BAB IV LAPORAN PENELITIAN
E. Pembahasan dan Keterbatasan Hasil Penelitian
dominan kedua adalah kecerdasaan emosional dengan R square Change = 0,0023. Koefisien determinan tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial menyumbang unuk Posttraumatic growth sebesar 9,9% sedangkan kecerdasan emosional menyumbang sebesar 0,23% terhadap Posttraumatic growth.
E. Pembahasan dan Keterbatasan Hasil Penelitian
55
yang mengarah pada Posttraumatic growth (Cokorde dan Tience, 2020) Temuan penelitian yang dipaparkantersebut menunjukan dukungan orang tua dan teman sebaya menolong individu untuk mengatasi bullying dengan berfokus pada pengembangan minat individu. Hipotesis kedua dalam peneltian ini adalah terdapat pengaruh dana arah korelasi positif antara kecerdasan emosional terhadapPosttraumatic growth pada penyintas bullying di lingkungan RW 03 Pisangan Timur. Pendapat ini sesuai dengan penelitian Setyawan dan Simbolon (2018) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi dari individu individu dimana dengan adanya kecerdasan emosional yang tinggi dari individu maka dapat menuntut individu untuk mengakui, mengharga perasaannya sendiri dan individu lain serta menanggainya dengan tepat. Menurut Wong dan Law individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan diri dalam setiap situasi sulit, memotivasi diri sendiri untuk mengatasi situasi dan melanjutkan aktivitasnya, serta menyesuaikan emosinya sesuai dengan situasi dan dapat berubah ke arah yang lebih positif (Journal of Korean Academy of Psychiatric and Mental Health Nursing, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Jeong Seon Lee dkk (2017) kepada anggota kepolisian Korea yang rentan mengalami kejadian traumatis menunjukan kecerdasan emosional memiliki korelasi positif dengan Posttraumatic growth . Kecerdasan emosional yang tinggi akan memicu terjadinya Posttraumatic growth dalam diri individu. Dalampenelitiannya ditemukan bahwa kecerdasan emosional merupakan variabel prediktor paling signifikan. Kesimpulan ketiga pada
peneitian iniadalah pengaruh antara dukungan sosial keluarga dan kecerdasan emosional terhadap Posttraumatic growth pada penyintas bullying di lingkungan RW 03 Pisangan Timur. Sesuai dengan pendapat Calhoundan Tedeschi (dalam Cokorde dan Tience, tahun 2020) proses terjadinya Posttraumatic growth pada individu diawali dengan terjadinya peristiwa traumatis yang menyebabkan terjadinya guncangan psikologis. Namun guncangan psikologis tersebut menimbulkan evaluasi dan tantangan terhhadap keyakinan individu tentang dunia beserta posisinya di dunia.
Evaluasi dan tantangan tersebut memicu terjadinya proses kognitif berupa perenungan untuk memikirkan kejadian yang dialami dan mencaricara untuk keluar dari situasi tersebut. Proses ini yang membawa individu mencapai Posttraumatic growth , yang dalam prosesnya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Menurut Calhoun dan Tedeschi keinginan individu untuk mengembangkan minatnya merupakan salah satu indikator yang mengarah pada Posttraumatic growth (Cokorde dan Tience, 2020).
Temuan penelitian yang dipaparkan tersebut menunjukan dukungan orang tua dan teman sebaya menolong individu untuk mengatasi bullying dengan berfokus pada pengembangan minat individu. Penelitian yang dilakukan oleh Jeong Seon Lee dkk (2017) kepada anggota kepolisian Korea yang rentan mengalami kejadian traumatis menunjukan kecerdasan emosional memiliki korelasi positif dengan Posttraumatic growth . Kecerdasan emosional yang tinggi akan memicu terjadinya Posttraumatic growth dalam diri individu. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa kecerdasan emosional merupakan variabel prediktor paling signifikan.
57
2. Keterbatasan Hasil Penelitian
Keterbatasan yang dialami oleh peneliti dalam melakukan penelitian adalah masih sedikit sekali sumber bacaan variabel terikat pada penelitian ini.
Untuk pengambilan data juga mengalami kesulitan dalam menshare link kuesioner yang berada di googleform dan waktu pengisian pararemaja yang menjadisampel malas-malasan untuk mengisi. Dengan bantuan ketua RW.03 menginstruksikan para remaja untuk mengisi kuesioner secara online. Dengan segala kekurangan yang ada mudah-mudahan penelitian memberikanhasil yang maksimal bagi penulisan skripsi ini.
58 BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan dibahas tentang rangkuman hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisa data dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Terdapat pengaruh dana arah korelasi positif antara dukungan sosial terhadap Posttraumatic growth pada penyintas bullying pada dewasa awal
2. Terdapat pengaruh dana arah korelasi positif antara kecerdasan emosional terhadap Posttraumatic growth pada penyintas bullying pada dewasa awal 3. Terdapat pengaruh dan arah korelasi positif antara dukungan sosial dan
kecerdasan emosional terhadap Posttraumatic growth pada penyintas bullying pada dewasa awal
B. Implikasi
Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh arah positif antara dukungan sosial dan kecerdasan emosional terhadap Posttraumatic growth pada penyintas bullying pada dewasa awal pada remaja di lingkungan RW.03dapat menambah wawasan bahwa Posttraumatic growth dapat membangkitkan semangat dari trauma para remaja yang pernah dibullying secara verbal maupun fisik.
59
Dengan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dari remaja secara mendasar bahwa dukungan sosial keluarga dan kecerdasan emosional dapat menambah semangat remaja pulih dari trauma bullying .
c. Saran – saran
Setelah mengadakan penelitian dan menganalisa dat hasil penelitian serta menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Saran Teoritis
Diharapkan pada penelitian-penelitian selanjutnya dapat mengembangkan model teoritik yang sudah dikembangkan dalam penelitian ini, khususnya terhadap variabel Posttraumatic growth dengan variabel-variabel yang lebih bervariasi dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan yang muncul dalam penelitian ini, seperti yang terkait dengan variabel yang lain seperti pola asuh, lingkungn tempat tinggal. Diharapkan dapat memperluas responden dengan ciri-ciri yang lebih beragam, serta mencoba memasukkan variabel-variabel demografis dalam analisis hasil penelitian, sehingga hasil penelitian menjadi lebih kaya.
2. Saran Praktis a. Bagi Dewasa Awal
Peneliti akan memberikan saran kepada remaja dewasa awal.dilingkungan RW.03 Kelurahan Pisangan bahwa Posttraumatic growth pada remaja dewasa awal
harus dipertahankan dikarena menurut analisis katagorisasi terasuk dalamkategori tinggi. Hal adalah suatu perbaikan dengan banyak remaja yang terkena bullying baik secara fisik maupun verbal dengan kategori tinggi menjadikan remaja dewasa awal dapat mengatasi dengan baik. Sebaiknya para remaja dewasa awal yang tergabung dalam karang taruna RW.03 mengadakan atau bekerasama dengan pihak -pihak yang berhubungan dengan trauma bullying seperti puskesmas kecamatan yang terdapat psikolognya. Untuk dukungan sosial keluarga yang tergolong sedang diharapkan dapat meningkat agar remaja dewasa awal dilingkungan RW.03 dapat support dari keluarga sehingga ada pijakan jika sedang mengalami bullying . Karang taruna harus banyak bekerjasama dengan ke RW mengadakan penyuluhan mengenai bullying dengan mengundang para tohoh atau pakarnya. Untuk kecerdasaan emosional yang sudah terbilang baik hars dipertahankan agar remaja dewasa awal menpunyai suatu pemecahaan masalah dengan baik sehingga tidak brutal seperti tawuran antar remaja.
b. Bagi Pengurus RW
Untuk pengurus RW.03 kelurahan pisangan harus lebih aktif untuk mengetahui perkembangan remaja dewasa awal yang begitu cepat perkembangannya. Pengurus Ke Rwan juga harus banyak melakukan koordinasi dengan ke RTan agar apa yang terjadi dilingkungan dapat ditindak dengan capat sehingga remaja dewasa awal tidak keperbuatan negates. RW.03 harus mengalakan senam pagi, olahraga dan pengajian remaja di tiap RT-RT.
61
DAFTAR PUSTAKA
Aswin, A. (2019). Pengaruh efikasi diri, kecerdasan emosional, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa SMA kelas XI IPA (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Makassar).
Calhoun, L. G., & Tedeschi, R. G. (1999). Trauma and Growth: Processes and.
Outcomes. In Facilitating Posttraumatic growth : A clinician´sguide Calhoun, L. G., & Tedeschi, R. G. (Eds.). (2014). Handbook of Posttraumatic growth
: Research and practice. Routledge.
Dewi, C. I. A. L., & Valentina, T. D. (2020). Posttraumatic growth among adolescents victims of bullying : Posttraumatic growth pada remaja penyintas bullying . Psikologia: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 15(1), 13-25.
Dewi, C. I. A. L., & Susilawati, L. K. P. A. Kajian Fenomenologi Tentang Makna Bullying Dan Pencapaian Posttraumatic growth Pada Mahasiswa Penyintas Bullying Di Bali. PSIKOLOGI KONSELING, 20(1), 1369- 1382.
Goleman, Daniel. (2009.) Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Goleman, Daniel. (2015.) Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
62
Gusniawati, Mira. (2015). “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar Terhadap Penguasaan Konsep Matematika Siswa SMAN Di Kecamatan Kebon Jeruk”. Jurnal Formatif 5(1). Hlm. 26-41.
Goleman, Daniel. (2000). “Kecerdasan Emosional”. Jakata : PT Gramedia. Pustaka Utama.
https://www.depoedu.com/2022/12/13/edu-talk/membaca-statistik-tentang-kasus- bullying -di-indonesia/
Jeong, Jae-Seon, Lee, Seul-Hi, Lee, Sang-Gil. (2017). “When Indonesians Routinely Consume Korean Pop Culture: Revisiting Jakartan Fans of the Korean Drama Dae Jang Geum”. International Journal of Communication, 11, 2288-2307.
Mintasrihardi, Abdul Kharis, Nur’Ain, (2019), Dampak Bullying Terhadap Perilaku Remaja, Jurnal Ilmu Administrasi Publik, FISIP UM Mataram
Saiffuddin Azwar,. (2015). Metode Penelitian . Yogyakarta : Pustaka Belajar Setyawan, A. A., & Simbolon, D. (2018). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika siswa smk kansai pekanbaru.
Steven, W., & Sahrah, A. (2019, April). Pengaruh kecerdasan emosi dan efikasi diri terhadap stres kerja pada karyawan nu imej agency and event organizer Yogyakarta. In Prosiding Seminar Nasional Pakar (pp. 2- 6).
STUDENT, S. C. D. M. O. (2013). Pengaruh self efficacy dan dukungan sosial keluarga terhadap kemantapan pengambilan keputusan karir siswa.
63
Susilawati, (2014), Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon, Universitas Pendidikan Indonesia
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.
Widanarti, N., & Indati, A. (2002). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan self efficacy pada remaja di SMU Negeri 9 Yogyakarta. Jurnal Psikologi UGM, 29(2), 112-123.\
64
LAMPIRAN
65
LAMPIRAN 1 EXPERT JUDGEMENT
a. Form Expert Judgement
b. Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus Aiken’s V c. Rekapitulasi Data Expert Judgemen
66 form Expert Judgement
Jakarta, 25 Juni 2023 Assalamu’alaikum wr.wb
Salam sejahtera bagi kita semua
Bapak/Ibu yang saya hormati Perkenalkan, saya Putri Nurhidayah, mahasiswi Program Studi Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I angkatan 2019 dengan NIM 1924090187. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga dan Kecerdasan Emosional Terhadap Post Traumatic Growth Pada Penyintas Bullying Di Panti Asuhan Jakarta Timur”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga dan Kecerdasan Emosional Terhadap Post Traumatic Growth Pada Penyintas Bullying Di Panti Asuhan Jakarta Timur
Saya berharap Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktu sebagai Expert Panel dalam keperluan Expert Judgement untuk memberikan penilaian terhadap instrument pengukuran dalam penelitian ini.
Jika Bapak/Ibu memiliki pertanyaan, kritik atau saran mengenai instrument pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini Bapak/Ibu dapat menghubungi saya melalui Whatsapp di nomor 085719106649 atau E-mail [email protected] Atas Kesediaan Bapak/Ibu, Saya ucapkan terima kasih.
Peneliti, Putri Nurhidayah
67
LEMBAR EXPERT JUDGEMENT Penyusun : Putri Nurhidayah
Materi : Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga dan Kecerdasan Emosional Terhadap Post Traumatic Growth Pada Penyintas bullying
Sasaran Penelitian : Remaja akhir di Lingkungan RW 03 Pisangan Timur Judul Penelitian : Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Post Traumatic Growth Pada Penyintas Bullying di Lingkungan RW 03 Pisangan Timur
Validator yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Beserta Gelar : Pekerjaan :
Instansi :
68
Skala Penelitian Post Traumatic Growth
Posttraumatic growth di definisikan sebagai perubahan psikologis secara positif sebagai hasil perjuangan individu terhadap suatu kejadian yang sangat menantang, menekan, dan traumatis (Calhoun dan Tedeschi, 2014). Posttraumatic growth bukan akibat langsung dari trauma melainkan hasil perjuangan individu dengan realitas baru setelah trauma. Kondisi tersebut disebabkan oleh traumatis yang merangsang terjadinya adaptasi individu terhadap cara individu memahami dunia dan posisi individu di dunia sehingga dapat mengarahkan individu menuju Posttraumatic growth.
Menurut Calhoun dan Tedeschi terdapat lima indikator Posttraumatic growth , yaitu:
a. Appreciation of life, merujuk pada perubahan mengenai prioritas hidup individu seiring dengan peningkatan penghargaan terhadap hal yang masih dimilikinya, dan juga cara individu menghargai hal hal yang awalnya dianggap kecil atau buruk, menjadi sesuatu yang penting dan penuh makna.
b. Relating to others yaitu perubahan dalam relasi dengan orang lain, dengan memulai mengembangkan hubungan yang lebih intim dan lebih berarti, serta berkembangnya perasaan altruisme dalam diri individu.
c. Personal strength, merupakan kemampuan untuk dapat mengenali dan mengembangkan kekuatan dalam dirinya serta peningkatan ataskemampuan tersebut.
d. New possibilities, merupakan kemampuan remaja untuk mengidentifikasikan kesempatan atau peluang baru atau mengembangkan minat dan cita cita yang ingin dicapai dalam hidupnya.
e. Spiritual development yaitu peningkatan spiritual yang ditandai dengan pendekatan diri kepada Tuhan ataupun munculnya pertanyaan pertanyaan eksistensial.
69
Bagian ini terdiri dari 42 item pernyataan mengenai Posttraumatic growth sesuai dengan Likert, yakni:
1. Relevan (R)
2. Cukup Relevan (CR) 3. Kurang Relevan (KR) 4. Tidak Relevan (TR)
Indikator No +/- Pernyataan R CR KR TR Saran Appreciati Menghargai 1 + Saya berolahraga
on of life apa yang untuk menjaga
(Menghar Dimiliki tubuh saya tetap
gai hidup) Sehat
2 + Saya berterima kasih pada diri saya sendiri atas semua hal yang telah saya Lewati
3 + saya bersyukur atas kehidupan yang saya jalani hingga saat ini
4 - Saya malas
berolahraga karena menurut saya olahraga itu tidak Penting
5 - Saya selalu merasa tidak puas atas pencapaian saya sampai saat ini 6 - Saya merasa hidup
orang lain lebih Beruntung
dibandingkan hidup Saya
Menghargai 7 + Saya mampu
diri sendiri Menolak
permintaan orang lain apabila saya
70 tidak bias Memenuhi permintaan orang tersebut
8 + Saya tidak akan diam apabila saya mendapat
perlakuan tidak pantas
9 - Saya akan sangat berusaha memenuhi permintaan setiap orang
10 - Saya merasa biasa saja ketika
mendapat perlakuan tidak pantas
Relating to Memiliki 11 + Saya berusaha
others hubungan untuk membangun
(hubungan yang lebih hubungan yang dengan dekat dengan baik dengan orang sekitar) sekitar orang disekitar saya
12 + Ketika ada orang yang sedang curhat maka saya akan mendengarkan dengan baik
13 - Saya bersikap acuh dengan kondisi disekitar saya 14 - Saya akan
menghindar ketika ada orang lain yang ingin mengajak saya mengobrol Berkembang 15 + Ketika saya melihat
nya perasaan orang yang
altruisme kesusahan muncul
rasa ingin menolong
71 16 + saya berusaha
semampu saya untuk menolong orang yang tengah mengalami
kesulitan
17 - Saya tidak peduli dengan keadaan teman yang sedang membutuhkan bantuan Personal Mengenali 18 + Saya dapat
strength kemampuan menyebutkan
(Kemamp dalam dirinya kelebihan yang
uan diri) saya miliki
19 + Saya memiliki tujuan yang jelas dalam hidup saya 20 - Saya tidak
memiliki
kemampuan yang bisa dibanggakan 21 - Saya tidak
memiliki rencana dalam hidup Mengembang 22 + Saya berusaha
kan meningkatkan
kemampuan kemampuan dalam
dalam dirinya diri saya 23 + Saya senang
mempelajari hal hal baru
24 - Saya lebih senang bermalas malasan dirumah daripada beraktivitas diluar 25 - Saya tidak
mengikuti pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan saya
New Mengembang Saya suka
72
possibilitie kan minat 26 + bergabung dengan
s (Peluang orang orang yang
Baru) memiliki minat
yang sama dengan saya
27 + Saya sering
mengikuti kegiatan yang sesuai dengan minat saya
28 - Saya merasa tidak berminat dengan kegiatan apapun 29 - Saya tidak pandai
dalam pelajaran matematika tetapi tidak berusaha untuk belajar menjadi lebih pandai
Mengembang 30 + Dalam hidup saya kan cita cita memiliki tujuan
yang harus saya capai satu per satu 31 + Saya sangat
berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan
Saya 32 - Saya tidak
memiliki tujuan yang harus dicapai 33 - Saya mudah
menyerah ketika tujuan yang ingin saya capai terlihat tidak mungkin Spiritual Mendekatkan 34 + Saya berusaha Developm diri kepada beribadah tepat
73
ent Tuhan YME waktu
(Peningkat an
35 + Dalam beribadah saya akan
spiritual) melakukannya
dengan khusyuk 36 + Saya akan berdoa
sebelum memulai aktivitas
37 - Saya beribadah dengan khusyuk hanya saat saya mengalami persoalan dalam hidup
38 - Saya beribadah dengan terburu buru
Munculnya 39 + Terkadang saya pertanyaan berpikir tentang apa
altruisme sebenarnya tujuan
saya dalam hidup ini
40 + Terkadang muncul pertanyaan dalam diri saya bahwa siapakah diri saya yang sebenarnya 41 - Saya tidak pernah
memikirkan siapa diri saya
sebenarnya 42 - Saya tidak pernah
memikirkan apa tujuan saya sebenarnya
74
Skala Dukungan Sosial Keluarga
Istilah social support di definiskan bahwa sosial merupakan bentuk relasi dan interaksi antara dua individu atau lebih, sementara dukungan dipahami sebagai pemenuhan kebutuhan individu lain serta dorongan dan pengorbanan yang diberikan berupa semangat maupun nasihat ketika menghadapi situasi yang sulit hal ini dikemukakan oleh Chaplin (dalam Marheni, 2019). Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan pada dukungan sosial keluarga. Friedman (dalam yuliya, 2019) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga melalui pemberian dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan intrumental, dan dukungan emosional. House menyebutkan terdapat empat aspek dukungan sosial keluarga, yaitu: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi. Ciri dari tiap aspek tersebut, yaitu:
a. Dukungan emosional yang meliputi empati, perhatian, kepedulian, dan berbagai bentuk ungkapan positif. Dukungan emosional akan membuat individu merasa dirinya berharga dan dicintai.
b. Dukungan penghargaan, biasanya meliputi bentuk apresiasi terhadap pencapaian individu, memberikan dorongan yang positif sehingga mereka merasa mendapat dorongan untuk maju.
c. Dukungan instrumental, merupakan bentuk dukungan yang diberikan secara langsung dalam bentuk nyata, bantuan yang diberikan bisa dalam bentuk jasa atau materi yang dapat membantu individu dalam pekerjaannya maupun mengurangi stress yang tengah dialami.
d. Dukungan informasi, sesuai namanya bentuk dukungan ini adalah berupa nasihat, saran, petunjuk, atau umpan balik tentang kesulitan atau masalah yang tengah dihadapi individu.
75
Bagian ini terdiri dari 24 item pernyataan mengenai Dukungan Sosial Keluarga sesuai dengan Likert, yakni:
1. Relevan (R)
2. Cukup Relevan (CR) 3. Kurang Relevan (KR) 4. Tidak Relevan (TR)
Aspek Indikator No +/- Pernyataan R CR KR TR Saran Dukungan Mendapatkan 1 + Ketika saya sedang
emosional motivasi dari memiiki masalah
keluarga keluarga saya hadir
untuk memotivasi saya
2 - Keluarga saya tidak peduli kepada saya ketika saya
memiliki masalah 3 + Saya tidak pernah merasa sendirian karena keluarga saya selalu bersama saya
4 - Saya merasa kesepian karena kurangnya
kehadiran keluarga 5 + Ketika saya sedang
stress maka
keluarga saya akan menghibur saya 6 - Keluarga saya tidak
peduli dengan keadaan saya Dukungan Mendapatkan 7 + Ketika saya dapat Penghargaan apresiasi mencapai sesuatu
hal yang positif maka keluarga saya
76
akan memuji saya 8 - Keluarga saya tidak
peduli dengan pencapaian saya 9 + Saya mendapatkan
hadiah setelah menyelesaikan sesuatu hal yang sulit
10 - Saya tidak mendapatkan apa apa meskipun telah mengerjakan sesuatu hal yang sulit
11 + Keluarga saya selalu memberikan ungkapan positif sehingga membuat saya percaya diri 12 - Keluarga saya
selalu berbicara dengan kasar Dukungan Menerima 13 + Keluarga saya instrumental banuan jasa bersedia membantu
saya menghapi masalah yang ada 14 - Keluarga saya
membiarkan saya menyelesaikan masalah saya sendiri
15 + Keluarga saya bersedia membantu dalam
permasalahan sulit 16 - Keluarga tidak
peduli dengan permasalahan yang saya hadapi
Menerima 17 + Keluarga saya
bantuan bersedia membantu
77
materi saya dalam hal
keuangan
18 - Keluarga saya tidak bersedia membantu ketika saya
mengalami masalah keuangan
Dukungan Menerima 19 + Ketika saya
informasi nasehat melakukan
kesalahan maka keluarga saya akan memberikan nasehat kepada saya
20 + Saya selalu mendapat nasehat yang positif dari keluarga saya 21 - Keluarga saya
bersikap cuek meskipun saya telah melakukan suatu kesalahan menerima 22 + Keluarga saya
arahan selalu memberikan
arahan yang positif kepada saya
23 + Ketika saya sedang dilema untuk mengambil sebuah keputusan maka keluarga saya mengarahkan saya kepada keputusan yang positif
24 - Keluarga saya tidak peduli dengan kehidupan saya
78
Skala Penelitian Kecerdasan Emosional
Setyawan dan Simbolon (2018) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi dari individu siswa dimana dengan adanya kecerdasan emosional yang tinggi dari siswa makan dapat menuntut siswa untuk mengakui, mengharga easaan pada diri sendiri dan orang lain serta menanggainya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari hari terutama dalam sekolahnya. Sedangkan menurut Goleman (2009) kecerdasan emosi diartikan sebagai kemampuan mengendalikan diri dari emosi, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan rangsangan, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, mampu berempati dan membina hubungan dengan orang lain. Goleman menggambarkan kecerdasan emosi dalam 5 aspek kemampuan utama, yaitu:
A. Mengenali emosi diri
Kemampuan untuk mengenali perasaan ketika perasaan itu terjadi. Kemampuan tersebut adalah dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebut kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran individu akan emosinya sendiri. Menurut Mayer kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.
B. Mengelola emosi
Kemampuan individu dalam mengontrol perasaan agar dapat terungkap dengan tepat. Menjaga agar emosi negatif tetap terkendali merupakan kunci menuju kecerdasan emosi. Emosi berlebihan yang meningkat dengan intensitas yang lama akan merusak kestabilan emosi. Kemampuan mengelola emosi adalah
79
sebagai berikut, yaitu: kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat akibat yang ditimbulkannya, serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan tertekan.
C. Memotivasi diri sendiri
Untuk mencapai kecerdasan emosi individu harus memiliki motivasi dalam dirinya, artinya ia harus memiliki ketekunan untuk mengendalikan emosi yang ada, mampu menahan diri terhadap kepuasan pelampiasan emosi, serta memiliki perasaan motivasi yang positif seperti antusiasme, semangat, optimis dan percaya diri.
D. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan ini disebut juga dengan empati. Individu yang memiliki kemampuan empati biasanya lebih peka dengan lingkungan sekitarnya dan lebih mampu memahami apa yang orang lain butuhkan dan lebih terbuka dalam menerima sudut pandang orang lain. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rosentthal didapatkan hasil bahwa orang orang yang memiliki rasa empati akan lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional dan lebihmudah bergaul.
Nowicki menyebutkan individu yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosinya dengan baik akan terus merasa frustasi. Individu yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi.
Semakin individu mampu terbuka dengan pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakuinya makan individu tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
E. Membina hubungan
Merupakan kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki olehindividu.
Ketika individu sudah mampu mengenali emosinya sendiri, mampu mengendalikan emosi dirinya, mampu memotivasi dirinya maka ia sudah