• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

Bagan 3.1 Alur dalam penelitian tindakan kelas

B. Pembahasan

Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Murid Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Tindakan

Keterangan Sebelum Siklus I Siklus II

Nilai Rata-Rata 58,84 64,8 80

Persentase ketuntasan 61,53% 46,15% 84,61%

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 4.11. Perbandingan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan keterampilan berbicara murid sebelum dan setelah pelaksanaan tindakan. Pada pra penelitian memperoleh nilai rata – rata 58,84 denga persentase ketuntasan 61,53%, pada siklus I memperoleh nilai rata – rata 64,8 dengan persentase ketuntasan 46,15% dan pada siklus II diperoleh nilai rata – rata 80 dengan persentase ketuntasan 84,61%.

d. Refleksi

Siklus II berlangsung 3 pertemuan. Pada siklus kedua ini, murid sudah bisa melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Kerjasama antar anggota kelompok sudah terlaksana dengan baik, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat di atasi pada pelaksanaan siklus II, murid yang biasanya kurang memperhatikan materi pelajaran sudah berkurang, dan murid yang sebelumnya pasif sudah mulai aktif dan tertarik dengan pelajaran.

lebih mudah dimengerti. Komunikasi yang baik adalah ketika maksud dari pembicara tersampaikan dengan baik dengan lawan bicara. Begitu pula dengan kegiatan wawancara yang menggunakan pendekatan komunikatif, artinya wawancara sebagai salah satu keterampilan berbicara dapat dikatakan berhasil apabila pewawancara bisa memperoleh informasi yang dibutuhkannya dari narasumber. Interaksi antar pewawancara dapat terbangun dengan baik dengan narasumber. Berdasarkan hasil observasi serta evaluasi murid kelas V SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa terlihat bahwa pendekatan komunikatif ini membuat murid dapat memahami kegiatan wawancara yang di ajarkan oleh guru. Praktek langsung murid sebagai pewawancara dan sebagai narasumber melatih murid untuk dapat menyampaikan maksud dari pembicraan agar dapat dipahami dengan baik oleh lawan bicara.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan komunikatif di siklus I dilaksanakan di kelas V SD Inpres Bontoala II dengan mengambil mata pelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan wawancara. Pada siklus I pertemuan 1 ini peneliti mengambil sub pokok bahasan tentang membuat daftar pertanyaan wawancara dan pada pertemuan 2 mengambil sub pokok bahasan membuat teks wawancara.

Dalam pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan komunikatif sebagai berikut:

1). Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari 2). Guru memberikan contoh sebuah teks wawanca

3).Guru mengarahkan kegiatan murid dan menjelaskan sopan santun berwawancara

4). Murid merencanakan wawancara menetapkan topik 5). Murid menyusun pertanyaan (pedoman) untuk wawancara

6). Murid berbagi tugas dalam kelompoknya yang menjadi pewawancara, penulis, dan pengamat

7). Murid melaporkan hasil wawancara.

Pada proses pembelajaran di siklus I persentase keberhasilan belum maksimal. Hal ini karena kekurangan-kekurangan yang terjadi di tiap tahap kegiatan pembelajaran baik yang terjadi pada aspek guru dalam hal ini peneliti dan juga dari aspek murid. Kekurangan yang terjadi dari aspek guru atau peneliti ini dapat dilihat pada lembar observasi, berikut data dari hasil observasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada guru yakni persiapan pembelajaran masih kurang sehingga murid kurang memperhatikan pelajaran, tidak mengadakan apersepsi, kurang jelasnya materi yang dibawakan, kurangnya pertanyaan- pertanyaan yang diberikan oleh guru yang berhubungan dengan materi yang diajarkan, dan kurangnya bimbingan terhadap murid dalam menyimpulkan materi yang diajarkan.

Sedangkan kekurangan yang terjadi pada aspek murid terlihat dari hasil observasi seperti Murid kurang siap dalam memulai pelajaran, murid kurang memperhatikan materi yang diajarkan, murid kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan, dan murid kurang mampu mengungkapkan ide atau pendapatnya.

Sedangkan hasil tes lembar kerja yang diberikan di akhir pembelajaran di siklus I ini terlihat adanya peningkatan jika di bandingkan dengan nilai harian pada saat prapenelitian yang diberikan pada murid terlihat 16 murid yang tidak tuntas atau 61,53% dengan rata-rata murid 58,84. Sedangkan pada siklus I ini dari 26 murid, ada 14 murid atau 53,84% dengan nilai rata-rata murid 64,80.

Walaupun telah meningkat namun masih ada murid yang belum mencapai standar ketuntasan, maka peneliti berlanjut ke siklus II dengan asumsi murid sudah banyak yang paham akan materi ajar namun yang diperbaiki adalah kekurangan- kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

Pada pembelajaran di siklus II pertemuan I ini peneliti dengan menggunakan pendekatan komunikatif melanjutkan materi bahasa Indonesia dengan sub pokok bahasan melakukan kegiatan wawancara di depan kelas dengan teman yang berperan sebagai narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll).Pertemuan II ini peneliti dengan menggunakan pendekatan komunikatif melanjutkan materi bahasa Indonesia dengan sub pokok bahasan melakukan kegiatan wawancara di depan kelas dengan narasumber yang diundang khusus kesekolah. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan komunikatif, peneliti memulai dengan mengucapkan Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan materi pelajaran tentang cara melakukan kegiatan wawancara sedangkan pada akhir pembelajaran peneliti bersaman murid menyimpulkan materi pelajaran, kemudian peneliti menutup pelajaran dengan memberikan

motivasi kepada murid dan mengucapkan Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II, kegiatan guru (peneliti) dan murid meningkat, dimana kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diperbaiki.Guru (peneliti) sudah mampu menggunakan waktu secara efisien sehingga semua kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan.Murid sudah memperhatikan penjelasan guru (peneliti) sehingga murid dapat memahami materi yang diajarkan, sebagian besar murid sudah mampu mengajukan pertanyaan dan memberikan pendapat atau idenya.

Sedangkan dari proses pembelajaran bahasa Indonesia pada sub pokok bahasan melakukan kegiatan wawancara, terlihat bahwa adanya peningkatan pada siklus II ini yaitu dimana 22 murid yang tuntas atau 84,61% dengan nilai rata-rata kelas 80, sedangkan pada siklus I, 12 murid atau 46,15% dengan nilai rata-rata 64,80. Pada dasarnya di siklus II ini pencapaian keberhasilan murid yang mendapat nilai 70 keatas lebih dari 80% telah mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan oleh peneliti.

Dengan melihat indikator keberhasilan yang ditetapkan maka penelitian ini telah berhasil, olehnya pada penelitian di siklus II ini dihentikan karena menggangap hasil pencapaian telah berhasil. Dengan begitu hipotesis yang telah dibangun pada prapenelitian, “jika pendekatan komunikatif digunakan maka akan meningkatkan keterampilan berbicara murid Kelas V SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga KabupatenGowa” telah tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan komunikatif pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V pada pokok bahasan wawancara telah memberikan dampak yang cukup baik pada peningkatan hasil belajar murid.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait