• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.3 Dekubitus

2.1.3.6 Faktor Resiko

Menurut (Nursalam, 2014), faktor resiko terjdinya dekubitus antara lain:

a. Mobilitas dan aktifitas.

Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah posisi tubuh, sedangkan aktivitas sendiri adalah kemampua untuk berpindah. Pasien yang terusmenerus ditempat tidur tanpa berpindah atau mengubah posisi berisiko tinggi untuk terkena dekubitus. Imobilisasi adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian dekubitus.

b. Penurunan persepsi sensoris

Pasien dengan penurunan persepsi sensoris akan mengalami penurunan kemampuan untuk merasakan sensasi nyeri akibat tekanan diatas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam waktu lama, pasien akan mudah terkena dekubitus.

c. Kelembaban

Kelembaban yang disebabkan karena inkontenensia dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah erosi.

Selain itu kelembaban juga mengakibatkan kulit mudah tergesek (friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan dekubitus karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak perkembangan kulit.

d. Tenaga yang merusak (shear)

Merupakan kukuatan mekanis yang merenggangkan dan merobek jaringan, pembuluh darah, serta struktur jaringan yang lebih dalam berdekatan dengan tulang yang menonjol.

e. Pergesekan (friction)

Terjadi kedua pembuluh darah bergerak berlawanan, pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjdi saat pergantian sprei penderita yang tidak hati-hati.

f. Nutrisi

Kehilangan berat badan dan malnutrisi umunya diidentifisikan sebagai faktor faktor terjadinaya dekubitus. Stadium tiga dan empat dari dekubitus pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin dan asupan makanan yang tidak mencukupi.

g. Usia

Pasien yang sudah tua memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya dekubitus karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.

h. Tekanan arteriolar rendah

Tekanan arteriolar yang rendah mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan sehingga mengakibatkan jaringan menjadi iskemia.

i. Stres emosional

Stres emosional kronik, misalnya pasien psikiatrik juga merupakan faktor rsiko untuk terjadinya perkembangan dekubitus.

j. Merokok

Nikotin yang terdapat pada rokok akan menurunkan aliran darah dan akan memiliki efek terhadap endotelium pembuluh darah.

k. Temperatur kulit

Peningkatan temperatur merupakan faktor yang sangat mempengaruhi resiko terjadinya dekubitus.

2.1.3.7 Pencegahan dan Intervensi Awal Pasien dengan Dekubitus

Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan dekubitus menurut Nursalam (2014) yaitu :

1. Kaji resiko individu terhadap kejadian dekubitus

2. Kaji faktor resiko pada saat pasien memasuki RS dan diulangi dengan pola teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien seperti pada pembengkakan atau penurunan status kesehatan

3. Identifikasi kelompok kelompok beresiko tinggi kejadian dekubitus

4. Kaji keadaan kulit secara teratur setidaknya sehari sekali 5. Kaji status mobilitas

6. Minimalkan terjadinya tekanan

7. Kaji dan minimalkan pergeseran (friction ) dan tenaga yang merobek (shear) 8. Kaji inkotinensia

9. Kaji status nutrisi

10. Kaji faktor yang menunda status penyembuhan 11. Evaluasi penyembuhan luka.

2.2 Kerangka Teori

Bagan 2.1

Bagan Kerangka Teori

Bagan 2.1 Bagan Kerangka Teori

Perawat Peran perawat dalam Kejadian luka dekubitus pencegahan dekubitus

Karakteristik Perawat : 1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Lama kerja (Yanti dan Warsito ,2013)

Peran perawat dalam Pencegahan Dekubitus : 1. Pengkajian resiko dekubitus

2. Perawatan Kulit 3. Nutrisi

4. Pemberian Edukasi 5. Reposisi dan mobilisasi (NPUAP, 2014)

Faktor resiko dekubitus:

1. Mobilitas dan aktivitas 2. Penurunan persepsi sensori 3. Kelembaban

4. Tenaga yang merusak 5. Pergesekan

6. Nutrisi 7. Usia

8. Tekanan arterioral rendah 9. Stres emosional

10. Merokok

11. Temperatur kulit (Nursalam ,2014)

Faktor yang mempengaruhi peran:

1. Predisposing factors 2. Enabling factors 3. Reinforcing factors (Notoatmojo, 2012)

Stadium Dekubitus:

1. Stadium I 2. Stadium II 3. Stadium III 4. Stadium IV (NPUAP, 2014)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penetian ini dilaksanakan dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah jenis penelitian untuk mempelajari korelasi antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi data variabel independen dan dependen atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( Pont time approach).

Jenis penelitian ini analitik dengan desain crossectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang ICU/IMC RS.Mitra keluarga Depok yang berjumlah 35 orang. Semua populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan , pada bulan Desember 2021

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui Hubungan Peran perawat dalam Pencegahan kejadian Luka Dekubitus di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok.

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan:

: Diteliti

: Ada hubungan

Bagan 3.1

Bagan Kerangka Konsep Penelitian Peran perawat dalam

Pencegahan kejadian Dekubitus

Kejadian Luka Dekubitus

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian merupakan penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian

3.3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.

3.3.2.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas peran perawat dalam pencegahan dekubitus .

3.3.2.2 Variabel Terikat ( Dependent Variable)

Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kejadian decubitus.

Tabel 3.1.Definisi Operasional

Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Uku

r

Skala

1. Peran perawat dalam Pencegahan Dekubitus

Peranan perawat dalam pencegahan terjadinya kejadian decubitus selama perawatan khususnya di ruang

ICU/IMC

Kuisioner Kuisioner Peranan Perawat (via GForm) dengan alternatif pilihan jawaban.

Jawaban No 1-18 Nilai 1 : Tidak Pernah Nilai 2 : Kadan

g Nilai 3 : Selalu Jawaban No 19- 20

Nilai 1 : Selalu Nilai 2 : Kadan

g

Nilai 3 : Tidak Pernah

1. Baik (76- 100%) 2.

Cukup (56- 75%) 3.

Kurang (<55%)

Ordinal

2. Kejadian luka Dekubitus

Area Jaringan nekrosis yang muncul, jaringan lunak tertekan dalam waktu yang lama, dalam

keadaan tirah baring minimaal lima sampai tujuh hari.

Observasi Lembar Observasi dekubitus 0:Stadium 0

1: Stadium I 2: Stadium II 3: Stadium III 4: Stadium IV

O : Nilai O I:

Nilai 1-3 II:

Nilai 4-7 III:Ni lai 8- 11

IV: Nilai 12-16

Ordinal

3.4 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada Hubungan peran perawat dalam upaya pencegahan kejadian luka dekubitus diruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Ho : Tidak ada Hubungan peran perawat dalam upaya pencegahan kejadian luka dekubitus diruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja diruang ICU /IMC RS Mitra keluarga depok sebanyak 30 perawat .dan pasien yang di rawat di ruang ICU/IMC sebanyak 30 pasien

3.5.2 Sampel

Sebelum penelitian melakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu menentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut :

3.5.2.1. Kriteria Inklusi

1) Perawat yang bertugas di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

2) Perawat yang bertugas di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok minimal 1 tahun

3) Perawat yang merawat pasien dengan pasien tingkat ketergantung sedang sampai berat.

4) Perawat yang bersedia menjadi responden dengan bukti mengisi surat kesediaan menjadi responden yang diberikan via Google Form.

3.5.2.2. Kriteria Eksklusi

1) Perawat yang bertugas di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok kurang dari 1 tahun

2) Perawat yang mengalami perpindahan tempat kerja saat penelitian berlangsung

3) Perawat yang mengundurkan diri saat penelitian berlangsung

4) Perawat yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan selama periode pengambilan data.

5) Pasien dengan luka dekubitus dari rumah atau ruangan sebelumnya

3.5.3 Jumlah sampel

Teknik pengambilan sampel yang peneliti lakukan oleh peneliti menggunakan total sampling total sampling. teknik mengambilan sampel yaitu perawat ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok masuk dalam kriteria inklusi yaitu sebanyak 30 perawat.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian 3.6.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RS Mitra Keluarga Depok dengan alasan tersedianya sampel yang memadai, dan penelitian mengenai hubungan peran perawat dalam pencegahan kejadian decubitus dan belum pernah di teliti di dirumah sakit tersebut.

3.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 dimulai dengan penyusunan proposal penelitian sampai dan pengumpulan data dilakukan pada Desember 2021.

3.7 Instrument Penelitian 3.7.1 Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner dan lembar observasi kejadian dekubitus. Kuisioner tentang peran perawat dalam pencegahan dekubitus.

Skoring yang digunakan untuk masing masing variabel adalah sebagai berikut : 1. Instrumen Kuisioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan yang telah disusun secara sistematis berdasarkan variabel untuk mendapatkan data dari responden, baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Alat ukur penelitian yang digunakan adalah kuisioner yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian tentang peran perawat dalam pencegahan dekubitus.

Kuisioner yang disusun berupa pernyataan tentang peran perawat dalam pencegahan dekubitus, jumlah pernyataan ada 20 soal, 18 pernyataan favorabel dan 2 peryataan unfavoabel, pilih jawaban sesuai item pernyataan favorabel (1) = tidak pernah (2) = kadang (3) = selalu . Pernyataan unfavorable (3) = tidak pernah (2) = kadang (1) = selalu.

Untuk skoring dinyatakan dengan : 4. Peran perawat baik rentang skor 76-100%

Rentang skor 76-100%

76% = 76/100x20x3= 42 100% = 100/100x20x3= 60 Peran perawat baik rentang 46-60

5. Peran perawat cukup rentang skor 56%-75%

Rentang skor 56-75%

56%= 56/100x20x3 = 33 75%= 75/100x20x3=45

Peran perawat cukup rentang 33-50 6. Peran perawat kurang rentang skor <55%

Rentang skor <55%

55% = 55/100x20x3=49

Peran perawat kurang rentang < 33 2. Lembar observasi kejadian dekubitus

Lembar observasi yang digunakan menggunakan lembar observasi dekubitus

dengan skor maksimal 16 klasifikasi tersebut adalah:

a. Stadium 0 : jika nilai 0 b. Stadium I : jika nilai 1-3 c. Stadiium II : jika nilai 4-7 d. Stadium III : jika nilai 8-11 e. Stadium IV : jik nilai 12-16

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.7.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan pada bulan November 2021 di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Cibubur, dilakukan pada perawat yang berdinas sebanyak 20 responden.

Tempat uji validitas ini diambil dengan alasan, bahwa ruang tersebut memiliki kriteria inklusi yang sama dengan penelitian ini. Uji validitas berupa pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan dan Inform Concent yang dikirim via Google Form.

Suatu instrumen dikatakan valid jika nilai yang diperoleh dalam perhitungan butir soal kuisioner jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan r product moment dengan taraf signifikasi 5% (0.05), jika lebih rendah maka butir kuisioner tersebut diganti, direvisi atau dihilangkan (Sugiyono, 2012). Rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui validitas instrumen ini dapat menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Notoadmojo (2010), yaitu:

Rumus 3.1: Uji Validitas

Keterangan :

rhitung : Indeks korelasi yang dicari

∑X : Skor tiap item pertanyaan

∑Y : Skor total

n : Jumlah responden

n (ΣXY) - (ΣX) (ΣY) rhitung

√[n (Σ)-(Σ)[n(ΣY2) - (ΣY2)

Hasil dari uji validitas yang telah dilakukan sebagai berikut : Kuesioner berjumlah 20 butir soal

Nilai dari setiap butir dianggap valid karena nilai r Hitung dari setiap butir pertanyaan pada kuesioner bernilai > dari r Tabel (0,443), sehingga setiap butir pertanyaan pada kuesioner ini valid.

Suatu item dapat dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel (df-2)=(20-2)=

18 (0,443).

Dari hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa peryataan dinyatakan valid karena r hitung (0,516-0,881) > r tabel (0,443)

3.7.2.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila di lakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Standar yang digunakan dalam menentukan reliable atau tidaknya suatu instrument penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung diwakili dengan nilai Alpha dengan r table pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5%. Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha-Crobach diukur berdasarkan skala alpha tersebut dikelompokkan kedalam 5 kelas dengan range yang sama.

Metode ini yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi konsistensi koefisiensi alpha internal dan nilai yang di dapatkan berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,0. nilai yang lebih tinggi mencerminkan konsentrasi yang lebih tinggi. Seluruh butir atau item pertanyaan dalam angket (kuesioner) penelitian. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut :

Rumus Cronbach’s alpha :

Keterangan :

: reliabilitas yang dicari n : jumlah item pertanyaan

: jumlah varians skor tiap item : varians total

Jika nilai Cronbach’s alpha > 0.7 maka kuesioner atau angket dinyatakan reliabel atau konsisten

Jika nilai Cronbach’s alpha < 0.7 maka kuesioner atau angket dinyatakan tidak reliabel atau tidak konsisten

Hasil dari uji Reabilitas yang telah dilakukan sebagai berikut :

Dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,918 kuesioner ini memiliki reabilitas yang baik karena >0,7

3.8 Etika Penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

3.8.1 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Peneliti mempersiapkan lembar formulir persetujuan (informed concent) kepada responden.

3.8.2 Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality). Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas responden sehingga dalam pengisian ditulis hanya nama inisial.

3.8.3 Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness).Peneliti menjelaskan prosedur penelitian.

3.8.4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits. Peneliti berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.

3.9 Teknik Pengumpulan Data 3.9.1. Tahap Persiapan

3.9.1.1. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengajukan surat permohonan ijin kepada Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Binawan.

3.9.1.2. Setelah mendapatkan ijin dari Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Binawan, peneliti mengajukan lembar informed consent untuk bersedia menjadi responden selama penelitian.

3.9.1.3. Mempersiapkan kuesioner di Google Form

3.9.2. Tahap Pelaksanaan

3.9.2.1 Melakukan Pengukuran peran perawat dalam pencegahan dekubitus dengan menggunakan kuesioner di Google Form.

3.9.2.2 Menentukan sample yang sudah memenuhi kriteria inklusi.

3.9.2.3 Responden yang mermenuhi kriteria akan diminta persetujuan dalam menjadi responden pada penelitian dengan diberikan penjelasan terlebih dahulu secara tertulis (Informed consent) di Google Form tentang tujuan dan manfaat penelitian, serta hak dari responden.

3.9.2.4 Mengecek nama atau inisial nama , dan kelengkapan identitas responden.

3.9.2.5 Mengecek kelengkapan data.

3.10 Teknik Analisa Data Pengolahan Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data dalam penelitian ini adalah : 3.10.1 Editing

Kuesioner yang telah diisi oleh responden dilakukan pemeriksaan isi kuesioner tentang kelengkapan isian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban yang diberikan responden. Data yang tidak lengkap dikembalikan kepada responden untuk diisi kembali Google Form .

3.10.2 Coding

Kegiatan yang kan dilakukan pada tahap ini adalah mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka sehingga mempermudah pada saat analisa data dan mempercepat pada saat pemasukan data. Data kuesioner yang sudah diisi oleh responden dilakukan coding berdasarkan nilai yang sudah ditetapkan. Pengkodingan data pada peranan perawat dalam pencegahan decubitus yakni (1). Baik (2). Cukup (3) Kurang.

Pengkodian data pada kejadian dekubitus yakni (1) Stadium 0 (2) Stadium 1, (3) Stadium 2 , (4) Stadium 3, (5) Stadium 4.

3.10.3 Processing

Pada tahap ini data yang terisi secara lengkap dan telah melewati proses pengkodean dilakukan pemprosesan data dengan memasukkan data (entry data) dari seluruh kuesioner dan lembar observasi yang terkumpul ke dalam paket program komputer.

3.10.4 Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang telah ditetapkan. Saat ditemukan kesalahan ketika entry data segera diperbaiki sesuai hasil pengumpulan data.

3.10.5 Tabulasi Data

Tabulasi langsung adalah sistem pengolahan data langsung yang ditabulasi oleh kuesioner. Ini juga metode yang paling sederhana bila dibandingkan dengan metode yang lain. Tabulasi ini dilakukan dengan memasukkan data dari kuesioner dan lembar observasi kedalam kerangka tabel yang telah disiapkan, tanpa proses perantara yang lainnya. Tabulasi langsung biasanya dikerjakan dengan cara mengelompokkan kuesioner menurut jawaban yang diberikan, kemudian dihitung jumlahnya, lalu dimasukkan kedalam tabel yang telah disiapkan kemudian di olah menggunakan software komputer.

3.11 Analisa Data

3.11.1 Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menganalisa peranan perawat dan kejadian dekubitus. Tujuan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini hasil yang dikelompokkan berdasarkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap- tiap variabel

Rumus:

Keterangan:

P = Persentase f = Jumlah jawaban

n = Jumlah skor maksimal F

P = x 100%

N

3.11.2 Analisa Bivariat

Untuk memudahkan dan mempercepat proses pengolahan data, penulis mengunakan komputerisasi dengan menggunakan program software Statistikal Product

& Service Solutions (SPSS) 25. Pada penelitian ini analisa bivariat dilakukan dengan Rank Spearman . Rumus yang digunakan dalam uji bivariat ini adalah korelasi Rank Spearman (Spearman Rho). Korelasi Rank Spearman (Spearman Rho) digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal (Hidayat, 2014). menyatakan bahwa korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua variabel berskala ordinal, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.

Berikut rumus analisis korelasi spearman rank (Sugiyono, 2012) : Rumus : ρ = 1-6 Ʃ bi 2

n (n2 -1) Keterangan :

ρ = koesisiensi korelasi Rank Spearman bi = rangking data variabel Xi – Yi n = jumlah responden

Setelah melalui perhitungan persamaan analisis korelasi rank spearman, kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan, yaitu dengan membandingkan nilai ρ hitung dengan ρ tabel yang dirumuskan sebagai berikut:

Jika, ρ hitung < 0, berarti Ho diterima dan Ha ditolak Jika, ρ hitung > 0, berarti Ho ditolak dan Ha diterima

Hasil intrepetasi analisis Rank Spearman adalah sebagai berikut (Dahlan, 2013):

Tabel 3.2. Intrepetasi uji hipotesis korelatif Spearman Rho

No Parameter Nilai Interpretasi

1 Kekuatan korelasi 0,0 - < 0,2 0,2 - < 0,4 0,4 - < 0,6 0,6 - < 0,8 0,8 - < 1,00

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat 2

3.

Nilai p

Arah korelasi

p < 0,05

p > 0,05

+ (Positif )

- (Negatif)

Terdapat korelasi yang bermakna

antara dua

variabel yang diuji.

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya.

Berlawanan arah, semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.

Sumber: Dahlan (2013)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data dari bulan Desember 2021 di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada perawat untuk menilai peran perawat dalam pencegahan kejadian dekubitus dan monitoring lembar observasi kejadian dekubitus selama perawatan pasien 5 sampai 7 hari. Hasil penelitian akan disajikan meliputi deskripi karakteristik responden, deskripsi peran perawat,deskripsi kejadian dekubitus dan hubungan peran perawat dalam pencegahan kejadian dekubitus pada pasien dengan ketergantungan sedang sampai berat di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok.

4.1.1 Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah perawat ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok dan pasien dengan tingkat ketergantungan sedang sampai berat yang dirawat diruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok. Deskripsi perawat meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama masa kerja.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Laki 6 20%

2 Perempuan 24 80%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden diruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagaian besar responden perempuan (80%) dan laki-laki (20 %).

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Usia Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Usia

No Usia Jumlah Persentase

1 Dewasa (18-40 tahun) 27 90%

2 Dewasa Madya (40-60 tahun)

3 10%

3 Dewasa Lanjut (>60 tahun)

0 0%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden diruang, menunjukkan bahwasanya sebagaian besar responden berusia dewasa 18-40 tahun (90%) dan usia Dewasa Madya 41-60 (10%) sedangkan untuk usia Dewasa lanjut tidak ada (0%).

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 D3 Keperawatan 24 80%

2 S1 Keperawatan 0 0%

3 Ners 6 20%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagaian besar responden memiliki pendidikan D3 Keperawatan sebanyak (80%), pendidikan Ners (20%), pendidikan S1 Keperawatan (0%).

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Lama Kerja Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Lama Kerja

No Lama Kerja Jumlah Persentase

1 1-5 tahun 7 23,3%

2 5-10 tahun 8 26,7%

3 >10 tahun 15 50%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagian besar responden lama kerja >10 tahun (50%), lama kerja 5-10 tahun (26,7%), lama kerja 1-5 tahun (23,3%).

4.1.2 Analisa Univariat

4.1.2.1 Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Peran Perawat

No Peran Perawat Jumlah Persentase

1 Baik 25 83,3%

2 Cukup 3 10%

3 Kurang 2 6,7%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagian besar responden dengan peran perawat baik (83,3%), peran perawat cukup (10%), peran perawat kurang (6,7%).

4.1.2.2 Kejadian Dekubitus

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Kejadian Dekubitus Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Kejadian Dekubitus

No Kejadian Dekubitus Jumlah Persentase

1 Stadium 0 28 93,3%

2 Stadium 1 2 6,7%

3 Stadium 2 0 0%

4 5

Stadium 3 Stadium 4

0 0

0%

0%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagian besar responden dengan kejadian dekubitus stadium 0 (93,3%), kejadian dekubitus stadium 1 (6,7%), kejadian dekubitus stadium 2(0%), kejadian dekubitus stadium 3 (0%), kejadian dekubitus stadium 4 (0%).

4.1.3 Analisa Bivariat

4.1.3.1 Hubungan Peran Perawat terhadap Kejadian Dekubitus

Tabel 4.7

Distribusi Hubungan Peran Perawat Tehadap Kejadian Dekubitus Peran

Perawat

Kejadian Dekubitus Total P value Korelasi

Stadium 0

Stadium 1

n % n % n %

Baik 25 83,3

%

0 0% 2

5

83,3

% <0,001 0,667

Cukup 3 10% 0 0% 3 10%

Kurang 0 0% 2 6,7

%

2 6,7%

Total 28 93,3 2 6,7 3 100

& % 0 %

Dari tabel 4.7 di atas menggambarkan hubungan antara peran perawat terhadap kejadian dekubitus. Berdasarkan hasil Spearman Rank diperoleh nilai signifikansi atau p value sebesar <0,001, karena nilai p value <0.001 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan atau berarti antara hubungan peran perawat terhadap kejadian dekubitus di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok. Dari tabel diatas diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,667 artinya tingkat kekuatan pengaruh (korelasi ) antara variabel peran perawat dengan kejadian dekubitus adalah 0,667 atau kuat. Angka koefisien korelasi pada hasil diatas, bernilai positif yaitu 0,667, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah (jenis hubungan searah) dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin baik peran perawat dalam pencegahan dekubitus maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya dekubitus pada pasien yang perawatan lama atau tirah baring khusunya diruang khusus ICU/IMC.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisa Univariat

4.2.1.1 Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar perawat di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok memiliki peran perawat baik sebanyak 25 responden (83,3%), peran perawat cukup 3 responden (10%), peran perawat kurang 2 responden (6,7%).

Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku dan gerak gerik seseorang yang diharap oleh orang lain sesuai dengan kedudukan dalam system, tingkah laku dan gerak gerik tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial di dalam maupun di luar profesi perawat yang bersifat konstan (Potter & Perry, 2010). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat diantaranya pemberi perawatan, sebagai advokat keluarga, pencegahan penyakit, pendidikan, konseling, kolaborasi, pengambil keputusan etik dan peneliti (Hidayat, 2012). Berbagai peran perawat diatas sangat menentukan keberhasilan dalam pemecahan masalah kesehatan dan pemberian pelayanan pada pasien. Peran perawat dalam upaya pencegahan dekubitus merupakan prioritas dalam perawatan pasien dan tidak terbatas pada pasien yang mengalami keterbatasan mobilisasi. (Potter dan Perry, 2012). Hampir 95% dekubitus dapat dicegah melalui tindakan keperawatan, sisanya lebih kurang 5%

pasien immobilisasi tetap akan mengalami dekubitus. (Agency for Health Care Policy

Dokumen terkait