• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada pembahasan Hasil Penelitian akan dibahas mengapa Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar IPA? Dan mengapa Penerapan model (TSTS) perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA? akan diuraikan sebagai berikut:

Dalam Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan Hasil belajar IPA hendaknya mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Penguasaan produk ilmia atau produk IPA yang mengacu pada seberapa besar murid mengalami perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman tentang IPA baik berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori.

(b) Penguasaan proses ilmiah atau proses IPA mengacu pada sejauh mana murid mengalami perubahan dalam kemampuan proses keilmuan yang terdiri atas keterampilan proses IPA. (c) Hasil belajar IPA adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada murid dalam bidang IPA sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran IPA.

Pengajaran dan pembelajaran TSTS memiliki peranan dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA yaitu upaya membantu murid untuk dapat saling bekerjasama dalam kelompok dan dapat berinteraksi dengan kelompok lain dengan baik. Hal ini dimaksudkan untuk membantu murid saling berinteraksi dengan semua anggota kelompoknya.

Pada tindakan siklus 1 guru diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar murid terhadap materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya dengan menggunakan tahapan TSTS yaitu sebagai berikut:

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membagi murid menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 murid dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi murid dan suku.

2. Presentasi Guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

3. Kegiatan Kelompok

Pada kegiatan ini, proses pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap murid dalam satu kelompok.

Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, murid mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 murid) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau

memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu.

Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

4. Formalisasi

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan murid ke bentuk formal.

5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan

Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan murid dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan kooperatif Tipe (TSTS). Masing-masing murid diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan Tipe (TSTS), yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.

Dalam pembelajaran tindakan siklus 1, guru belum mampu melaksanakan pembelajaran secara optimal, kelima tahapan pembelajaran perubahan lingkungan dan pengaruhnya dengan menggunakan model TSTS belum mampu diaplikasikan dengan baik sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar murid, dimana

pada siklus 1 ini hasil belajar murid belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan. Murid belum mampu menyelesaikan soal tes dengan benar, pertanyaan dalam LKS sebagian belum terjawab, hal ini menunjukkan murid masih kurang memahami materi yang disampaikan guru, sehingga hasil belajar murid belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti.

Pada tindakan siklus 2 keberhasilannya sudah mencapai target yang diinginkan, hal ini dilihat dari jawaban murid pada LKS dan tes hasil belajar, sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan, dimana dalam pembelajaran pada siklus 2 ini juga menerapkan model TSTS sebagai upaya meningkatkan hasil belajar murid pada materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya, dengan langkah-langkah pembelajaran sama dengan siklus 1.

Tindakan pembelajaran pada siklus 2 ini sudah sesuai dengan yang diharapkan peneliti, dimana indikator pembelajaran atau tujuan pembelajaran telah tercapai dengan baik, dimana tujuan pembelajaran dalam materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya yaitu (1) murid dapat menyebutkan 4 contoh penyebab terjadinya perubahan lingkungan, (2) Murid dapat menjelaskan 4 contoh penyebab terjadinya perubahan lingkungan, (3) Murid dapat menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan, (4) Murid dapat mendeskripsikan cara pencegahan perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.

Keempat tujuan pembelajaran tersebut telah tercapai dengan baik, murid juga sudah mampu berinteraksi dengan baik dengan kelompokknya maupun dengan kelompok lain, murid juga beranggapan dengan menggunakan model

TSTS dalam belajar IPA, murid lebih mudah memahami materi yang diajarkan guru, dimana guru mengajarkan cara berinteraksi dengan baik.

Peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada murid kelas IV SD Inpres Mangasa I dapat dideskripsikan bahwa pada siklus I jumlah nilai murid yang hadir sebanyak 26 orang murid adalah 1733 dengan rata-rata kelas 67 berada pada kategori Cukup (C), sedangkan jumlah nilai hasil belajar murid yang hadir sebanyak 26 orang murid pada siklus II menjadi 2507 dengan rata-rata kelas menjadi 96 berada pada kategori Sangat Baik (SB) sehingga mengalami peningkatan nilai 774. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif terjadi peningkatan rata-rata nilai tes hasil belajar murid pada mata pelajaran IPA dan daya serap murid pada materi pelajaran menjadi lebih baik setelah melalui penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).

Jika dilihat dari ketuntasan belajar murid pada siklus I, ada 10 orang murid yang telah tuntas hasil belajarnya dengan jumlah persentase 38% dan murid yang tidak tuntas sebanyak 16 orang dengan jumlah persentase 62%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih perlu dilakukan evaluasi sehingga dilaksanakan siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar IPA dengan 25 orang murid yang telah tuntas hasil belajarnya dengan jumlah persentase 96% dan murid yang tidak tuntas sebanyak 1 orang dengan jumlah persentase 4%.. Hal ini menunjukkan penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan pembelajaran yang mampu memberikan hasil belajar dengan baik terutama pengembangan keterampilan bagi murid.

Penelitian ini juga sejalan serta diterapkan peneliti-peneliti sebelumnya yaitu Putra, (2012) yang menyatakan bahwa penerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA murid kelas V SD Negeri Purworejo Temanggung. Penerapan model Two Stay Two Stray pada pelajaran IPA dikelas V SD Negeri Purworejo Temanggung dapat berjalan baik dilihat dari peningkatan hasil belajar yaitu 75% dari siklus I menjadi 95% pada siklus II.

Hal ini dikemukakan juga oleh Ersi Puranama, (2012) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 150 Pekanbaru, ini dilihat dari rata- rata hasil belajar siswa pada siklus I melalui nilai ulangan akhir siklus (83,88%) kategori baik sekali meningkat menjadi (90,27%) baik sekali.

Sedangkan rata-rata ketuntasan belajar siswa secara individu berdasarkan nilai ulangan akhir siklus pada siklus I (83,88%) kategori baik meningkat menjadi (90,27%) kategori amat baik pada siklus II.

Selain itu, Suhartini Halim, (2012) yang menyatakan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) hasil belajar IPA di Kelas V SDN 105 Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dapat meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan hasil belajar murid dari siklus pertama dengan nilai rata-rata 59,83 kategori Rendah (R) meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 83,13 kategori Tinggi (T). Selain itu tingkat ketuntasan mengalami peningkatan dari siklus I 13,04% menjadi 82,60% pada Siklus II.

Dokumen terkait