2) APBD
Pasal 70 Pasal 70 ayat (3) huruf b digunakan untuk menganggarkan pencairan Dana Cadangan dari rekening
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-56-
Pasal 72
(1) Pencairan Dana Cadangan sebagaimana
dimaksud
dalamPasal 70 ayat (3) huruf b digunakan untuk
(2)
Penerimaan atas hasil penjualan kekayaan
daerah sebagaimana dimaksud padaayat
(1)dicatat
berdasarkanbukti
penerimaan yang sah.Pasal 74
(1)
Penerimaan Pinjaman Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal70
ayat (3)huruf d
didasarkan padajumlah pinjaman yang akan diterima dalam tahun
anggaranberkenaan sesuai dengan yang ditetapkan
dalam perjanjian pinjaman bersangkutan.(2)
Penerimaan Pinjaman Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari:a.
Pemerintah Pusat;b.
Pemerintah Daerah lain;c.
lembaga keuangan bank;d.
lembaga keuangan bukan bank;dan/atau
e.
masyarakat.(3)
Penerimaan Pinjaman Daerah sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasa] 75
Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman
Daerah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) huruf
edigunakan untuk menganggarkan penerimaan
kembatipinjaman yang diberikan kepada pihak penerima
pinjaman sesuai dengan ketentuan peraturan perurndang-undangan.Pasal
76.
. .PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-58-
Pasal 76
Penerimaan Pembiayaan lainnya sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 70 ayat (3) huruf f digunakan untuk menganggarkan penerimaan Pembiayaan lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perutndang-undangan.Paragraf 3
Pengeluaran Pembiayaan Pasal 77
Pembayaran
cicilan pokok Utang
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 70 ayat (4) huruf a digunakan untuk
menganggarkan pembayaranpokok Utang yang
didasarkan padajumlah
yang harus dibayarkan sesuai dengan perjanjianpinjaman dan
pelaksanaannyamerupakan prioritas
utamadari seluruh kewajiban Pemerintah Daerah yang
harus diselesaikandalam tahun
anggaran berkenaan berdasarkan perjanjian pinjaman.Pasa] 78
(1) Daerah dapat melakukan penyertaan modal sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal70 ayat
(4)huruf b pada
BUMDdan/atau
badan usahamilik
negara.(2)
Penyertaan modal Pemerintah Daerah
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
apabilajumlah yang akan disertakan dalam tahun
anggaranberkenaan telah ditetapkan dalam Perda
mengenaipenyertaan modal daerah bersangkutan.
(3)
Perda...
(3)
Perda
sebagaimanadimaksud pada ayat (2)
ditetapkan sebelum persetujuan bersamaantara
Kepala Daerah dan DPRD atas rancangan Perda tentang APBD.(4) Penyertaan
modal
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Pasal 79
(1) Pemenuhan
penyertaan modal pada tahun
sebelumnyatidak diterbitkan Perda tersendiri sepanjang jumlah
anggaran penyertaan modal tersebut
tidak
melebihijumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan dengan
Perda mengenai penyertaan modal bersangkutan.(2)
Dalam hal
PemerintahDaerah akan
menambahjumlah
penyertaan modal melebihijumlah
penyertaan modal yangtelah ditetapkan dengan Perda mengenai
penyertaanmodal,
PemerintahDaerah melakukan perubahan
perda mengenaipenyertaan modal yang bersangkutan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasal 80
(1)
Dana
Cadangan sebagaimanadimaksud dalam pasal
70ayat (4) huruf c,
penggunaannyadiprioritaskan untuk
mendanai kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana daerah yangtidak
dapat dibebankandalam
1 (satu)tahun
anggaran.
(2)
Dana Cadangan
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)dapat digunakan untuk mendanai kebutuhan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(3) Dana .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-60-
(3)
Dana
Cadangan sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)bersumber dari penyisihan atas Penerimaan
Daerah kecuali dari:a.
DAK;b.
Pinjaman Daerah; danc.
penerimaanlain yang
penggunaannyadibatasi untuk
pengeluaran tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.(4)
Dana
Cadangan sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)ditempatkan dalam rekening tersendiri dalam
Rekening Kas Umum Daerah.(5)
Pembentukan Dana Cadangan
sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan dalam Perda
tentang pembentukan Dana Cadangan.(6)
Perda
sebagaimanadimaksud pada ayat (5)
ditetapkan sebelum persetujuan bersamaantara
Kepala Daerah dan DPRD atas rancangan Perda tentang APBD.Pasa-l 81
(1)
Pemberian Pinjaman Daerah sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 70 ayat (41 huruf d digunakan untuk menganggarkan Pemberian Pinjaman Daerah
yangdiberikan
kepada PemerintahPusat,
Pemerintah Daerahlainnya, BUMD, badan usaha milik negara,
koperasi, danf atau masyarakat.(2)
Pemberian Pinjaman Daerah dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan DPRD.(3) Persetujuan DPRD sebagaimana
dimaksud pada ayat
(2)menjadi bagian yang disepakati dalam KUA dan PPAS.
(4) Ketentuan .
(4)
Ketentuan mengenai tata cara Pemberian
PinjamanDaerah
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
sampaidengan ayat (3) diatur dalam Perkada sesuai
dengan ketentuan peraturan perulndang-undangan.Pasal 82
Pengeluaran Pembiayaan lainnya sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 70 ayat (4) huruf e digunakan untuk menganggarkan pengeluaran Pembiayaan lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perLlndang-undangan.Bagian Keenam Surplus dan Defisit
Paragraf 1
Umum Pasal 83
(1)
Selisih antara anggaran Pendapatan Daerah
dengananggaran Belanja Daerah mengakibatkan
terjadinya surplus atau defisit APBD.(2)
Dalam hal APBD diperkirakan surplus, APBD
dapatdigunakan untuk
pengeluaran Pembiayaan Daerah yangditetapkan dalam Perda tentang APBD
yangpelaksanaannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.(3) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, APBD dapat didanai
dari penerimaan
PembiayaanDaerah yang
ditetapkandalam
Perdatentang
APBDyang
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Paragraf 2
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-62-
Paragraf 2
Surplus Pasal 84
Penggunaan surplus APBD diutamakan
untuk:
a.
pembayaran cicilan pokok Utang yangjatuh
tempo;b.
penyertaan modal Daerah;c.
pembentukan Dana Cadangan;d.
Pemberian Pinjaman Daerah;dan/atau
e.
pengeluaran Pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasal 85
Pemerintah
Daerah wajib melaporkan posisi surplus
APBD kepadaMenteri dan menteri yang
menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan setiap semester
dalamtahun
anggaran berkenaan.Paragraf 3
Defisit Pasal 86
(1) Menteri yang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan dibidang keuangan menetapkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit
APBDdan
batasmaksimal
defrsit APBDmasing-masing Daerah yang dibiayai dari
Pinjaman Daerah setiaptahun
anggaran.(2) Penetapan batas maksimal
jumlah kumulatif
defisit APBDdan batas maksimal defisit
APBD masing-masing daerah sebagaimana dimaksud padaayat
(1) paling lambat bulan Agustusuntuk tahun
anggaran berikutnya.(3) Pemerintah .
(3) Pemerintah Daerah
wajib
melaporkan posisidefisit
APBD sebagaimana dimaksud padaayat
(1) kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan di bidang keuangansetiap
semesterdalam tahun
anggaran berkenaan.(4)
Pemerintah Daerah yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikenai sanksi penundaan penyaluran Dana Transfer Umum.Pasal 87
(1)
Menteri melakukan
pengendaliandefisit APBD
provinsiberdasarkan batas maksimal jumlah kumulatif
defisitAPBD
dan batas maksimal defisit
APBD masing-masing Daerahyang dibiayai Pinjaman
Daerahyang
ditetapkanoleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan.(2)
Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat
melakukan pengendaliandefisit
APBDkabupatenlkota
berdasarkan batas maksimaljumlah kumulatif
defisit APBDdan
batasmaksimal defisit APBD masing-masing Daerah
yangdibiayai Pinjaman
Daerahyang ditetapkan oleh
menteriyang
menyelenggarakanurusan
pemerintahandi
bidang keuangan.(3) Pengendalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2)dilakukan
pada saat evaluasi terhadap rancangan Perda tentang APBD.Pasal 88
(1)
Defisit APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) harus dapatditutup
dari Pembiayaan neto.(2)
Pembiayaan...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-64-
(2) Pembiayaan