Siswa juga diwajibkan sholat jumat berjamaah.
Sedangkan yang siswa perempuan diperkenankan pulang terlebih dahulu.72
3. Hambatan Guru PAI dalam Mencegah Perilaku Negatif Siswa pada Masa Pubertas di SMP Negeri 1 Jenangan.
Penyampaian berbagai metode digunakan yang guru lakukan kepada peneliti untuk pencegahan perilaku negatif siswa sangat mengesankan. Namun dalam hal ini peneliti mencoba mencari tahu bagaiamana hambatan atau kesulitan apa yang guru PAI hadapi dalam pencegahan perilaku negatif siswa pada masa pubertas di SMP Negeri 1 Jenangan. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang selama ini guru PAI hadapi, peneliti melakukan wawancara secara langsung terhadap yang bersangkutan yaitu guru Pendidikan Agama Islam.
Bapak Drs. Mulyadi Selaku guru PAI kelas VIII menyatakan :
“Kendalanya dalam pencegahan perilaku negatif siswa di sekolah ini, yang pertama ialah banyaknya jumlah siswa, yang tentunya membuat kita kewalahan jika harus mengawasi satu persatu anak perilakunya gimana di sekolah ini. dan tentunya sifat sifat siswa tersebut beraneka ragam berbeda antara satu dengan yang lainnya. Selanjutnya hambatannya ada pada lingkungan dan keluarga siswa, pada saat di sekolah siswa kita didik sebaik mungkin dan sebagaimana guru dalam membimbing dan mengawasi perilakunya. Akan tetapi ketika dirumah kita tidak bisa mengontrol siswa tersebut dan kebanyakan orang tua
72 Lihat deskripsi Hasil Observasi 01/O/10-II/2022
55
mereka bekerja di luar negeri (TKW/TKI). Sehingga mereka kurang dirumah bersama nenek atau kakek mereka dan tidak mendapatkan pengawasan yang baik. Hal itulah yang bisa menjadikan siswa memiliki dampak buruk perilaku dan sifatnya, ketika mereka menjumpai lingkungan yang kurang baik.”73
Ibu Khusnul Sayyidah, S.Pd.I. selaku Guru PAI kelas VII juga hampir sama penyampaianya:
“Hambatan yang dihadapi Mungkin karena banyaknya anak jadi kurang terkontrol dengan baik, ketika menangani anak satu, ada anak yang lain juga bermasalah jadi kurang maksimal dalam melakukan pengawasan terhadap peserta didik dikarenakan jumlahnya yang banyak. Anak banyak yang pendiem dan kurang aktif serta tertutup ketika pembelajaran, sehingga guru tidak tau aktivitasnya kesehariannya ketika dirumah melakukan apa saja.”74
Hambatan dalam usaha pencegahan dan penanganan permasalahan masa pubertas siswa di SMP Negeri 1 Jenangan sangat komplek dan juga faktornya dari orang tua.
Untuk mengetahui pendapat guru lain dan sebagai penguat pendapat hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam tentang kendala yang dihadapi untuk menyelesaikan permasalahan siswa, peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak guru lain yang ada, sebagai narasumber tentang hambatan mereka mengatasis siwa berperilaku negatif.
Bapak Drs. Sumiran selaku Guru Bimbingan dan Konseling menuturkan :
“Kendala dalam mengatasi siswa berperilaku negatif pada pengawasannya selama daring. Ketika akan menemui anak yang bermasalah sering tertunda, dan kalau hanya lewat daring itukan hanya tatap muka sementara melalui zoom/g- meet sehingga kita mengalami kesusahan untuk mengawasi perilaku anak dan upaya-upaya mengatasi permasalahan anak.”75
Bapak Pujiono S.Pd. selaku Waka Kesiswaan menyampaikan :
“Kendala yang pertama ialah banyaknya jumlah siswa di SMP Negeri 1 Jenangan, sehingga kalau di harapkan dilakukan secepat mungkin dalam kurun waktu yang dekat itu tidak bisa, kondisi lingkungan tempat tinggal siswa (lingkungan keluarga,masyarakat yang kurang mendukung) juga merupakan faktor kendala kita untuk merubah siswa memiliki kepribadian yang disiplin.”76
73 Lihat Transkrip Wawancara 01/W/08-02/2022
74 Lihat Transkrip Wawancara 02/W/09-02/2022
75 Lihat Transkrip Wawancara 03/W/10-02/2022
76 Lihat Transkrip Wawancara 04/W/12-02/2022
56
Dari pemaparan hasil wawancara diatas diperkuat dengan hasil observasi peneliti di luar lapangan, menemukan banyaknya siswa yang sudah diberikan peringatan dan di nasehati di sekolah akan tetapi ketika di luar sekolah mereka tidak diawasi dengan baik oleh orang tuanya dan mekakukan berbagai perilaku negatif seperti ugal-ugalan dijalan, merokok, berkata kotor, dan pacaran. 77