• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI TUGAS KHUSUS

C. Pembahasan dan Analisis Data

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan (Slamet,2012).

Berikut merupakan area kerja dalam pengamatan untuk penelitian Job Safety Analysis (JSA) di CV. Sudirman Klaten, area tersebut adalah sebagai berikut:

1. Area Gudang Penyimpanan Produk

Pada area gudang penyimpanan produk ini yaitu dimana gudang tersebut menyimpan produk-produk yang sudah jadi atau yang siap untuk di bawah ke konsumen dengan menggunakan truk. Gudang penyimpanan produk ini berada paling depan pabrik bertujuan agar truk atau mobil dapat dengan mudah masuk untuk pengangkutan produk.

42

2. Area Dept. Perawatan Alat Mesin

Untuk departemen perawatan alat dan mesin yaitu digunakan untuk tempat merawat atau memperbaiki alat yang rusak atau kurang layak dipakai.

3. Area Dept. Produksi

Area deprtemen produksi ini yaitu dimana tempat berlangsungnya pengecoran logam dilakukan, tidak hanya penungan tetapi dimulai dari pemanasan skrap dalam tungku induksi dan juga pembuatan cetakan serta pembongkaran hasil.

4. Area Dept. Pengolahan Limbah

Pada departemen pengolahan limbah ini berada tepat di belakang area produksi agar mempermudah pemindahan limbah.

5. Area Gudang Bahan Baku

Gudang bahan baku berada dekat dengan area produksi yang bertujuan untuk mempermudah pengambilan bahan baku dan mempersingkat waktu serta jarak.

6. Area Gudang Penyimpanan Alat

Area Gudang penyimpanan alat digunakan untuk menyimpan alat yang belum terpakai atau alat baru.

7. Area Finishing

Area finishing berada paling belakang pabrik yang dimana area finishing ini mencangkup proses blasting dan juga pengecatan produk.

CV. Sudirman Klaten telah menerapkan prosedur mengenai identifikasi bahaya, penilaian risiko pada pekerja atau aktivitas yang dilakukan di lingkungan kerja. Berdasarkan kegiatan Kerja Praktek yang dilakukan pada tanggal 17 Oktober – 18 November 2020 terdapat 6 proses produksi yang mendasar dalam pembuatan produk manhole.

Pada tahap pengolahan data, untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu kejadian digunakan rating likelihood. Adapun rating likelihood dapat dilihat pada tabel 6.1.

Tabel 6.1 Kerangka Pengukuran Likelihood (Setiawan, 2012) Probabilitas

Kriteria

Rating %

1 0 – 10 Sangat tidak mungkin

2 10 – 30 Kecil kemungkinan tadi tidak mustajil 3 30 – 50 Kemungkinan terjadi

4 50 – 90 Sering terjadi 5 >90 Hampir pasti terjadi

Pada tahap pengolahan data, untuk mengukur tingkat keparahan suatu risiko kerja digunakan rating severity. Adapun rating severity dilihat pada tabel 6.2.

44

Tabel 6.2 Kerangka Pengukuran Severity (Setiawan, 2012)

Level Rating

Severity Keterangan

5 Sangat tinggi

Mengancam program dan organisasi serta stakeholder. Kerugian sangat besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun politik 4 Tinggi Mengancam fungsi program yang efektif dan organisasi. Kerugian

cukup besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun politik 3 Menengah Mengganggu administrasi program. Kerugian keuangan dan politik

cukup besar

2 Kecil Mengancam efisiensi dan keefektifan beberapa aspek program.

Kerugian kurang material dan sedikit mempengaruhi stakeholder 1 Sangat

rendah

Dampak dapat ditangani pada tahap kegiatan rutin. Kerugian kurang material dan tidak mempengaruh stakeholder

Untuk mengetahui proses-proses produksi yang terkait dengan proses pembuatan produk manhole dilakukan teknik wawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui proses-proses yang memiliki potensi risiko kecelakaan kerja dan membahas langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk menanggulangi potensi risiko kecelakaan kerja tersebut agar dapat dihindari dan diminimalisasi.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menganalisis risiko kecelakaan kerja adalah menetapkan kemungkinan dan probabilitas terjadinya suatu kecelakaan kerja pada CV. Sudirman. Batasan masalah pada penelitian ini yaitu analisis risiko potensi kecelakaan kerja hanya diteliti pada lantai produksi.

Dengan meranking risiko kecelakaan kerja berdasarkan tingkat kemungkinan yang terjadinya suatu kecelakaan kerja, dengan ranking 1 sebagai yang hampir mustahil terjadi dan ranking 5 sebagai yang hampir pasti terjadi. Tingkat kemungkinan berdasarkan data jumlah kejadian di perusahaan. Langkah kedua, melakukan

ranking atas dampak keparahan untuk setiap kecelakaan kerja. Perolehan ranking, pada langkah satu dan langkah dua didapat dari brainstorming dengan responden, dimana setiap respoden meranking dampak keparahan dan probabilitas terjadinya kecelakaan kerja tersebut (Kustiyaningsih, 2011). Langkah ketiga merupakan langkah dimana potensi risiko kecelakaan kerja dipetakan dan diberikan status.

Formula untuk menghitung status risiko adalah sebagai berikut:

SL = Severity x Likelyhood

Potensi kecelakaan tersebut disajikan dalam bentuk matrik untuk dapat mengetahui kategori level dari masing-masing potensi kecelakaan yang telah dianalisis pada Gambar 6.1 Tabel Matriks Risiko

Gambar 6.1 Tabel Matriks Risiko Keterangan:

Risiko: Peluang:

1. Sangat Ringan 1. Sangat Jarang

2. Ringan 2. Jarang

3. Sedang 3. Mungkin Terjadi

4. Berat 4. Sering

5. Fatal 5. Pasti Terjadi

46

Skala Penilaian:

Rendah (1 - 3) = Warna Hijau Sedang (4 - 9) = Warna Kuning Tinggi (5 - 16) = Warna Merah Ekstrim (15 - 25) = Warna Biru

Jika suatu risiko kecelakan kerja terdapat pada kolom berwarna biru, maka dinyatakan bahwa risiko kecelakaan kerja tersebut harus diprioritaskan dalam penanganannya dan merupakan kecelakaan kerja yang paling merugikan, karena meyebabkan cacat pada pekerja, berhentinya proses produksi yang menyebabkan kerugian besar. Bila suatu risiko kecelakaan terletak pada kolom warna merah maka dinyatakan bahwa risiko kecelakaan tersebut cukup merugikan karena dapat membuat terhambatnya proses produksi, dan cedera yang berbahaya. Apabila suatu risiko kecelakan kerja terletak pada kolom kuning, kecelakaan kerja dapat ditoleransi tetapi sebaiknya diminimalisasi. Nilai dari potensi risiko kecelakan kerja yang terdapat pada kolom berwarna hijau dapat diterima karena memiliki dampak yang kecil.

Pada langkah keempat, menentukan respon terhadap risiko kecelakaan kerja, respon dapat berupa usulan perbaikan. Untuk langkah kelima, memberikan informasi mengenai risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi dan memberikan usulan perbaikan untuk menanggulangi potensi risiko kecelakaan kerja tersebut.

Penjelasan risiko setiap proses kerja serta penjelasannya dapat dilihat tabel 7.1.

Tabel 6.3 Identifikasi Bahaya & Penilaian Risiko

No

Urutan Langkah-langkah

Dasar Bahaya Risiko Akibat Penilaian Risiko

(Risk Assesment)

Squence of Basic Steps Hazard Risk Consequence Peluang Risiko

Peringkat Risiko Nilai Tingkat

Bahaya 1

.

Pembuatan Cetakan - Palu terjatuh atau patah - Terjepit

- Terkena palu

- Tangan dan kaki terjepit

- Lecet - Memar - Luka

ringan/sedang

2 3 6 Sedang

2 .

Peleburan - Semburan logam panas - Terbakar - Luka terbakar 2 4 8 Sedang

3 .

Penuangan Logam Cair - Semburan logam panas - Rantai/seling putus

- Terbakar

- Material mengenai pekerja

- Luka terbakar - Material rusak - Luka ringan/

sedang/berat

3 5 15 Ekstrim

4 .

Pembongkaran Hasil Cetakan

- Terkena material panas pada saat pembongkaran

- Terbakar - Kulit tangan

melepuh /terbakar 1 3 3 Sedang

48

Lanjutan Tabel 6.3 Identifikasi Bahaya & Penilaian Risiko

No

Urutan Langkah-langkah

Dasar Bahaya Resio Akibat Penilaian Risiko

(Risk Assesment)

Squence of Basic Steps Hazard Risk Consequence Peluang Risiko

Peringkat Risiko Nilai Tingkat

Bahaya 5

.

Blasting - Semburan korak logam

material yang dipotong - Kebisingan suara

- Penerangan terhalang debu

- Mengenai mata pekerja - Gangguan pendengaran - Penglihatan terganggu

- Kerusakan pada mata atau buta - Dalam jangka

Panjang dapat menyebabkan tuli

4 5 20 Ekstrim

6 .

Pengecatan - Bau menyengat dari cat - Terhirup ke dalam paru- paru

- Gangguan pernapasan dan sakit pada paru - Sakit kepala

karna dampak dari bau cat

2 4 8 Tinggi

Hasil identifikasi potensi bahaya dan penilaian risiko di bagian produksi CV. Sudirman Klaten menunjukan bahwa pada bagian-bagian tersebut terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal tersebut berasal dari mesin atau peralatan, perilaku tenaga kerja, proses kerja, dan lingkungan kerja.

Tingkat bahaya dan nilai yang terdapat pada tabel 7.1 yaitu identifikasi bahaya dan penilaian risiko didapat dari hasil perkalian gambar 7.1 yaitu tabel matriks risiko yang dimana frekuensi yaitu sebagai peluang di kali dengan tingkat dampak risiko, sehingga dapat dilihat ada beberapa yang memang nilai nya kecil tetapi sekali terjadinya bahaya tersebut keparahan yang terjadi sangat fatal atau berat.

Terdapat 10 sumber potensi bahaya yang teridentifikasi dari 6 kegiatan proses produksi di area Dept. Produksi dan finishing yang ada di CV. Sudirman Klaten. Sumber potensi bahaya tersebut meliputi: 2 sumber potensi bahaya pada proses pembuatan cetakan dengan tingkat bahaya yaitu sedang, 1 sumber potensi bahaya pada proses peleburan skrap baja dengan tingkat bahaya sedang, 2 potensi bahaya pada proses penuangan logam cair dengan tingkat bahaya ekstrim, 1 potensi bahaya pada proses pembongkaran hasil cetakan dengan tingkat bahaya sedang, 3 potensi bahaya pada proses blasting dengan tingkat bahaya ekstrim, 1 potensi bahaya pada proses pengecatan dengan tingkat bahaya tinggi.

50

1. Pengendalian Risiko / Control

Tabel 6.4 Pengendalian Risiko / Control

No Proses Produksi Risiko Pengendalian 1 Pembuatan

Cetakan

Terkena palu Menekankan pekerja

menggunakan safety shoes dan sarung tangan

Tangan dan kaki terjepit

2 Peleburan Terbakar Pekerja menggunakan APD

seperti wearpack dan sarung tangan anti panas

3 Penuangan Logam Cair

Terbakar Pekerja menggunakan APD seperti wearpack, sarung tangan anti panas, dan safety shoes Material mengenai

pekerja 4 Pembongkaran

Hasil Cetakan

Terbakar Pekerjan menggunakan sarung tangan anti panas

5 Blasting Mengenai mata

pekerja

Pekerja diberikan kacamata dan ear plug

Gangguan pendengaran Penglihatan terganggu

6 Pengecatan Terhirup ke dalam paru-pari

Pekerja menggunakan masker khusus proses pengecatan

Dengan matriks perhitungan nilai risiko, dapat diketahui risiko yang menjadi prioritas perbaikan. Prioritas utama adalah risiko yang berada di area biru. Area biru akan diprioritaskan untuk tindakan perbaikan karena merupakan risiko yang paling merugikan dan dapat menghambat proses produksi, seperti: pekerja mengalami luka bakar terkena material, dan pekerja mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran, risiko berikut dapat

diminimalisasi dengan menggunakan APD seperti wearpack, sarung tangan anti panas, dan safety shoes serta pekerja diberikan kacamata dan ear plug.

Pada risiko yang terletak pada area merah, seperti gangguan pernapasan dan sakit paru-paru serta sakit kepala karena dampak dari bau cat, risiko-risiko ini dapat ditangani pekerjan menggunakan masker khusus proses pengecatan.

Untuk risiko pada tabel kuning pekerja mengalami luka lecet, memar pada tangan dan kaki terkena palu saat pembuatan cetakan dan pekerja mengalami luka bakar atau melepuh akibat semburan logam panas dan terkena material panas pada saat pembongkaran, risiko ini dapat diterima dengan pengawasan dan kewaspadaan (pekerja menggunakan APD seperti wearpack dan sarung tangan anti panas).

52

Dokumen terkait