• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini telah dilakukan formulasi tepung belut (Monopterus albus Zuiew) dalam sediaan kapsul bertujuan untuk mengetahui aktivitas pengawet alami dalam sediaan kapsul dari tepung belut (Monopterus albus Zuiew). Belut yang digunakan dibeli di daerah Kamang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Belut diidentifikasi di Museum Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. Hasil identifikasi

55

menunjukkan bahwa hewan tersebut tergolong famili Synbranchidae dengan spesies Monopterus albus Zuiew dan memiliki nama daerah yaitu baluik.

Formula yang digunakan berdasarkan persyaratan isi sediaan kapsul berisi granul antara lain zat aktif, bahan pengikat, bahan pelincir, bahan pengisi dan bahan pengawet. Avicel PH 102 bertujuan untuk bahan pengisi, lubrikan dan desintegran. Dipilih karena memiliki ukuran partikel lebih besar sehingga dapat meningkatkan sifat alir dari granul. Magnesium stearat digunakan sebagai bahan pelincir untuk fase luar yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan alir dari granul. Mucilago amylum digunakan sebagai pengikat dalam pembuatan granul, dipilih karena ketersediaannya melimpah dan mempunyai persyaratan pengikat yang baik.

Pemeriksaan terhadap bahan-bahan tambahan juga perlu dilakukan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Edisi V dan Handbook of Pharmaceutical Exipients Edisi VII. Pemeriksaan tersebut meliputi organoleptis dengan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa semua bahan tambahan yang digunakan sudah memenuhi persyaratan (Lampiran 3, Tabel XII - XVII).

Penambahan pengawet bertujuan untuk memperpanjang lama simpan sediaan kapsul dan juga dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, dan penguraian lain terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme (Depkes RI, 2014). Bahan pengawet yang digunakan adalah bahan pengawet alami yang berasal dari alam. Pengawet alami memiliki keunggulan dibandingkan dengan pengawet sintesis. Pengawet alami dapat mempertahankan bahan makanan dengan biaya yang relatif murah dan ramah lingkungan (Adelaku, 2014). Zat aktif yang terkandung dalam berbagai jenis

56

ekstrak tumbuhan diketahui dapat menghambat beberapa mikroba patogen maupun perusak makanan. Zat aktif tersebut dapat berasal dari bagian tumbuhan seperti biji, buah, rimpang, batang, daun, dan umbi (Koswara, 2009). Pengawet yang digunakan eksrtrak jahe, ekstrak belimbing wuluh dan eksrak bawang putih dengan konsentrasi masing-masing 30%.

Belut diekstraksi dengan metode rendering basah menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 min dan tekanan 15 psi, karena pada suhu tersebut kandungan nutrisi belut seperti vitamin dan mineral tidak mengalami kerusakan selama ekstraksi (Agoes, 2009). Penggunaan panas bertujuan untuk melunakkan tulang belut dan untuk sterilisasi. Ekstrak yang didapatkan berwarna putih kekuningan, keruh dan memiliki bau khas. Belut yang telah diekstraksi, ditambahkan pengawet. Setelah pengawet menyerap belut dikeringkan di dalam oven suhu 55 ºC kemudian dihaluskan dan didapat tepung belut. Hasil pemeriksaan tepung belut dapat dilihat pada tabel dibwah ini:

Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Tepung Belut

No. Pemeriksaan Pengamatan

1. Organoleptis

 Bentuk

 Warna

 Bau

 Rasa

 Serbuk

 Coklat

 Khas

 Khas 2. Kandungan Air

 F1

 F2

 F3

 3,16%

 3,22%

 3,09%

Granul setelah diformulasi, dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam cangkang kapsul no 2, lalu dilakukan evaluasi granul yang bertujuan untuk

57

mengetahui kualitas granul yang dihasilkan, meliputi organoleptis, kandungan air, kecepatan alir, sudut istirahat, bobot jenis nyata, bobot jenis mampat, bobot jenis benar, kompresibilitas, dan faktor hausner. Hasil rekapitulasi evaluasi granul dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel X. Hasil Rekapitulasi Evaluasi Massa Kapsul

Evaluasi F1 F2 F3

Persyaratan (Lachman dkk, 1994; Voigt, 1995) Organoleptis

- Bentuk - Warna - Bau

Granul Abu-abu

Khas

Granul Abu-abu

Khas

Granul Abu-abu

Khas

- - - Kandungan Air (%) 4,19 3,64 4,02 2-5%

(baik) Kecepatan Alir

(g/s) 7,14 7,04 7,09 10 g/s

Sudut Istirahat (°) 27,11 27,47 27,74 25-30°

(Sangat baik)

BJ Nyata (g/mL) 0,3529 0,3529 0,3571 -

BJ Mampat (g/mL) 0,3896 0,3846 0,3947 -

BJ Benar (g/mL) 1,4553 1,4553 1,4560 -

Kompresibilitas (%) 9,4199 8,2423 9,5262 < 10 (Sangat baik) Faktor Hausner 1,1039 1,0898 1,1052 1,00 – 1,11

(Sangat baik) Pemeriksaan organoleptis granul kapsul tepung belut diperoleh hasil yaitu berbentuk granul, berwarna abu-abu, berbau khas , dan berasa khas. Pemeriksaan kandungan air granul dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance. Pada tabel XIX menunjukan hasil pemeriksaan kandungan air semua formula memenuhi persyaratan kandungan air yaitu 2-5% (Voigt, 1995). Kandungan air yang terlalu rendah akan menyebabkan granul mudah rapuh, sebaliknya jika kandungan air terlalu tinggi maka akan menghasilkan granul yang lembab dan menjadi faktor pendukung tumbuhnya mikroba.

58

Pengujian kecepatan alir massa granul dilakukan untuk mengetahui granul mempunyai kecepatan alir yang baik atau tidak. Granul dengan aliran yang kurang baik akan menyebabkan aliran granul ke badan kapsul tidak sempurna, akibatnya bobot yang dihasilkan tidak konstan. Pada tabel XX menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki kecepatan alir yang baik dan memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 10 g/s.

Sudut istirahat merupakan sudut yang terbentuk dari granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suatu bidang datar. Suatu granul memiliki sudut istirahat yang sangat baik jika kurang dari 30 ° maka dapat dikatakan granul memiliki sifat alir yang baik (Lachman dkk, 1994). Pada tabel XXI menunjukkan bahwa keempat formula memiliki sudut diam yang memenuhi persyaratan karena tidak lebih dari 30 °.

Kompresibilitas adalah kemampuan granul untuk tetap kompak dengan adanya tekanan. Faktor hausner dinyatakan dalam perbandingan antara berat jenis mampat dengan berat jenis nyata granul. Pada tabel XXIV menunjukkan hasil pengujian yang sudah dilakukan bahwa semua formula memiliki hasil index kompresibilitas yang sangat baik karena memenuhi persyaratan yaitu < 10%

(Lachman dkk, 1994). Perhitungan nilai faktor hausner menunjukkan hasil yang sangat baik, karena semua formula menunjukkan hasil yang berada pada rentang 1,00-1,11.

59

Setelah granul dievaluasi, granul dimasukkan kedalam cangkang kapsul kemudian dilakukan evaluasi kapsul meliputi keragaman bobot dan uji waktu hancur. Hasil evaluasi kapsul dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel XI. Hasil Rekapitulasi Evaluasi Kapsul

Evaluasi F1 F2 F3

Persyaratan (Depkes, 1979 ; Ansel,

1989 ; Depkes, 1995)

Keragaman

Bobot 0,0133% 0,0155% 0,0134%

Tidak lebih 2 kapsul menyimpang dari 7,5%

dan tidak 1 kapsul pun yang menyimpang dari

15%

Waktu

Hancur 12 min 14 s 12 min 41 s 12 min 30 s < 15 min

Uji keragaman bobot dilakukan untuk melihat keragaman dosis obat yang masuk ke dalam tubuh sehingga dosis setiap kapsul diharapkan sama dan sesuai dengan keamanan dari sediaan kapsul tersebut. Pengujian keragaman bobot dapat dilakukan menggunakan neraca analitik. Bobot isi kapsul sebesar 150 mg, yang persyaratan penyimpangannya tidak boleh lebih dari 2 kapsul yang penyimpangannya lebih besar dari 7,5% dan tidak satu kapsul pun yang penyimpangannya melebihi 15%. Hasil evaluasi parameter-parameter kapsul memenuhi persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV dan V.

Pada tabel XXVI menunjukkan hasil keragaman bobot yang hampir seragam pada semua formula dan tidak ada formula kapsul yang menyimpang dari rentang keragaman bobot.

Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul untuk hancur menjadi butiran bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat desintegration tester. Persyaratan

60

waktu hancur kapsul adalah tidak lebih dari 15 min. Pada tabel XXVII menunjukkan hasil semua formula memenuhi persyaratan karena memiliki waktu hancur yang kurang dari 15 min.

Kapsul dibuat dengan bahan utama tepung belut. Mengingat belut termasuk komoditas hasil pangan yang mudah rusak atau busuk, maka pada saat proses pembuatan tepung belut ditambahkan pengawet untuk menghambat pertumbuhan mikroba dan memperpanjang masa simpan kapsul. Untuk mengetahui efektivitas pengawet dalam tepung belut pada sediaan kapsul dapat menggunakan metode angka kapang. Metode ini dipilih karena pengerjaannya sederhana, mudah dan dapat dilakukan dengan mengamati tumbuh atau tidaknya koloni.

Pengujian dilakukan dengan mensuspensikan massa kapsul yang telah dihaluskan ke dalam aquadest sebanyak 9 mL dan dipipet 1 mL ke dalam cawan petri yang berisi media yang telah mengeras. Dari hasil uji yang telah dilakukan, pada hari ke 5 pengamatan sudah tumbuh bakteri dan jamur, dilakukan perhitungan koloni dengan menggunakan alat Colony Counter. Peneliti melanjutkan pengamatan pada hari ke 10 umur kapsul, jumlah pertumbuhan bakteri dan jamur semakin banyak dapat di lihat pada Tabel XXVIII.

Tumbuhnya bakteri dan jamur ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diduga konsentrasi pengawet yang kurang tinggi, pengawet yang digunakan tidak cocok dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur pada tepung balut dan sulitnya diperoleh kondisi lingkungan yang aseptis selama proses pengerjaan.

61

Hasil pertumbuhan bakteri dan jamur dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

(1) (2) (3)

Gambar 2. Foto pertumbuhan bakteri F1 pada hari ke 5

(1) (2) (3) Gambar 3. Foto pertumbuhan bakteri F2 pada hari ke 5

(1) (2) (3) Gambar 4. Foto pertumbuhan bakteri F3 pada hari ke 5

62

(1) (2) (3) Gambar 5. Foto pertumbuhan jamur F1 pada hari ke 5

(1) (2) (3)

Gambar 6. Foto pertumbuhan jamur F2 pada hari ke 5

(1) (2) (3) Gambar 7. Foto pertumbuhan jamur F3 pada hari ke 5

63

(1) (2) (3)

Gambar 8. Foto pertumbuhan bakteri F1 pada hari ke 10

(1) (2) (3)

Gambar 9. Foto pertumbuhan bakteri F2 pada hari ke 10

(1) (2) (3)

Gambar 10. Foto pertumbuhan bakteri F3 pada hari ke 10

64

(1) (2) (3) Gambar 11. Foto pertumbuhan jamur F1 pada hari ke 10

(1) (2) (3) Gambar 12. Foto pertumbuhan jamur F2 pada hari ke 10

(1) (2) (3) Gambar 13. Foto pertumbuhan jamur F3 pada hari ke 10

65

Dokumen terkait