Judul skripsi: Uji formulasi dan kerja bahan pengawet alami dalam pembuatan kapsul dari tepung belut (Monopterus Albus Zuiew). ujian pada tanggal 5 Februari 2020 berdasarkan ketentuan yang berlaku. Febriyenti, S.Si, M.Si, Apt dan Ibu Farida Rahim, S.Si, M.Farm, Apt selaku dosen pembimbing saya dan Bapak. H. Zulkarni R, S.Si, MM, Apt selaku dosen pembimbing akademik saya yang sangat membantu, membimbing dan menasihati saya selama ini.
Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas Bahan Pengawet Alami dalam Pembuatan Tepung Belut. kapsul (Monopterus Albus Zuiew)". Febriyenti, S.Si, M.Si, Apt dan Ibu Farida Rahim, S.Si, M.Farm, Apt selaku dosen pembimbing yang penuh perhatian dan sabar, meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam kegiatan akademik penulis. Zulkarni R, S.Si, MM, Apt selaku ketua Yayasan Perintis STIFI Padang sekaligus dosen pembimbing akademik yang memberi bimbingan dan arahan dalam kegiatan akademik penulis.
Telah dilakukan penelitian terhadap formulasi kapsul tepung belut (Monopterus albus Zuiew) yang mengandung bahan pengawet alami dengan metode granulasi basah dan pengujian aktivitas bahan pengawet tepung belut dalam sediaan kapsul. Hasil uji efektivitas bahan pengawet pada sediaan kapsul menunjukkan bakteri dan jamur tumbuh pada hari ke 5.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
Pada penelitian sebelumnya efektivitas bahan pengawet sintetik pada tepung belut telah diuji oleh Bareta (2018) pada sediaan kapsul dan Nuzulandari (2018) pada sediaan tablet. Telah dilakukan beberapa penelitian terdahulu yang juga menguji efektivitas bahan pengawet sintetik pada tepung belut dalam sediaan kapsul dan tablet, dengan bahan pengawet yang digunakan adalah kalium sorbat, natrium bisulfit, natrium nitrit dan kalsium propionat. Salah satu bahan pengawet yang berpotensi untuk digunakan sebagai pengawet alami pada tepung belut adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L).
Menurut Djafar dkk (2014), buah belimbing mempunyai pH yang rendah dan mengandung senyawa aktif berupa flavonoid dan triterpenoid yang mempunyai efek antibakteri. Penambahan ekstrak daun belimbing wuluh pada konsentrasi 20% mampu mempertahankan umur simpan tomat selama 25 hari (Ernawati, 2016). Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini dicoba bahan pengawet ekstrak kental jahe, belimbing, dan bawang putih dengan konsentrasi masing-masing 30%.
Dapat berbentuk kapsul tepung belut sebagai suplemen yang praktis dalam penyajiannya dan bermanfaat bagi kesehatan. Anda bisa memilih bahan pengawet yang memiliki aktivitas terbaik untuk tepung belut, yaitu yang berasal dari bahan alami.
TINJAUAN PUSTAKA
- Tinjauan Biologi Belut
- Klasifikasi dan Deskripsi Belut
- Kandungan gizi belut
- Ekstraksi Belut
- Tinjauan Kimia
- Asam Lemak dan Protein
- Tinjauan Farmakologi
- Tinjauan Farmasetika
- Kapsul
- Bahan Tambahan Kapsul
- Metode Pengisian Kapsul
- Evaluasi Kapsul
- Bahan Tambahan
- Tinjauan Umum
- Pengawet
- Monografi Pengawet
Pada analisis lemak ditemukan adanya asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada daging belut. Asam lemak tak jenuh antara lain asam palmitoleat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam eicosatrinoic, asam eicosatrinoic, asam arakidonat, asam eicosapentanoic, asam ducosatrinoic, asam clupanodonic dan asam duosahexanoic. Pada seluruh ikan air tawar yang diperiksa, kandungan asam lemak tak jenuhnya melebihi asam lemak jenuh dengan perbandingan 1:2 hingga 2:3.
Asam lemak mempunyai gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Oleh karena itu, sebagian besar lipid tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berminyak. Asam lemak tidak terdapat secara bebas atau sendiri-sendiri di dalam sel atau jaringan, namun terdapat dalam bentuk ikatan kovalen di berbagai kelas lipid (Lehninger, 1982). Belut kaya akan fosfor yang dapat meningkatkan pertumbuhan tulang, mencegah osteoforesis, menunjang kesehatan gigi dan gusi, serta sangat baik untuk perkembangan janin pada ibu hamil.
Ikan sidat juga mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6 yang berfungsi untuk kecerdasan otak pada anak, serta kandungan protein yang berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur (Winarno, 1992). Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Garam yang memiliki kelarutan tinggi umumnya tidak dapat digunakan pada kapsul gelatin keras, kapsul tidak cocok untuk bahan medis yang dapat mengembang, alat pengisian kapsul mempunyai kecepatan yang lebih lambat dibandingkan mesin press tablet (Ansel, 1989).
Kebanyakan kapsul yang beredar di pasaran merupakan kapsul yang dapat ditelan oleh pasien untuk kepentingan medis (Ansel, 1989). Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan bubuk, butiran atau butiran, butiran gula inert dapat dilapisi dengan bahan aktif dan senyawa pelapis yang dapat memberikan profil pelepasan lambat (Depkes RI, 1995). Glidan bekerja untuk meningkatkan aliran serbuk atau butiran sehingga meningkatkan sifat aliran serbuk dengan mengurangi gesekan antar partikel.
Dengan cara ini kapsul dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan membutuhkan sedikit tenaga kerja serta terjamin keseragamannya. Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman dan penguraian pangan lainnya yang disebabkan oleh mikroorganisme (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Senyawa tersebut merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdiri dari fenol, flavonoid, terpenoid dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe, diduga merupakan golongan senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba (Nursal dan Juwita, 2006).
Menurut Dwijoseputra (1994), saponin mempunyai molekul yang dapat menarik air atau bersifat hidrofilik dan molekul yang dapat melarutkan lemak atau bersifat lipofilik sehingga dapat. Mekanisme kerja bahan kimia bawang putih pada dinding sel adalah dengan menghilangkan komponen pada permukaan sel sehingga terjadi penipisan yang dapat menyebabkan rusaknya organel di dalam sel (lisis) yang pada akhirnya mengakibatkan kematian sel.
METODE PENELITIAN
- Waktu dan Tempat Penelitian
- Alat Dan Bahan
- Alat
- Bahan
- Prosedur Penelitian
- Pengambilan sampel
- Identifikasi Belut
- Pembuatan Ekstrak jahe, belimbing wuluh dan bawang putih
- Identifikasi Ekstrak
- Pembuatan Tepung Belut
- Pemeriksaan Pendahuluan
- Formulasi Kapsul Tepung Belut
- Formulasi Kapsul
- Cara Pembuatan Massa Kapsul
- Evaluasi Massa Kapsul
- Cara Pengisian Granul ke dalam Kapsul
- Evaluasi Sediaan Kapsul
- Uji Aktivitas Pengawet
- Sterilisasi Alat dan Bahan
- Pembuatan Media
- Pembuatan Sampel Uji
- Pengujian Aktivitas Pengawet
- Cara Perhitungan Koloni Pada Cawan
Filtrat yang dihasilkan diuapkan dengan rotavapor pada suhu 40℃ dan kecepatan 75 rpm hingga terbentuk ekstrak kental. Bintang laut segar sebanyak 30 kg dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian dipotong tipis-tipis agar proses pengeringan lebih mudah dan dikeringkan dengan cara dijemur di udara terbuka terlindung dari sinar matahari langsung. Filtrat yang dihasilkan diuapkan dengan rotavapor pada suhu 55℃ dan kecepatan 75 rpm hingga terbentuk ekstrak kental.
Rendemen ekstrak dihitung dengan membandingkan berat ekstrak kental yang diperoleh dengan berat rimpang aslinya. PH ekstrak kental diukur dengan mengencerkan 1 g ekstrak dengan air suling hingga 10 ml dalam wadah yang sesuai. Ekstrak ditimbang secara teliti sebanyak 1 g sampai 2 g dan dimasukkan ke dalam cawan porselen yang sebelumnya telah dipanaskan hingga suhu 105 ºC selama 30 menit dan ditara.
Belut yang sudah dibersihkan dicincang kasar ± 2 cm, ditimbang 300 g, dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditutup dengan alumunium foil. Kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf dan diatur suhunya menjadi 121 ºC selama 15 menit dengan tekanan 15 psi. Untuk kadar air dilakukan dengan cara mengukur kadar air 5 g tepung belut dengan menggunakan alat pengatur kadar air.
Laju aliran (Lachman dkk, 1994; Voigt, 1995; Siregar dan Saleh, 2010) Kapsul bermassa 10 g ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam corong pada pellet flow tester dan diratakan. Sudut istirahat (Lachman dkk, 1994; Siregar dan Saleh, 2010; Ansel, 2014) Kapsul bermassa 10 g ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam corong dan diratakan. Untuk memasukkan obat, butiran ditimbang sebanyak 150 mg untuk setiap kapsul, kemudian setiap bagian butiran dimasukkan ke dalam badan kapsul dan ditutup.
Labu Erlenmeyer dan gelas ukur ditutup dengan kapas dan dibungkus satu per satu dengan koran lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit (Dwidjoseputro, 1994; Pratiwi, 2008; Kementerian Kesehatan Indonesia, 2014). Erlenmeyer ditutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa, kemudian disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama 15 menit (Fardiaz, 1993; Pratiwi, 2008). Kapsul F1, F2, F3 yang sudah dibuka dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi, dilarutkan dalam 9 mL akuades, dikocok hingga homogen (Subandi, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
- Hasil Identifikasi Belut
- Hasil Pemeriksaan Tepung Belut
- Hasil Pemeriksaan Bahan tambahan dan bahan pengawet
- Hasil Evaluasi Massa kapsul
- Hasil Evaluasi Kapsul
- Hasil Pengujian Aktivitas Pengawet pada Tepung Belut ter
Pada saat pengujian aktivitas bahan pengawet tepung belut dalam sediaan kapsul terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur dilakukan dengan metode nomor bentuk termodifikasi, masing-masing tiga kapsul pada setiap formula, hasil yang diperoleh adalah bakteri dan jamur telah tumbuh pada hari tersebut. 5 (Lampiran 6, XXVIII ).
Pembahasan
Setelah bahan pengawet terserap, belut dikeringkan dalam oven bersuhu 55 ºC, kemudian diperoleh tepung belut yang dihaluskan. Pemeriksaan organoleptik butiran kapsul tepung belut menunjukkan bentuk granular, berwarna abu-abu, mempunyai bau yang khas dan rasa yang khas. Tabel XIX menunjukkan hasil pengecekan kadar air seluruh formula memenuhi syarat kadar air yaitu 2-5% (Voigt, 1995).
Tabel XX menunjukkan bahwa ketiga formula memiliki laju aliran yang baik dan memenuhi persyaratan tidak lebih dari 10 g/s. Tabel XXI menunjukkan bahwa keempat formula memiliki sudut diam yang memenuhi syarat, karena tidak lebih dari 30. Tabel XXIV menunjukkan bahwa hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh formula mempunyai hasil indeks kompresibilitas sangat baik karena memenuhi persyaratan , masing-masing <10%.
Perhitungan nilai faktor Hausner menunjukkan hasil yang sangat baik, karena semua rumus menunjukkan hasil pada rentang 1,00-1,11. Hasil evaluasi parameter kapsul memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV dan V. Tabel XXVI menunjukkan hasil keragaman bobot hampir sama pada seluruh formula dan tidak ada formula kapsul yang menyimpang dari rentang keragaman bobot.
Tabel XXVII menunjukkan hasil seluruh formula memenuhi syarat karena mempunyai waktu hancur kurang dari 15 menit. Mengingat belut merupakan komoditas pangan yang mudah rusak atau busuk, maka pada pembuatan tepung belut ditambahkan bahan pengawet untuk menghambat pertumbuhan mikroba dan memperpanjang umur simpan kapsul. Untuk mengetahui efektivitas bahan pengawet tepung belut pada sediaan kapsul dapat menggunakan metode nomor formulir.
Berdasarkan hasil pengujian, pada pengamatan hari ke 5 bakteri dan jamur tumbuh dan koloni dihitung dengan alat Colony Counter. Peneliti melanjutkan pengamatan pada hari ke 10 masa hidup kapsul, jumlah pertumbuhan bakteri dan jamur semakin meningkat, seperti terlihat pada Tabel XXVIII. Tumbuhnya bakteri dan jamur dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diduga konsentrasi bahan pengawet yang kurang tinggi, bahan pengawet yang digunakan tidak sesuai untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur pada tepung strip dan kesulitan dalam mencapai kondisi lingkungan aseptik selama proses pembuatan. proses pemrosesan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Kajian aspek biologi belut sawah (Monopterus albus) di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Efektivitas belimbing wuluh terhadap parameter mutu organoleptik dan pH ikan layang segar selama penyimpanan diruangan. Kajian Ekstrak Daun Belimbing Belimbing (Averrhoa bilimbi L) sebagai antibakteri pada mulsa pangan untuk memperpanjang umur simpan buah tomat (Lycopersium esculentum).
Formulasi dan pengujian gel anti jerawat dengan ekstrak etanol 70% buah belimbing (Averrhoa Bilimbi Linn) terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Pengaruh filtrat bawang putih (Allium Sativum Linn) terhadap jumlah koloni bakteri pada fillet ikan bandeng (Chanos chanos Forsk). Pengaruh kombinasi ekstrak etanol bawang putih (Allium sativum), temulawak mangga (Curcuma manggo) dan jeringau (Acorus calamus) terhadap enzim GTP dan GOT hati tikus putih betina (Rattus novergitus).
Kadar air - Kecepatan aliran - Sudut istirahat - Berat jenis sebenarnya - berat jenis terkompresi - Berat jenis sebenarnya - kompresibilitas - Rasio Hausner.