• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

Perbedaan rerata laju membaca menggunakan HMD berbasis smartphone dan alat bantu low vision optik tidak bermakna secara statistik. Tidak banyak penelitian yang membandingkan laju membaca menggunakan HMD dengan alat bantu optik. Peterson dkk melaporkan laju membaca menggunakan HMD yang lebih tinggi dibanding alat bantu optik, yaitu 85 kpm dan 61 kpm.53 Penelitian oleh Culham dkk mendapatkan hasil yang berbeda. Laju membaca menggunakan alat bantu low vision optik (95 kpm) lebih tinggi dibandingkan dengan empat jenis HMD berbeda (55-70 kpm).77 Ortiz dkk melaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara CCTV dengan HMD.78 Taylor dkk melaporkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada laju membaca maksimal menggunakan portable digital magnifier dan alat bantu low vision optik.79 Penelitian oleh Wittich dkk melaporkan tidak terdapat perbedaan laju membaca maksimal menggunakan eSight Eyewear (102 kpm) dibandingkan tanpa alat bantu low vision (92 kpm). Penelitian tersebut mendapatkan peningkatan ukuran cetak kritis (1,08 logMAR tanpa alat dan 0,59 logMAR dengan alat) dan indeks aksesibilitas membaca (0,23 kpm/200 tanpa alat dan 0,34 kpm/200 dengan alat).18

Kelebihan utama HMD dibanding alat bantu optik adalah magnifikasi yang dapat diubah, FOV yang lebih luas, dan kemampuan meningkatkan kontras.12,16,18 Penggunaan HMD memerlukan koordinasi tangan dan stabilisasi

55 kepala yang baik untuk dapat melakukan pemindaian teks dan membaca yang optimal.77 Retinal image slip akibat ketidakseimbangan antara gerakan mata dan kepala akibat gambar yang dimagnifikasi dapat menurunkan tajam penglihatan dan menyebabkan motion sickness.80

Kemampuan meningkatkan kontras pada HMD berbasis smartphone diharapkan dapat meningkatkan laju membaca dibanding alat bantu optik dalam membaca surat kabar dengan ukuran huruf N10 dan kontras 71-75%. Berdasarkan Lovie-Kitchin dan Whittaker, cadangan kontras 10-20:1 dibutuhkan untuk membaca dengan lancar, sehingga untuk membaca surat kabar dibutuhkan sensitivitas kontras minimal sebesar 3,75-7,5% (1,1-1,4 logCS).50 Crossland dan Rubin melaporkan sensitivitas kontras yang dibutuhkan untuk membaca surat kabar dengan lancar dan sangat lancar adalah 0,69 logCS (20%) dan 1,09 logCS (8%).81 Sesuai dengan prinsip kebutuhan sensitivitas kontras tersebut, subjek penelitian dengan sensitivitas kontras 1,25-5% mampu membaca dengan laju >40 kpm, sedangkan pada sensitivitas kontras 10-25% memiliki laju membaca yang lebih lambat. Kemampuan meningkatkan kontras pada HMD berbasis smartphone dapat meningkatkan kontras gambar hingga 90-100%, namun hasil penelitian ini menunjukkan HMD berbasis smartphone tidak dapat meningkatkan laju membaca secara signifikan. Taylor dkk melaporkan laju membaca maksimal menggunakan kartu MNREAD dengan kontras rendah lebih tinggi pada alat bantu optik dibandingkan dengan portable digital magnifier. Pengaturan kontras yang tidak

optimal menyebabkan laju membaca yang kurang maksimal akibat waktu adaptasi alat yang kurang.79

Gambar 4.1 menunjukkan tren laju membaca menggunakan HMD berbasis smartphone lebih tinggi dibanding alat bantu low vision optik pada power alat optik ≥12 D, namun tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara kedua alat.

Head-mounted display memiliki FOV yang lebih luas dan kemampuan mengubah magnifikasi. Field of view alat akan semakin sempit apabila power dan magnifikasi alat optik semakin besar.11–13 Magnfikasi alat dapat diubah sehingga FOV alat dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Nguyen dkk melaporkan laju membaca yang semakin rendah dengan meningkatnya kebutuhan magnifikasi.

Laju membaca menggunakan alat bantu low vision dengan magnifikasi ≤3 kali, 4- 6 kali, dan >6 kali, secara berurutan adalah 95±28 kpm, 72±24 kpm, dan 46±29 kpm). Alat bantu low vision elektronik merupakan pilihan terapi pada pasien dengan kebutuhan magnifikasi >6x pada penelitian tersebut.56 Berdasarkan penelitian oleh Lovie-Kitchin dan Woo, pasien low vision dengan laju membaca

>75 kpm dapat diberikan CCTV dengan magnifikasi minimal untuk memaksimalkan FOV, sedangkan pada pasien dengan laju membaca yang lebih rendah dapat diberikan magnifikasi maksimal untuk meningkatkan laju membaca.82 Jarak kerja yang sangat dekat pada alat bantu optik dengan power yang besar dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Head-mounted display memiliki jarak kerja yang lebih jauh tanpa mengorbankan magnifikasi dan FOV

57 sehingga dapat digunakan pada posisi yang lebih natural.17,80

Alat bantu low vision optik dan HMD berbasis smartphone memiliki laju membaca yang tidak berbeda secara bermakna berdasarkan derajat gangguan penglihatan. Laju membaca pada subjek dengan gangguan penglihatan sedang kurang lebih dua kali lebih tinggi dibanding gangguan penglihatan berat (44,80±31,50 kpm dan 24,43±15,73 kpm). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian oleh Nguyen dkk yang melaporkan peningkatan laju membaca menjadi 84±30 kpm pada subjek dengan tajam penglihatan 1,0 logMAR atau lebih baik dibandingkan 40±13 kpm pada subjek dengan tajam penglihatan kurang dari 1,0 logMAR.57 Ramulu dkk melaporkan bahwa setiap perburukan tajam penglihatan sebesar 0,1 logMAR, laju membaca menurun 15 kpm.97

Berdasarkan gangguan lapang pandang, tidak terdapat perbedaan laju membaca menggunakan kedua alat. Nguyen dkk melaporkan peningkatan laju membaca setelah pemberian alat bantu low vision pada pasien AMD. Sebanyak 42% subjek penelitian menggunakan CCTV sebagai alat bantu low vision pilihan.56 Ergun dkk melaporkan laju membaca dan tajam penglihatan dekat berhubungan dengan ukuran skotoma absolut.83 Alat bantu low vision tidak dapat mengkompensasi dampak dari skotoma, sehingga kelancaran membaca akan sulit dicapai.50,84 Head-mounted display berbasis smartphone memiliki laju membaca yang lebih tinggi secara signifikan pada kelompok atrofi diskus optikus. Neuropati optik memiliki skotoma yang bervariasi tergantung dari serabut saraf terlibat,

namun tidak dilakukan pemeriksaan skotoma pada penelitian ini.85 Altpeter dkk melaporkan penurunan laju membaca pada pasien neuropati optik herediter Leber yang berhubungan dengan ukuran skotoma sentral, selain itu pasien dengan laju membaca kurang dari 50 kpm memerlukan magnifikasi yang lebih besar.86

Subjek dengan gangguan lapang pandang perifer memiliki laju membaca menggunakan kedua alat yang terendah dibandingkan dengan gangguan lapang pandang lain. Subjek dengan glaukoma dan retinitis pigmentosa memiliki laju membaca yang rendah dengan menggunakan kedua alat. Pasien dengan glaukoma berat mengalami kesulitan dalam menggunakan alat bantu optik karena gambar yang dimagnifikasi lebih besar dari sisa lapang pandang fungsionalnya, sehingga diperlukan alat bantu elektronik yang dapat menyesuaikan kebutuhan magnifikasi pasien.89 Virgili dkk melaporkan sebanyak 25% pasien dengan retinitis pigmentosa mengalami penurunan laju membaca pada ukuran huruf 1,0 hingga 1,3 logMAR atau setara dengan N40 hingga N80 pada jarak baca 40 cm.

Penggunaan alat bantu dengan magnifikasi besar menjadi tidak optimal akibat konstriksi lapang pandang. Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pencarian dan pemindaian teks dapat meningkatkan laju membaca.90

Laju membaca pada penelitian ini lebih rendah dibanding penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya.18,79,82 Kartu MNREAD memiliki 10 kata dan 12-15 suku kata per kalimat (1,2-1,5 suku kata per kata),91 sedangkan paragraf surat kabar yang digunakan pada penelitian ini memiliki 33 kata dan 91 suku kata (2,7

59 suku kata per kata). Pengukuran menggunakan satuan ukur suku kata per menit dapat memperoleh hasil yang lebih dapat dibandingkan dengan hasil penelitian lain. Suku kata per menit lebih menggambarkan hasil yang sesungguhnya dibanding kata per menit karena perbedaan panjang kata pada setiap bahasa, namun untuk keperluan sehari-hari kata per menit lebih lazim digunakan.92

Dokumen terkait