• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.11 Analisa Data

3.11.1 Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menganalisa peranan perawat dan kejadian dekubitus. Tujuan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini hasil yang dikelompokkan berdasarkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap- tiap variabel

Rumus:

Keterangan:

P = Persentase f = Jumlah jawaban

n = Jumlah skor maksimal F

P = x 100%

N

3.11.2 Analisa Bivariat

Untuk memudahkan dan mempercepat proses pengolahan data, penulis mengunakan komputerisasi dengan menggunakan program software Statistikal Product

& Service Solutions (SPSS) 25. Pada penelitian ini analisa bivariat dilakukan dengan Rank Spearman . Rumus yang digunakan dalam uji bivariat ini adalah korelasi Rank Spearman (Spearman Rho). Korelasi Rank Spearman (Spearman Rho) digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal (Hidayat, 2014). menyatakan bahwa korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua variabel berskala ordinal, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.

Berikut rumus analisis korelasi spearman rank (Sugiyono, 2012) : Rumus : ρ = 1-6 Ʃ bi 2

n (n2 -1) Keterangan :

ρ = koesisiensi korelasi Rank Spearman bi = rangking data variabel Xi – Yi n = jumlah responden

Setelah melalui perhitungan persamaan analisis korelasi rank spearman, kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan, yaitu dengan membandingkan nilai ρ hitung dengan ρ tabel yang dirumuskan sebagai berikut:

Jika, ρ hitung < 0, berarti Ho diterima dan Ha ditolak Jika, ρ hitung > 0, berarti Ho ditolak dan Ha diterima

Hasil intrepetasi analisis Rank Spearman adalah sebagai berikut (Dahlan, 2013):

Tabel 3.2. Intrepetasi uji hipotesis korelatif Spearman Rho

No Parameter Nilai Interpretasi

1 Kekuatan korelasi 0,0 - < 0,2 0,2 - < 0,4 0,4 - < 0,6 0,6 - < 0,8 0,8 - < 1,00

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat 2

3.

Nilai p

Arah korelasi

p < 0,05

p > 0,05

+ (Positif )

- (Negatif)

Terdapat korelasi yang bermakna

antara dua

variabel yang diuji.

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya.

Berlawanan arah, semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.

Sumber: Dahlan (2013)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data dari bulan Desember 2021 di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada perawat untuk menilai peran perawat dalam pencegahan kejadian dekubitus dan monitoring lembar observasi kejadian dekubitus selama perawatan pasien 5 sampai 7 hari. Hasil penelitian akan disajikan meliputi deskripi karakteristik responden, deskripsi peran perawat,deskripsi kejadian dekubitus dan hubungan peran perawat dalam pencegahan kejadian dekubitus pada pasien dengan ketergantungan sedang sampai berat di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok.

4.1.1 Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah perawat ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok dan pasien dengan tingkat ketergantungan sedang sampai berat yang dirawat diruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok. Deskripsi perawat meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama masa kerja.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Laki 6 20%

2 Perempuan 24 80%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden diruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagaian besar responden perempuan (80%) dan laki-laki (20 %).

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Usia Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Usia

No Usia Jumlah Persentase

1 Dewasa (18-40 tahun) 27 90%

2 Dewasa Madya (40-60 tahun)

3 10%

3 Dewasa Lanjut (>60 tahun)

0 0%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden diruang, menunjukkan bahwasanya sebagaian besar responden berusia dewasa 18-40 tahun (90%) dan usia Dewasa Madya 41-60 (10%) sedangkan untuk usia Dewasa lanjut tidak ada (0%).

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 D3 Keperawatan 24 80%

2 S1 Keperawatan 0 0%

3 Ners 6 20%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagaian besar responden memiliki pendidikan D3 Keperawatan sebanyak (80%), pendidikan Ners (20%), pendidikan S1 Keperawatan (0%).

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Lama Kerja Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Lama Kerja

No Lama Kerja Jumlah Persentase

1 1-5 tahun 7 23,3%

2 5-10 tahun 8 26,7%

3 >10 tahun 15 50%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagian besar responden lama kerja >10 tahun (50%), lama kerja 5-10 tahun (26,7%), lama kerja 1-5 tahun (23,3%).

4.1.2 Analisa Univariat

4.1.2.1 Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Peran Perawat

No Peran Perawat Jumlah Persentase

1 Baik 25 83,3%

2 Cukup 3 10%

3 Kurang 2 6,7%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagian besar responden dengan peran perawat baik (83,3%), peran perawat cukup (10%), peran perawat kurang (6,7%).

4.1.2.2 Kejadian Dekubitus

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Kejadian Dekubitus Responden di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok

Kejadian Dekubitus

No Kejadian Dekubitus Jumlah Persentase

1 Stadium 0 28 93,3%

2 Stadium 1 2 6,7%

3 Stadium 2 0 0%

4 5

Stadium 3 Stadium 4

0 0

0%

0%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 30 responden di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok, menunjukkan bahwasanya sebagian besar responden dengan kejadian dekubitus stadium 0 (93,3%), kejadian dekubitus stadium 1 (6,7%), kejadian dekubitus stadium 2(0%), kejadian dekubitus stadium 3 (0%), kejadian dekubitus stadium 4 (0%).

4.1.3 Analisa Bivariat

4.1.3.1 Hubungan Peran Perawat terhadap Kejadian Dekubitus

Tabel 4.7

Distribusi Hubungan Peran Perawat Tehadap Kejadian Dekubitus Peran

Perawat

Kejadian Dekubitus Total P value Korelasi

Stadium 0

Stadium 1

n % n % n %

Baik 25 83,3

%

0 0% 2

5

83,3

% <0,001 0,667

Cukup 3 10% 0 0% 3 10%

Kurang 0 0% 2 6,7

%

2 6,7%

Total 28 93,3 2 6,7 3 100

& % 0 %

Dari tabel 4.7 di atas menggambarkan hubungan antara peran perawat terhadap kejadian dekubitus. Berdasarkan hasil Spearman Rank diperoleh nilai signifikansi atau p value sebesar <0,001, karena nilai p value <0.001 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan atau berarti antara hubungan peran perawat terhadap kejadian dekubitus di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok. Dari tabel diatas diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,667 artinya tingkat kekuatan pengaruh (korelasi ) antara variabel peran perawat dengan kejadian dekubitus adalah 0,667 atau kuat. Angka koefisien korelasi pada hasil diatas, bernilai positif yaitu 0,667, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah (jenis hubungan searah) dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin baik peran perawat dalam pencegahan dekubitus maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya dekubitus pada pasien yang perawatan lama atau tirah baring khusunya diruang khusus ICU/IMC.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisa Univariat

4.2.1.1 Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar perawat di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok memiliki peran perawat baik sebanyak 25 responden (83,3%), peran perawat cukup 3 responden (10%), peran perawat kurang 2 responden (6,7%).

Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku dan gerak gerik seseorang yang diharap oleh orang lain sesuai dengan kedudukan dalam system, tingkah laku dan gerak gerik tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial di dalam maupun di luar profesi perawat yang bersifat konstan (Potter & Perry, 2010). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat diantaranya pemberi perawatan, sebagai advokat keluarga, pencegahan penyakit, pendidikan, konseling, kolaborasi, pengambil keputusan etik dan peneliti (Hidayat, 2012). Berbagai peran perawat diatas sangat menentukan keberhasilan dalam pemecahan masalah kesehatan dan pemberian pelayanan pada pasien. Peran perawat dalam upaya pencegahan dekubitus merupakan prioritas dalam perawatan pasien dan tidak terbatas pada pasien yang mengalami keterbatasan mobilisasi. (Potter dan Perry, 2012). Hampir 95% dekubitus dapat dicegah melalui tindakan keperawatan, sisanya lebih kurang 5%

pasien immobilisasi tetap akan mengalami dekubitus. (Agency for Health Care Policy

and Research, 2011) . Bagi tenaga keperawatan adanya dekubitus berarti peningkatan beban kerja karena dekubitus membutuhkan pendekatan perawatan yang berbeda, sehingga dibutuhkan pencegahan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya dekubitus. (Kallman & Suserud, 2015).

Hasil penelitian mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh jauhar (2019) bahwa didapatkan sebagian besar peran perawat (edukator ) adalah baik sebanyak 25 responden (83,3%) sedangkan peran perawat cukup sebanyak 5 responden (16,7%).sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peran perawat sudah baik

Sependapat dengan hasil penelitian ivana (2017) yang menyatakan bahwa untuk mencegah terjadinya dekubitus peran perawat yang diberikan oleh perawat sebagian besar memiliki peran yang baik yaitu 10 responden (66,7%) sedang kan 5 responden (33,3%) perawat masih memiliki peran cukup, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa peran perawat yang baik mampu mencegah terjadinya dekubitus.

Salah satu indikator mutu pelayana keperawatan adalah terciptanya kepuasan pasien yang salah satunya ditentukan oleh peran perawat. Perawat merupakan petugas kesehatan yang bersama dengan pasien selama 24 jam dan bertemu dengan pasien pasien yang beresiko mengalami dekubitus sehingga perawat memiliki peran penting dalam mencegah dekubitus. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan ada 25 reponden dengan peran baik dan 3 responden dengan peran cukup kemudian ada 2 responden dengan peran kurang. Peran perawat dalam upaya pencegahan dekubitus perlu memperhatikan pengetahuan, sikap, motivasi, dan perilaku yang dimiliki oleh perawat. Adanya peran perawat yang dinilai sebagian besar baik menggambarkan bahwa perawat siap dalam memberikan pelayanan dan perawatan pada pasien sehingga mampu meningktkan mutu pelayanan dan kulaitas pelayanan kesehatan.

4.2.1.2 Kejadian Dekubitus

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasien yang dirawat diruaang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok sebagian besar responden dengan kejadian dekubitus stadium 0 sebanyak 28 responden (93,3%), kejadian dekubitus stadium 1, 2 responden (6,7%), kejadian dekubitus stadium 2, 0 responden (0%), kejadian dekubitus stadium 3, 0 responden (0%), kejadian dekubitus stadium 4, 0 responden (0%).

Dekubitus adalah luka pada kulit dan atau jaringan dibawahnya, biasanya disebabkan oleh adanya penonjolan tulang, sebagai akibat dari tekanan atau kombinasi tekanan dengan gaya geser dan atau gesekan. Dekubitus adalah kerusakan jaringan yang disebabkan karena adanya kompresi jaringan lunak diatas tulang yang menonjol dan

adanya luka tekan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Pada fase ini akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila hal ini berlangsung lama akan menyebabkan insufiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel (Nursalam, 2014).

Luka dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan karena adanya kompresi jaringan lunak diatas tulang yang menonjol dan adanya tekanan dari luar dalam waktu yang lama. Luka initerjadi karena kulit yang bersentuhan dengan benda keras sehingga pembuluh darah tertekan oleh tulang didalamnya .(Arum, 2015).

Dekubitus merupakan dampak dari tirah baring lama, hal ini dikarenakan ketidakmampuan pasien merawat dirinya sendiri.Hari lama rawat dirawat terjadinya dekubitus pada hari ke 5 sampai 7, hal ini sependapat dengan penelitian rosita (2014) bahwa dekubitus terjadi pada perawatan < 10 hari dengen presentase sebesar 31%. Lama hari rawat merupakan salah satu faktor yang dinilai untuk menentukan tingkat resiko terjadinya dekubitus dan juga merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya dekubitus pada pasien tirah baring seperti pada pasien yang dirawat diruang khusus ICU/ IMC.

maka dapat disimpulkan semakin lama hari rawat maka semakin tinggi resiko untuk terjadinya dekubitus.

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden dengan dengan kejadian dekubitus stadium 0 sebanyak 28 responden (93,3%), kejadian dekubitus stadium 1, 2 responden (6,7%), kejadian dekubitus stadium 2, 0 responden (0%), kejadian dekubitus stadium 3, 0 responden (0%), kejadian dekubitus stadium 4, 0 responden (0%).

Sependapat dengan hasil penelitian jauhar (2019) didapatkan hasil penelitian bahwa kejadian dekubitus pada pasien stroke adalah 1 (3,3%) responden.

Ketidakmampuan atau keterbatasan melakukan aktivitas menyebabkan pasien sangat tergantung pada perawat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi tingkat ketergantungan penderita maka resiko untuk terjadinya luka dekubitus semakin besar. Derajat dekubitus dapat dibedakan berdasarkan karakteristik penampilan klinis yang terlihat. Penampilan klinis tersebut muncul sebagai akibat derajat kerusakan kulit yang terjadi. Hasil penelitian didapatkan terjadi dekubitus derajat 1 sebanyak 2 responden yaitu hanya terlihat kerusakan pada epidermis sehingga gambaran klinis yang muncul adalah tanda kemerahan pada kulit, Hal ini menjadi perhatian karena derajat dekubitus akan mempengaruhi penanganan yang akan dilakukan.

4.2.2 Analisa Bivariat

4.2.2.1 Hubungan Peran Perawat dalam Pencegahan Kejadian Dekubitus

Berdasarkan hasil Spearman Rank diperoleh nilai signifikansi atau p value sebesar <0,001, karena nilai p value <0.001 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan atau berarti antara pengaruh peran perawat terhadap kejadian dekubitus di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok. Kemudian diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,667 artinya tingkat kekuatan pengaruh (korelasi) antara variabel peran perawat dengan kejadian dekubitus adalah 0,667 atau kuat. Angka koefisien korelasi pada hasil diatas, bernilai positif yaitu 0,667, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah (jenis hubungan searah). Pencegahan dari dekubitus adalah prioritas utama dalam merawat pasien dan tidak terbatas pada pasien yang mengalami pembatasan mobilitas. Pencegahan luka dekubitus banyak tinjauan literatur mengindikasikan bahwa luka tekan dapat dicegah. Meskipun kewaspadaan perawat dalam memberikan perawatan tidak dapat sepenuhnya mencegah terjadinya luka tekan dan perburukannya pada beberapa individu yang sangat berisiko tinggi. NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014), juga merekomendasikan tindakan pencegahan untuk mencegah terjadinya dekubitus, yaitu pengkajian resiko dengan menggunakan skala braden, perawatan kulit, pemberian nutrisi, pemberian edukasi, dan pemberian bantalan dan pengaturan posisi / alih baring.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran perawat yang baik cenderung akan membantu mencegah kejadian dekubitus terutama pada pasien yang dilakukan perawatan lama dan mengalami tirah baring atau tingkat keterhantungan sedang sampai berat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana 30 responden terdapat 25 (83,3%) responden dengan peran perawat baik, terdapat 3 (10% ) responden dengan peran perawat cukup, terdapat 2 (6,7% ) responden dengan peran perawat kurang, yang menyatakan sebagina besar peran perawat baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh jauhar (2019) bahwa peran perawat (edukator) baik sebanyak 25(83,3%)responden dan peran cukup 5 (16,7%) responden , berdasarkan penelitian tersebut dapat ditemukan hasil yang signifikan antara peran perawat dengan kejadian dkeubitus pada pasien stroke diruang rawat inap rumah sakit islam pati. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ivana (2017)bahwa peran perawat baik 13(86,7%) mampu mencegah terjadinya dekubitus.

Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Peran

yang dijalankan oleh seorang perawat haruslah sesuai dengan lingkup kewenangan seorang perawat. Perawat juga yang akan merawat pasien dan memenuhi kebutuhan dasarnya dalam pemulihan dan penyembuhan pasien. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa semakin baik peran perawat dalam pencegahan dekubitus maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya dekubitus pada pasien yang perawatan lama atau tirah baring khusunya diruang khusus ICU/IMC.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Peran perawat di Ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok sebagian besar memiliki peran perawat baik

2. Terjadinya dekubitus pada pasien yang dirawat di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok sebagian besar terjadinya dekubitus stadium 0 sebanyak (93,3 %) terjadinya dekubitus stadium 1 (6,7%).

3. Hasil Spearman Rank diperoleh nilai signifikansi atau p value sebesar <0,001, karena nilai p value <0.001 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan atau berarti antara hubungan peran perawat terhadap kejadian dekubitus di ruang ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok.

4. Diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,667 artinya tingkat kekuatan pengaruh (korelasi) antara variabel peran perawat dengan kejadian dekubitus adalah 0,667 atau kuat.

Angka koefisien korelasi pada hasil diatas, bernilai positif yaitu 0,667, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat searah (jenis hubungan searah) bahwa semakin baik peran perawat dalam pencegahan dekubitus maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya dekubitus pada pasien yang perawatan lama atau tirah baring khusunya diruang khusus ICU/IMC RS Mitra Keluarga Depok.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka ada beberapa saran yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Perawatan Pasien Critical Care

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, kesadaran perawat dan kepedulian perawat dalam melakukan pelayan kepada pasien agar mampu meningkatkan kualitas kesehatan pasien dan acuan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme pelayanan untuk mencegah terjadinya dekubitus pada pasien yang dirawat diruang ICU/IMC. Aplikasi yang dilakukan dengan menetapkan standar asuhan keperawatan pada pasien untuk mencegah terjadinya dekubitus dengan menerapkan peranan perawat dalam pencegahan dekubitus meliputi Pengkajian resiko dekubitus, Perawatan Kulit, Nutris, Pemberian Edukasi, Reposisi dan mobilisasi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini bagi Universitas Binawan Jakarta dapat dijadikan dokumentasi ilmiah untuk penelitian selanjutnya yang memerlukan masukan berupa data atau pengembangan penelitian dengan topik yang sama, bahan literatur di perpustakaan, sumber data dan sumber informasi ilmiah

3. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini bagi RS Mitra Keluarga Depok dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai rujukan untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam hal peningkatan kualitas pelayanan upaya memberikan pemahaman tentang peranan peran perawat dengan pencegahan terjadinya dekubitus khususnya diruang ICU/IMC.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan di bidang peran perawat dalam pencegahan kejadian dekubitus di ruang ICU/IMC.

5. Bagi Masyarakat

Hasil penelitin ini diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan rumahsakit sehingga meningkatkan kepuasan pasien pada pelayanan kesehatan di rumahsakit.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni,D.M & Saryono. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Australian Wound Management Association. (2010). Standards for Wound Management.

Edisi 2. Australia: Australian Wound Management Association Inc.

Berman dan Evans, 2010. “Retail Management”. 12th Edition. Jakarta; Pearson.

Braden, B. J., & Bergstrom, N. (1989). Clinical utility of the Braden Scale for predicting pressure sore risk. Advances in Skin & Wound Care, 2(3), 44- 51.

Carville, K. (2012). Wound Care Manual Fifth Edition. Western Australia : Silver Chain Foundation.

Dahlan, M.S. (2012). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Dharma. (2011). Metodologi Penelitian keperawatan. Jakarta :CV. Trans Info Media.

Elsevier. Puspita, R.A (2014). Gambaran Peran Perawat sebagai Care Giver dalam perawatan pasien PPOK lama dirawat di RS paru dr. Ario Wirawan. Salatiga

Elvarida, M. (2010). Hubungan Karakteristik Perawat terhadap Asuhan Keperawatan Lanjut Usia di Sub Instalasi Rawat Inap A RSP AD Gatot Soebrooto DITKESAD Jakarta 61 Skripsi. Jakarta:

Progam Study Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Keperawatan Universitas Esa Unggul Jakarta . Association Inc.

Handayani, R. S., Irawaty, D., & Panjaitan, R. U. (2011). Pencegahan Luka Tekan Melalui Pijat Menggunakan Virgin Coconut Oil. Jurnal Keperawatan Indonesia, 14(3).

Hidayat , A. A. (2012). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (2 ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Hastono S.P. & Sabri, L. (2010). Statistik kesehatan (Ed. 5). Jakarta: Rajawali pers.

Jaul, E. (2010). Assessment And Management Of Pressure Ulcers In The Elderly. Drugs &

Aging, 27(4), 311-325.

Kozier, B., ERB, G., Berman,A., & Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik. Edisi 7, Volume 2. Penerjemah Wahyuningsih, E., Yulianti, D., Yuningsih, Y., Lusyana, A. Jakarta. EGC.

Kyle & Carman. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2.. Jakarta: EGC.

Mart ́inez, et al. (2013). Point prevalence of pressure ulcers in three second level hospitals in Mexico.

Muksydayan, D. (2012). Karakteristik Sikap dan Perilaku Karyawan Cold Storage Terkait Praktik Higiene Daging . Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP). (2012). NPUAP Pressure Ulcer Stages / Categories.

National Pressure Ulcer Advisory Panel, European Pressure Ulcer Advisory Panel & Pan Pacific Pressure Injury Alliance. (2014). Prevention and treatment of pressure ulcers: quick reference guide. Emily Haesler (Ed.). Osborne Park, Western Australia: Cambridge Media.

Nisya Rifiani dan Hartanti Sulihandari, (2013).Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan.Cetakan 1.

Jakarta: Dunia cerdas.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo.(2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nurhasim. 2013. Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan Gigi Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Blengorwetan Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi.

Universitas Negeri Yogyakarta

Nurniningsih, D. R. (2012). Hubungan antara Karakteristik Perawat dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Jalan RSUP DR. Kariadi Semarang . Semarang: Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Muhammadiyyah Semarang.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P. P.

Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik.

Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. (2010).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.

Edisi 7. Jakarta : EGC.

Potter & Perry(2012). Buku ajar fundamental keperawatan Konsep, proses dan praktik. Jakarta : EGC.

Rusmianingsih, Nining. (2012). Hubungan Penerapan Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Tim dengan Kepuasan Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. (Tesis). Universitas Indonesia, Depok Indonesia.

Setiadi. (2017). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Strand, T., & Lindgren, M. (2010). Knowledge, Attitudes, And Barriers Towards Prevention Of Pressure Ulcers In Intensive Care Units : A Descriptive Cross–Sectional Study. Intensive and Critical Care Nursing. Vol 26, Issue 6. Hal 335-342

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Sumara. (2015). Tekanan Intraface pada Pasien Tirah Baring.THE SUN Vol. 2

Dokumen terkait