a. Aparatur Sipil Negara; atau b. Profesi Bersertifikat.
NO PENANGANAN KARGO (BONGKAR MUAT BARANG) KBLI 52240
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a terdiri atas:
a. Inspektur;
b. Auditor;
c. Surveyor; atau
d. Pejabat fungsional lainnya.
3. Profesi Bersertifikat sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu) huruf b, ditunjuk oleh pemerintah terhadap pelaksanaan pemenuhan standar yang bersifat teknis dan memerlukan kompetensi khusus tertentu, melalui perjanjian kerjasama, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Aparatur Sipil Negara menjalankan tugas pengawasan berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari pejabat yang berwenang.
5. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan pengawasan berhak:
a. Memeriksa laporan dari Pelaku Usaha;
b. Meminta keterangan dan/atau membuat catatan yang diperlukan;
c. Menyusun salinan dari
dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
d. Melakukan pengambilan sampel dan melakukan pengujian;
e. Memeriksa lokasi kegiatan usaha dan prasarana dan/atau sarana;
f. Menghentikan pelanggaran tertentu;
g. Menerapkan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah ini; dan
h. Melakukan pembinaan untuk Usaha Mikro dan Kecil.
6. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a. Menyusun tinjauan atas laporan dari Pelaku Usaha;
b. Melakukan pengawasan sesuai dengan prosedur;
c. Mempunyai surat tugas resmi dari pemerintah untuk melakukan inspeksi lapangan;
d. Menyusun berita acara pemeriksaan atas pelaksanaan inspeksi lapangan yang disetujui oleh Pelaku Usaha;
e. Memberikan rekomendasi
NO PENANGANAN KARGO (BONGKAR MUAT BARANG) KBLI 52240
kepada Pelaku Usaha untuk melaksanakan kegiatan usaha sesuai standar; dan
f. Menjaga kerahasiaan informasi Pelaku Usaha.
7. Pengawasan dapat ditindaklanjuti dengan pengenaan sanksi administratif dalam hal ditemukannya pelanggaran dari Pelaku Usaha.
D. SANKSI ADMINISTRATIF
1. Perusahaan bongkar muat yang melakukan kegiatan usaha bongkar muat yang tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan, tidak memenuhi kewajiban dan/atau tanggung jawabnya dikenai sanksi administrasi.
2. Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu), berupa:
a. peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali;
b. pembekuan sementara sertifikat standar; atau
c. pencabutan sertifikat standar.
3. Sanksi peringatan tertulis terdiri dari peringatan ke-1 (satu) sampai dengan peringatan ke-3 (tiga) dengan jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja untuk tiap tahapannya yang diberikan oleh penyelenggara pelabuhan setempat;
4. Selain sanksi tertulis sebagaimana dimaksud pada butir 3 (tiga), penyelenggara pelabuhan juga dapat memberikan sanksi berupa tidak diberikannya pelayanan di pelabuhan;
5. Dalam hal pemegang sertifikat standar tidak mematuhi sanksi peringatan ke-3 (tiga), penyelenggara pelabuhan dapat memberikan rekomendasi kepada penerbit sertifikat standar usaha bongkar muat untuk diberikan sanksi pembekuan sertifikat standar dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja;
6. Sertifikat standar dicabut apabila pemegang sertifikat standar tidak melaksanakan kewajibannya setelah jangka waktu pembekuan Sertifikat Standar Usaha Bongkar Muat sebagaimana dimaksud pada butir 5 (empat) berakhir.
NO PENANGANAN KARGO (BONGKAR MUAT BARANG) KBLI 52240
E. SALURAN PENGADUAN
Dapat disampaikan melalui email/
hotline/ whatsapp/ media elektronik lainnya pada pelayanan perizinan Pemerintah Daerah.
STANDAR USAHA JASA PENGURUSAN TRANSPORTASI NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT)
KBLI 52291
1. Ruang Lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan terkait dengan aktivitas: pengiriman dan atau pengepakan barang dalam volume besar, melalui angkutan kereta api, angkutan darat, angkutan laut maupun angkutan udara.
2. Definisi 1. Kapal adalah kendaraan air
dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah
2. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan 3. Kereta Api adalah sarana
perkeretapaian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api
4. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel
5. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/ atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai ternpat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/ atau bongkar muat barang, berupa
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra- dan antarmoda transportasi
6. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya
7. Stasiun Kereta Api adalah suatu areal dan bangunan untuk
pemberangatan dan
pemberhentian kereta api, menaikkan dan menurunkan penumpang, membongkar dan memuat barang serta keperluan operasional kereta api lainnya 8. Pelabuhan Darat adalah
pelabuhan yang terletak di daratan/pedalaman namun masih terkait dengan pelabuhan laut sebagai tempat tujuan ekspor dan impor dengan melibatkan moda angkutan darat.
9. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/ atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
10. Barang adalah semua komoditas yang diangkut, dibongkar dan dimuat dari dan ke kapal laut, feri, kereta api, kendaraan bermotor, pesawat udara, termasuk hewan dan tumbuhan.
11. Dokumen Angkutan Barang adalah dokumen yang digunakan perusahaan jasa pengurusan transportasi dalam proses pengiriman, penerimaan dan pangangkutan barang dari pintu ke pintu (door to door) dengan menggunakan sarana angkutan laut dan/ atau sunga1, danau, penyeberangan, darat dan/ atau angkutan udara
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
12. Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwarding) adalah kegiatan yang ditujukan untuk semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui angkutan darat, kereta api, laut, dan/ atau udara.
13. Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi adalah Badan Usaha yang melakukan kegiatan mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, perkeretaapian, laut, dan udara.
14. Perusahaan Angkutan Laut Nasional adalah perusahaan angkutan laut berbadan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan angkutan laut di dalam wilayah perairan Indonesia dan/atau dari dan ke pelabuhan di luar negeri.
15. Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal.
16. Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/ atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
17. Angkutan adalah perpindahan orang dan/ atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
18. Penyelenggara Pelabuhan adalah
Otoritas Pelabuhan,
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan, dan Unit Penyelenggara Pelabuhan.
19. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga Pemerintah di bandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara yang memberikan Jasa pelayanan kebandarudaraan untuk bandar udara yang belum diusahakan secara komersial.
20. Otoritas Bandar Udara adalah lembaga Pemerintah yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan untuk menjalankan
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan pelayanan penerbangan.
21. Otoritas Transportasi Lainnya adalah otoritas selain Penyelenggara Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Bandar Udara.
22. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di bidang otonomi daerah.
23. Sertifikat Standar Usaha Jasa Pengurusan Transportasi adalah dokumen perizinan berusaha berbasis risiko yang harus dipenuhi dan dipatuhi oleh perusahaan jasa pengurusan transportasi selama menjalankan kegiatan usaha.
24. Verifikasi adalah bukti tertulis secara elektronik maupun non elektronik atas pemenuhan standar usaha Jasa Pengurusan Transportasi.
3. Penggolongan Usaha - 4. Persyaratan Umum Usaha
a. Nomenklatur: Sertifikat Standar Usaha Jasa Pengurusan Transportasi;
b. Unit yang
bertanggungjawab:
Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya;
c. Kapan dan durasi: 3 (tiga) hari kerja.
1. NIB;
2. Sertifikat Standar (Pernyataan Mandiri/Self Declaration Pelaku Usaha) atas pemenuhan Standar Usaha Jasa Pengurusan Transportasi);
3. Izin lokasi;
4. Persyaratan umum:
- Memiliki bukti kepemilikan tempat usaha/sewa minimal selama 2 (dua) tahun, peralatan kantor, sarana dan prasarana internet, serta peralatan keselamatan.
5. Persyaratan Khusus Usaha Pelaku usaha melakukan pemenuhan persyaratan, yaitu:
Penanaman Modal Asing (Joint Venture) dan Penanaman Modal Dalam Negeri:
1) Memiliki tenaga kerja ahli WNI berijazah minimum D-III Pelayaran/
Maritim / Penerbangan/
Transportasi/ IATA Diploma/ FIATA Diploma, S-l Logistik atau sertifikat kompetensi profesi di bidang forwarder atau manajemen supply chain atau sertifikat ahli kepabeanan atau kepelabuhanan (alternatif atau
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
kumulatif) dengan pengalaman 5 (lima) tahun dibidang jasa pengurusan transportasi;
2) Memiliki atau menguasai kendaraan operasional minimal roda 4 (empat) yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan atau sewa yang sah;
3) Memiliki sitem peralatan perangkat lunak dan keras serta sistem informasi dan komunikasi yang terintegrasi dengan sistem informasi darat, laut, udara, atau perkeratapian sesuai dengan perkembangan teknologi;
4) Memiliki dan/atau menguasai
gudang sesuai dengan
kebutuhannya;
5) Surat rekomendasi dari otoritas transportasi wilayah setempat terhadap keseimbangan penyediaan dan permintaan usaha jasa pengurusan transportasi berdasarkan jumlah perusahaan jasa pengurusan transportasi yang berkegiatan di wilayah setempat.
6. Sarana 1. Menempati tempat usaha, berupa milik sendiri ataupun sewa (domisili sesuai dengan izin lokasi dari OSS);
2. Jumlah dan kapasitas peralatan jasa pengurusan transportasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan jasa pengurusan transportasi di pelabuhan setempat.
7. Struktur Organisasi SDM dan SDM
Paling sedikit terdiri dari:
1. Direktur;
2. Komisaris;
3. Tenaga ahli di bidang jasa pengurusan transportasi.
8. Pelayanan Pelayanan jasa pengurusan
transportasi:
1. penerimaan;
2. pengelolaan penyimpanan;
3. sortasi;
4. pengepakan;
5. penandaan;
6. pengukuran;
7. penimbangan;
8. pengelolaan transportasi;
9. penerbitan dokumen angkutan barang melalui moda transportasi darat, laut, dan/atau udara;
10. pengurusan penyelesaian dokumen;
11. pemesanan ruangan pengangkut;
12. pengiriman;
13. pengelolaan pendistribusian;
14. perhitungan biaya angkutan dan
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
logistik;
15. klaim;
16. asuransi atas pengiriman barang;
17. penyelesaian tagihan dan biaya lainnya yang diperlukan;
18. penyediaan sistem informasi dan komunikasi;
19. layanan logistik penyediaan layanan logistik di pasar nasional dan internasional secara konvensional dan/atau elektronik;
20. penyediaan e-commerce, teknologi internet yang menggunakan sistem satelit yang memungkinkan pelacakan real-time barang;
21. pengangkut kontraktual atau non vessel operator common carrier (NVOCC); dan
22. barang khusus bawaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Persyaratan Layanan 1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan Standard Operation Procedure (SOP) yang ditetapkan oleh pemerintah;
2. Menerapkan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan dan hidup berdampingan (coexistence), serta prinsip efektifitas pelayanan dengan prinsip saling menguntungkan antar para pelaku usaha di pelabuhan;
3. Memiliki surat
penunjukan/pemberian kuasa dari pemilik barang untuk melakukan pengurusan pengiriman;
4. Menggunakan fasilitas sarana dan prasarana yang memenuhi standar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Sistem Manajemen Mutu 1. Perusahaan jasa pengurusan transportasi yang melaksanakan kegiatan usaha jasa pengurusan transportsi wajib memiliki sistem manajemen mutu yang terstandar dan menerapkan dalam organisasi perusahaan.
2. Sistem manajemen mutu sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu), minimal mencakup:
a. perizinan;
b. organisasi;
c. persyaratan tenaga ahli;
d. tanggung jawab manajemen usaha jasa pengurusan transportasi;
e. program pembekalan dan pengembangan pengetahuan sumber daya yang akan
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
ditempatkan;
f. verifikasi, internal audit, dan tinjauan manajemen;
g. kesiapan menangani keadaan darurat;
h. pelaporan dan analisa ketidaksesuaian dan perselisihan yang timbul;
i. prosedur penyampaian keluhan (complaint) pemilik barang dan penanganannya;
j. penetapan suatu sistem perlindungan terhadap kesehatan, pengobatan, kesejahteraan dan jaminan sosial; dan
k. pendokumentasian.
3. Sistem manajemen mutu jasa pengurusan transportasi yang dilakukan oleh perusahaan jasa pengurusan transportasi, wajib dilaporkan kepada Gubernur untuk mendapat persetujuan sebagai pedoman perusahaan dalam menjalankan perusahaan jasa pengurusan transportasi dengan memperhatikan hasil pertimbangan evaluasi dari penyelenggara pelabuhan setempat.
4. Perusahaan jasa pengurusan transportasi wajib menyampaikan laporan internal audit dan pemutakhiran dokumen persyaratan kepada Gubernur dan penyelenggara pelabuhan setempat setiap 2 (dua) tahunan.
5. Perusahaan jasa pengurusan transportasi wajib membantu dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk pemeriksaan dan verifikasi.
11. Penilaian Kesesuaian dan
Pengawasan A. MENENGAH TINGGI (MT):
Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui verifikasi oleh pemerintah. Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan;
4. rapat virtual; dan/atau
5. otentifikasi melalui layanan perizinan secara elektronik.
Prosedur verifikasi pemenuhan terhadap standar sebagai berikut:
1. Berdasarkan Sertifikat Standar (Self Declaration dari Pelaku Usaha) yang diterbitkan oleh OSS, pemohon segera menyampaikan
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
surat permohonan verifikasi pemenuhan standar kepada Gubernur, dan mengupload berkas persyaratan administrasi dan teknis secara lengkap dan benar ke aplikasi yang ada di pemerintah daerah (yang terintegrasi dengan OSS);
2. Berkas persyaratan yang telah diupload pemohon akan diverifikasi oleh Tim Verifikator yang ditunjuk oleh Gubernur dengan mempertimbangkan hasil evaluasi dari penyelenggara pelabuhan setempat dalam waktu 2 (dua) hari kerja;
3. Berdasarkan laporan hasil verifikasi yang menyatakan telah adanya pemenuhan standar usaha, pemohon melakukan pembayaran PNBP melalui SIMPONI berdasarkan kode billing;
4. Laporan hasil verifikasi menjadi dasar bagi penerbitan Sertifikat Standar Jasa Pengurusan Transportasi oleh Gubernur dalam waktu 1 (satu) hari kerja;
5. Sertifikat Standar Jasa Pengurusan Transportasi secara otomatis akan terkirim online ke sistem OSS untuk diaktifkan perizinan berusahanya.
B. PENGAWASAN
1. Gubernur melalui instansi terkait dan penyelenggara Pelabuhan melaksanakan pengawasan perizinan berusaha sesuai dengan kewenangannya.
2. Gubernur melalui instansi terkait dan penyelenggara pelabuhan menunjuk pejabat dan/atau pegawai yang berkompeten melakukan pemeriksaan pemenuhan standar usaha melalui mekanisme pengawasan (post- audit).
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada butir 2 (dua), bertujuan untuk:
a. memastikan kepatuhan Pelaku Usaha terhadap standar yang berkaitan dengan kegiatan usaha; dan
b. mengumpulkan data, bukti, dan/atau laporan terjadinya bahaya terhadap keselamatan, kesehatan, lingkungan hidup, dan/atau bahaya lainnya yang
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
dapat ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan usaha.
4. Pengawasan dilakukan secara:
a. rutin; dan/atau b. insidentil.
5. Pengawasan rutin sebagaimana dimaksud pada butir 4 (empat) huruf a, dilakukan berdasarkan:
a. laporan Pelaku Usaha;
dan/atau
b. inspeksi lapangan.
6. Pengawasan insidentil sebagaimana dimaksud pada butir 4 (empat) huruf b, dilakukan berdasarkan:
a. laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat;
b. kebutuhan data realisasi kegiatan usaha pada proyek prioritas pemerintah; dan/atau c. kebutuhan pemerintah lainnya
yang ditetapkan sesuai peraturan perundang- undangan.
7. Laporan Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud butir 5 (lima) huruf a, merupakan informasi yang disampaikan Pelaku Usaha kepada Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah mengenai perkembangan kegiatan usaha dan/atau kepatuhan Pelaku Usaha terhadap standar serta informasi lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha.
8. Informasi sebagaimana dimaksud pada butir 7 (tujuh), dilakukan secara elektronik dengan mengedepankan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan data sharing.
9. Inspeksi lapangan sebagaimana dimaksud pada butir 5 (lima) huruf b, dalam bentuk kunjungan fisik atau melalui virtual untuk melakukan:
a. pemeriksaan administratif dan fisik atas pemenuhan standar;
b. pengujian; dan/atau
c. pembinaan dalam bentuk pendampingan dan penyuluhan.
C. PELAKSANA PENGAWASAN 1. Pengawasan dilakukan oleh:
a. Aparatur Sipil Negara; atau b. Profesi Bersertifikat.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a terdiri atas:
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
a. Inspektur;
b. Auditor;
c. Surveyor; atau
d. Pejabat fungsional lainnya.
3. Profesi Bersertifikat sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu) huruf b, ditunjuk oleh pemerintah terhadap pelaksanaan pemenuhan standar yang bersifat teknis dan memerlukan kompetensi khusus tertentu, melalui perjanjian kerjasama, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Aparatur Sipil Negara menjalankan tugas pengawasan berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari pejabat yang berwenang.
5. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan pengawasan berhak:
a. Memeriksa laporan dari Pelaku Usaha;
b. Meminta keterangan dan/atau membuat catatan yang diperlukan;
c. Menyusun salinan dari
dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
d. Melakukan pengambilan sampel dan melakukan pengujian;
e. Memeriksa lokasi kegiatan usaha dan prasarana dan/atau sarana;
f. Menghentikan pelanggaran tertentu;
g. Menerapkan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah ini; dan
h. Melakukan pembinaan untuk Usaha Mikro dan Kecil.
6. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a. Menyusun tinjauan atas laporan dari Pelaku Usaha;
b. Melakukan pengawasan sesuai dengan prosedur;
c. Mempunyai surat tugas resmi dari pemerintah untuk melakukan inspeksi lapangan;
d. Menyusun berita acara pemeriksaan atas pelaksanaan inspeksi lapangan yang disetujui oleh Pelaku Usaha;
e. Memberikan rekomendasi kepada Pelaku Usaha untuk melaksanakan kegiatan usaha sesuai standar; dan
f. Menjaga kerahasiaan informasi
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
Pelaku Usaha.
7. Pengawasan dapat ditindaklanjuti dengan pengenaan sanksi administratif dalam hal ditemukannya pelanggaran dari Pelaku Usaha.
D. SANKSI ADMINISTRATIF
1. Perusahaan jasa pengurusan transportasi yang melakukan kegiatan usaha jasa pengurusan transportasi yang tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan, tidak memenuhi kewajiban dan/atau tanggung jawabnya dikenai sanksi administrasi.
2. Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu), berupa:
a. peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali;
b. pembekuan sementara sertifikat standar; atau
c. pencabutan sertifikat standar.
3. Sanksi peringatan tertulis terdiri dari peringatan ke-1 (satu) sampai dengan peringatan ke-3 (tiga) dengan jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja untuk tiap tahapannya yang diberikan oleh otoritas transportasi sesuai dengan tempat dilaksanakannya usaha jasa pengurusan transportasi.
4. Selain sanksi tertulis sebagaimana dimaksud pada butir 3 (tiga), otoritas transportasi juga dapat memberikan sanksi berupa tidak diberikannya pelayanan di wilayah tempat kegiatan usaha dilaksanakan.
5. Dalam hal pemegang sertifikat standar tidak mematuhi sanksi peringatan ke-3 (tiga), otoritas transportasi dapat memberikan rekomendasi kepada penerbit sertifikat standar jasa pengurusan transportasi untuk diberikan sanksi pembekuan sertifikat standar dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja.
6. Sertifikat standar dicabut apabila pemegang sertifikat standar tidak melaksanakan kewajibannya setelah jangka waktu pembekuan Sertifikat Standar Usaha Jasa Pengurusan Transportasi sebagaimana dimaksud pada butir 4 (empat) berakhir.
NO Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) KBLI 52291
E. SALURAN PENGADUAN
Dapat disampaikan melalui email/
hotline/ whatsapp/ media elektronik lainnya pada pelayanan perizinan Pemerintah Daerah.
STANDAR USAHA DEPO PETI KEMAS NO Pergudangan Dan Penyimpanan Lainnya
KBLI 52109
1 Ruang Lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan terkait dengan aktivitas pergudangan dan penyimpanan lainnya yang belum tercakup dalam kelompok 52101 s.d.
52108. Termasuk kegiatan depo peti kemas yang melakukan penyimpanan dan/atau penumpukan peti kemas, dan dapat dilengkapi dengan fasilitas lain 2 Definisi 1. Kapal adalah kendaraan air dengan
bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah
2. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/ atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai ternpat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/ atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra- dan antarmoda transportasi
3. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/ atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
4. Peti kemas (Cargo Container) adalah pet kemas kotak yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan standar internasional (international
NO Pergudangan Dan Penyimpanan Lainnya KBLI 52109
standard organization), sebagai alat atau perangkat pengangkut barang.
5. Depo Peti Kemas adalah suatu tempat di dalam atau di luar daerah Lingkungan Kerja (DLKr) pelabuhan yang berfungsi untuk kegiatan penyimpanan, penumpukan, pembersihan/pencucian,
perawatan, perbaikan peti kemas, pemuatan (stuffing), pembongkaran (stripping) serta kegiatan lain yang
mendukung kelancaran
penanganan peti kemas isi (full) dan/atau peti kemas kosong (empty).
6. Usaha Depo Peti Kemas adalah kegiatan usaha yang meliputi penyimpanan, penumpukan, pembersihan, dan perbaikan peti kemas.
7. Perusahaan Angkutan Laut Nasional adalah perusahaan angkutan laut berbadan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan angkutan laut di dalam wilayah perairan Indonesia dan/atau dari dan ke pelabuhan di luar negeri.
8. Penyelenggara Pelabuhan adalah
Otoritas Pelabuhan,
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan, dan Unit Penyelenggara Pelabuhan.
9. Otoritas Pelabuhan (Port Authority) adalah lembaga Pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan yang diusahakan secara komersial
10. Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya
11. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk pelayaran
12. Asosiasi adalah perkumpulan badan usaha yang bergerak di bidang depo peti kemas yang diakui oleh Pemerintah
13. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di bidang otonomi daerah 14. Sertifikat Standar Usaha Depo Peti Kemas adalah dokumen perizinan