BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
D. Pembahasan
koefisien determinasi dapat menggunakan nilai Adjusted R Square karena terdapat tiga variabel eksogen (Analis Regresi Linier Berganda). Berikut adalah hasil uji koefisien determinasi menggunakan SPSS 25.
Tabel 3. 12
Hasil Uji Adjusted R Square
Berdasarkan tabel 3.12 nilai Adjusted R Square sebagai pengukuran uji kelayakan model (goodness of fit) menunjukan bahwa R square senilai 0.057 dan Adjusted R Square senilai 0.006 menginformasikan bahwa variabel endogen ISSI tidak dapat dijelaskan oleh variabel eksogen Inflasi, BI-7 Days Reverse Repo Rate dan Pertumbuhan Aset Bank Syariah sebesar 0.6 %. Sedangkan, selebihnya dipengaruhi oleh konstituen lain di luar model analisis. Penggunaan Adjusted R Square lebih baik digunakan karena adanya kelemahan dalam penggunaan hasil dari R Square.
signifikansi parsial (Uji t), uji signifikansi simultan (uji F) dan uji koefisiensi determinasi (R2 Adjusted).
1. Pengaruh Inflasi terhadap ISSI
Hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian adalah diduga Inflasi berpengaruh terhadap ISSI tahun 2016-2020. Berdasarkan pengujian yang dilakukan secara parsial menginformasikan variabel inflasi secara parsial tidak bepengaruh signifikan terhadap ISSI tahun 2016-2020 dengan nilai signifikansi 0.597 > 0.05 (5%) sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh terhadap ISSI tahun 2016-2020 ditolak.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Indah Nawindra, Ovin Liliana Putri dan Kiki Karlina yang menunjukan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap ISSI. Hal ini menunjukan bahwa, Investor tidak menjadikan inflasi sebagai acuan utama dalam keputusan investasi melainkan menggunakan faktor lainya.
Inflasi yang memiliki pengaruh terhadap ISSI adalah inflasi yang sesuai dengan target sehingga akan memudahkan para pelaku ekonomi dalam membuat acuan dalam manajemen keputusan investasi, produksi dan konsumsi, yang pada giliranya akan berdampak positif terhadap perekonomian suatu negara dan stabilitas sistem keuangan.
Inflasi yang tinggi berakibat buruk dan negatif terhadap ISSI karena akan meningkatkan beban pengeluaran perusahaan, ekonomi melambat dan daya beli masyarakat menurun sehingga berdampak domino terhadap penurunan profitabilitas perusahaan. Inflasi domestik yang
melebihi negara lainya juga memberikan dampak negatif terhadap nilai tukar rupiah karena tidak lagi kompetitif sehingga perlu adanya kestabilan harga.56
Inflasi yang sesuai dengan target terindikasi dari pertumbuhan inflasi yang sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, terus bergerak positif, stabil dan tidak terjadi deflasi. Deflasi memberikan dampak negatif terhadap perekonomian negara termasuk terhadap sekuritas pasar modal Indonesia seperti obligasi, saham, reksadana, dan sekuritas lainya. Adanya deflasi menunjukan bahwa perekonomian sedang mengalami kemerosotan dan rawan terjadi resesi. Di saat kondisi seperti ini, para investor cenderung menarik modalnya yang ada di pasar modal karena tingginya risiko penurunan nilai sekuritas dan mengalihkan ke instrumen investasi yang aman (safe heaven asset) seperti deposito, reksadana, obligasi dan emas.57
Tren deflasi terjadi karena adanya pergeseran struktural sistem perekonomian global sehingga berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan perekonomian global dan domestik. Pergeseran ini dipicu karena banyak negara yang menerapkan kebjakan perekonomian inward looking orientation (berorientasi domestik) dan tingkat volatilitas aliran modal asing yang meningkat.
56 Bank Indonesia, “Inflasi”, https://www.bi.go.id/id/fungsi- utama/moneter/inflasi/default.aspx#floating-2.
57CNBC Indonesia, “Saat Resesi, 5 Aset ini bisa jadi Pilihan Investasi”,
https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190815150041-33-92219/saat-resesi-5-aset-ini-bisa- jadi-pilihan-investasi (15 Agustus 2019)
Indikator lainya yaitu digitalisasi ekonomi yang tumbuh pesat menimbulkan kompleksitas terhadap pengelolaan kebijakan makroekonomi sehingga berimpilkasi terhadap perubahan perilaku ekonomi dan kebijakan ekonomi yang tidak lagi sesuai dengan ekonomi yang berbasis digital (digital economy) sehingga tidak bisa hanya bertumpu pada satu instrumen kebijakan saja melainkan juga didukung dengan kebijakan alternatif lainya yang terintegrasi.58
Gambar 3. 5
Pengaruh Inflasi terhadap ISSI 2016-2020
Gambar 3.5 menunjukan bahwa Inflasi tahun 2016-2020 terus mengalami penekanan (deflasi) bahkan di saat kondisi global dan domestik sedang tidak stabil (Vuca World), ganguan stabilitas sistem keuangan dan resesi ekonomi yang terjadi pada kuartal III (Q3) sebagai dampak Covid-19, ISSI menunjukan tren pertumbuhan positif sehingga telah terjadi inkonsistensi antara teori inflasi dengan fakta yang terjadi
58 Bank Indonesia. 2019. Laporan perekonomian Indonesia 2019. Jakarta: BI.
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Pengaruh Inflasi terhadap ISSI 2016-2020
ISSI Data Inflasi
Linear (ISSI) Linear (Data Inflasi)
(actual fact). Hal ini timbul karena terdapat beberapa peristiwa yang terjadi selama periode penelitian tahun 2016-2020 sebagai berikut:
a. Kesadaran investasi yang mulai meningkat.
Tingkat kesadaran investasi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah dan masing cenderung mengalokasikan dananya kedalam bentuk tabungan dibanding intrumen keuangan lainya seperti reksadana, investasi, saham dan emas. Masyarakat Indonesia, terlebih kaum milenial cenderung mengalokasinya ke dalam bentuk konsumsi seperti membeli makanan, berwisata dan mengikuti gaya hidup kekinian (modern Life style).
Wharton, seorang peneliti Pension Research Council, menunjukan bahwa kaum milenial menyisihkan uangnya kurang dari 10% dari penghasilanya. Sedangkan, milenial setidaknya menyiapkan 40% dari pendapatanya untuk berinvestasi sehingga dapat menikmati masa pensiun dengan layak.59
Kesadaran investasi mulai meningkat sejak semakin digalakanya program edukasi dan promosi oleh berbagai pihak terkait (stake holder) sehingga meskipun kondisi perekonomian sedang tidak stabil seperti di saat Pandemi COVID-19 dan terjadinya resesi, ISSI terus mengalami pertumbuhan yang pesat.
Sejalan dengan hal tersebut, Paramita Sari selaku Head of Marketing & Retail PT Indo Premier Sekuritas pada saat digelar
59 BISNIS, “Kesadaran InvestasiGenerasi Milenial Rendah, Konsumsi Masih Tinggi”, Kesadaran Investasi Generasi Milenial Rendah, Konsumsi Masih Tinggi - Finansial Bisnis.com (6 November 2019)
program Virtual Focus Group Discussion yang berjudul Tren Investasi di Masa Pandemi menyatakan bahwa generasi milenial mengalami peningkatan sampai 2 kali lipat karena adaya peningkatan keasadaran investasi yang dialami oleh generasi milenial serta adanya keinginan belajar seputar investasi.60
Kesadaran investasi banyak dirasakan juga karena banyaknya program edukasi dan promosi yang dijalankan oleh Self Regulatory Organization (SRO) meliputi KSEI, OJK, BEI dan KPEI dalam melakukan berbagai bentuk transformasi pengembangan pasar modal.
Bentuk edukasi gencar dilakukan melalui berbagai aspek meliputi media sosial influencer, berbagai komunitas, sekolah pasar modal dan pembukaan galeri investasi yang tersebar di perguruan tinggi. Hasan fawzi, Direktur Pengembangan BEI, memaparkan bahwa edukasi pasar modal juga sebagai respon nyata dari stake holder dalam melakukan perlindungan kepada investor.61 Program edukasi secara nyata dapat meningkatkan literasi dan inklusi pasar modal itu sendiri.
60 Money.Kompas, “Minat Milenial Berinvestasi Naik Tinggi di Tengah Pandemi, Kok Bisa?”, Minat Milenial Berinvestasi Naik di Tengah Pandemi, Kok Bisa? (kompas.com) (22 desember 2020)
61 Bursa Efek Indonesia, “Tumbuh Pesat, Jumlah Investor saham di BEI Bertambah Satu Juta di 2021”, https://www.idxchannel.com/market-news/tumbuh-pesat-jumlah-investor-saham-di-bei- bertambah-satu-juta-di-2021 (2 September 2021)
Gambar 3. 6 Survei Literasi dan Inklusi
Indeks literasi pasar modal syariah yang tergabung dalam pasar modal sebesar 4,40% dengan tingkat inklusi sebesar 1,30% pada tahun 2016, setelah digencarkanya program literasi yang dijalankan oleh berbagai pihak terbukti mampu meningkatkan tingkat literasi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat inklusi pasar modal. Pada tahun 2019, tingkat literasi mengalami pertumbuhan sebesar 0,52%
menjadi 4,92% dengan tingkat inklusi juga mengalami pertumbuhan menjadi 1,55%.
b. Perkembangan Teknologi Informasi
Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi berdampak signifikan terhadap perkembangan investasi sehingga informasi seputar pasar modal dan investasi mudah diakses oleh berbagai platform social media dan media lainya. Faktor lain yang juga memberi dampak positif terhadap perkembangan investasi yaitu adanya kemudahan investasi.
4.40% 1.30%
4.92% 1.55%
L I T E R A S I I N K L U S I
L I T E R A S I D A N I N K L U S I P A S A R M O D A L
2016 2019
Frisha DC, selaku Co-Founder @ngertisaham menyebutkan kemudahan investasi dan modal investasi yang sangat terjangkau berhasil meningkatkan antusiasme generasi milenial untuk berinvestasi. Kemudahan lain yang juga ditawarkan yaitu pembukaan rekening investasi dapat dilakukan secara online yang ditawarakan oleh berbagai sekuritas hanya dengan bermodalkan KTP.62
Simplifikasi pembukaan rekening efek yang digagas oleh pihak SRO dan OJK serta stakeholder terkait juga memberikan andil yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan pasar modal syariah serta adanya perlindungan investor yang digagas oleh KSEI melalui AKSES (Acuan Kepemilikan Sekuritas) yang berfungsi untuk memantau portofolio investasi secara single system sehingga dapat memantau portofolio investasi tanpa terbatas waktu dan tempat. 63 2. Pengaruh BI-7 Days Reverse Repo Rate terhadap ISSI
Hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini yaitu diduga BI-7 Days Reverse Repo Rate berpengaruh terhadap ISSI tahun 2016-2020.
Berdasarkan hasil penelitian menginformasikan bahwa BI-7 Days Reverse Repo Rate secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ISSI tahun 2016-2020 dengan nilai signifikansi 0.285 > 0.05 (5%) sehinggga hipotesis BI-7 Days Reverse Repo Rate berpengaruh terhadap ISSI tahun 2016-2020 ditolak.
62 Kompas, “Minat Milenial Berinvestasi Naik Di Tengah Pandemmi, Kok Bisa?”, Minat Milenial Berinvestasi Naik di Tengah Pandemi, Kok Bisa? (kompas.com) (22 Desember 2020)
63 Bursa Efek Indonesia, “Tumbuh Pesat, Jumlah Investor saham di BEI Bertambah Satu Juta di 2021”, https://www.idxchannel.com/market-news/tumbuh-pesat-jumlah-investor-saham-di-bei- bertambah-satu-juta-di-2021 (2 September 2021)
Hasil penelitian BI-7 Days Reverse Repo Rate tidak berpengaruh terhadap ISSI juga selaras dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Ahmad Junaidi, Indah Nawindra dan Kiki Karlina yang mengatakan bahwa suku Bunga acuan (BI-7 Days Reverse Repo Rate) tidak berpengaruh terhadap ISSI. Secara teori, suku bunga acuan (BI-7 Days Reverse Repo Rate) berpengaruh terhadap investasi. Perubahan BI-7 Days Reverse Repo Rate akan berdampak terhadap harga saham secara berlawanan. Jika suku bunga tinggi, maka harga saham akan mengalami penekanan (bearish) sedangakan jika suku bunga turun, maka saham- saham akan mengalami peningkatan (bullish) sehingga secara domino juga berdampak terhadap ISSI. Namun, hasil penelitian berbeda.
Gambar 3. 7
Pengaruh BI7DRRR terhadap ISSI
Grafik 3.7 menunjukan bahwa BI-7 Days Reverse Repo Rate tahun 2016-2020 terjadi fluktuasi dengan tren yang menunjukan penurunan di akhir periode 2020. Sedangkan, ISSI menunjukan tren yang berlawanan dengan BI-7 Days Reverse Repo Rate yaitu mengalami pertumbuhan yang
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000
1 4 7 1013161922252831343740434649525558 Pengaruh BI7DRRR terhadap ISSI tahun 2016-2020
ISSI BI7DRR (BI-7 DAYS REVERSE REPO RATE)
positif sehingga menginformasikan bahwa ISSI secara signifikan tidak dipengaruhi oleh BI-7 Days Reverse Repo Rate tahun 2016-2020.
Penentuan suku bunga acuan (BI-7 Days Reverse Repo Rate), Bank Indonesia selalu memperhatikan dinamika ekonomi yang terjadi, arah kebijakan moneter negara maju, berbagai risiko geopolitik yang memungkinkan terjadi dan momentum-momentum perekonomian lainya sehingga diharapkan kebijakan suku bunga acuan (BI-7 Days Reverse Repo Rate) yang dikeluarkan memberikan dampak positif serta menjadi pendorong perekonomian Indonesia menjadi tumbuh dan berkembang serta menjaga stabilitas sistem keuangan.
Sejak tahun 2016, Indonesia dan negara lainya dihadapkan pada ketidakpastian pasar keuangan yang tinggi sehingga memberikan dampak terhadap suku bunga acuan dari berbagai negara. Ketidak pastian tersebut terindikasi dari nilai Indeks VIX (Volatilty Index) yang mengalami kenaikan pada periode triwulan 1 dan 4 pada tahun 2016 dan terus berlanjut hingga Maret 2020 serta juga dipicu karena adanya Pandemi COVID-19 yang berdampak terjadinya perubahan aliran dana investasi yang aman (safe heaven assets) seperti surat berharga negara dan emas.
Indeks VIX (Volatility Index) sebagai dampak dari ketidakpastian geopolitik yang terjadi, salah satunya yaitu hasil pemilu AS yang tidak sesuai dengan harapan para pelaku pasar, hasil referendum Brexit dan ketidak pastian kenaikan FFR (Federal Funds Rate).64
64 Laporan perekonomian Indonesia bank Indonesia
Gambar 3. 8
Perbandingan IHSG dan ISSI
Kondisi tersebut, secara teori makroekonomi memberikan dampak negatif terhadap ISSI karena dengan kondisi makroekonomi yang tidak kondusif dan stabil serta ketidak pastian stabilitas sistem keuangan yang terjadi, ISSI masih dapat tumbuh positif sebagaimana ditunjukan pada gambar 3.8. Berbeda dengan IHSG yang mengalami fluktuasi yang cukup signifikan selama periode berjalan meskipun tren menunjukan bahwa IHSG (JCI) mengalami tren peningkatan sejak awal periode. Berdasarkan pembahasan tersebut menunjukan bahwa, investor dalam pengambilan keputusan investasi tidak menetapkan BI-7 Days Reverse Repo Rate sebagai sebagai acuan fundamental selama periode 2016-2020 melainkan menggunakan faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruh perkembangan ISSI tahun 2016-2020 sebagai berikut:
a. Faktor Demografi
Di saat kondisi perekonomian yang tidak stabil, pada umumnya para investor akan mengalihkan aset investasinya ke berbagai
instrumen insvestasi yang aman (safe heaven assets) seperti obligasi negara, emas dan deposito karena instrumen saham lebih berisiko mengalami kerugian ketika kondisi perekonomian dan keuangan tidak stabil. Akan tetapi, tahun 206-2020, ISSI secara tren menunjukan perkembangan yang pesat meskipun perekonomian dan sistem keuangan yang sedang tidak stabil. Hal ini dipengaruhi oleh faktor demografi pasar modal indonesia yang mayoritas generasi milenial.
Generasi milenial adalah generasi yang pernah merasakan era milenium kedua semenjak teori generasi pertama kami dikenalkan oleh Karl Manheim selaku sosiolog pada tahun 1923. Generasi milenial (generasi Y) lahir pada tahun 1980-1995 atau berusia sekitar 25-40 tahun pada tahun 2021.65 Jumlah investor pasar modal Indonesia yang berusia ≤ 30 tahun sebesar 54,90%, 31 -40 tahun sebesar 22,51%, usia 41-50 tahun sebesar 11,88%, usia 51-60 tahun sebesar 6,54% dan usia lebih dari 60 tahun sebesar 4,17% sehingga akumulasi investor generasi milenial pasar modal indonesia yaitu 77,41%.
65Ekrut Media, “5 Perbedaan Generasi Milenial dan Generasi Z dalam dunia Kerja”, 5 Perbedaan Generasi Milenial dan Generasi Z dalam dunia kerja (ekrut.com) (6September 2021)
Gambar 3. 9 Usia Investor Individu
Sumber: KSEI, 2021, diolah.
Jason Gozali, CEO Investor Muda, menyampaikan bahwa generasi milenial memiliki karakter lebih berani dalam mengambil risiko dalam keputusan investasi karena adanya tanggungan yang lebih besar meskipun generasi ini kurang memahami terkait mitigasi risiko investasi sehingga perlu diedukasi.66 Hal ini terbukti dari adanya peningkatan ISSI selama tahun 2016-2020 meskipun kondisi perekonomian dan stabilitas sistem keuangan sedang terganggu, tidak mengurangi minat generasi milenial untuk tetap berinvestasi.
66 Bisnis. Investasi Pasar Modal: Kaum Milenial Lebih Berani, Tapi Kurang Perhitungan”
https://m.bisnis.com/amp/read/20180129/220/731603/investasi-pasar-modal-kaum-millenial-lebih- berani-tapi-kurang-perhitungan ( 29 Jauari 2018).
Keberanian generasi milenial juga dilandasi keinginan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup melalui investasi.67 Pasar Modal Indonesia juga sempat digemparkan dengan adanya penggunaan uang panas yang digunakan oleh investor untuk membeli saham. Uang panas diperoleh investor dengan cara utang ke PINJOL (Pinjaman Online) atau menggadaikan aset yang dimiliki seperti BPKB dan tanah yang dimiliki.68
Sentimen lain yang juga muncul di saat kondisi perekonomian sedang tidak stabil dan bahkan mendekati resesi yaitu banyak media yang mempublikasikan petuah-petuah Warren Buffet, seorang investor dan filantropis berkebangsaan Amerika Serikat, untuk tetap berinvestasi di masa-masa sulit dengan membeli saham dalam keadaan diskon dan memperoleh keuntungan maksimal saat kondisi perekonomian telah pulih kembali karena harga saham telah melambung tinggi.69
b. Faktor spekulasi dan sentimen lainya
Pertumbuhan investor berpengaruh positif terhadap pasar modal Indonesia karena berfungsi sebagai jembatan untuk memperoleh modal bagi emiten dan dapat dijadikan sebagai sarana investasi bagi
67 Liputan6. “Generasi Milenial Kelas Menengah Lebih Berani Mengambil Risiko”
,https://m.liputan6.com/lifestyle/read/3969175/generasi-milenial-kelas-menengah-lebih-berani- ambil-risiko (22 Mei 2019).
68 CNBC Indonesia, “Oh-No Banyak Investasi saham dari Utang Pinjo &l gadai BPKB”, https://www.cnbcindonesia.com/market/20210118100942-17-216739/oh-no-banyak-investasi- saham-dari-utang-pinjol-gadai-bpkb (18 Januari 2021)
69 Kompas, “Resesi Kian Dekat, Simak Petuah Warren Bufffet soal Investasi di Masa Sulit”, https://amp.kompas.com/money/read/2020/09/23/083000326/resesi-kian-dekat-simak-petuah- warren-buffett-soal-investasi-di-masa-sulit (23 September 2021)
masyarakat melalui instrumen-intrumen yang ditawarkan oleh pasar modal. Intrumen-intrumen pasar modal indonesia seperti obligasi, reksadana, right issue, saham dan efek lainya.
Pertumbuhan investor yang pesat dapat memberikan dampak positif karena dapat meningkatkan volume transaksi pasar modal Indonesia. Pada tahun 2016, jumlah investor sebesar 535.994 kemudian melonjak drastis 109% menjadi 1.122.668 investor pada tahun 2017. Setelah lonjakan drastis tersebut, pertumbuhan investor mengalami penurunan meskipun tren pertumbuhan investor masih terlihat dari persentase pertumbuhanya sebesar 44,24% pada tahun 2018 dan 53,14% pada tahun 2019 dengan jumlah investor masing- masing sebesar 1.619.372 dan 2.484.354. Sedangkan, Per 30 Desember 2020, jumlah investor sebesar 3.880.753 atau 56,21%.
Gambar 3. 10 Pertumbuhan Investor
Sumber: KSEI, 2021, diolah.
2016 2017 2018 2019 2020 investor 535,994 1,122,6 1,619,3 2,484,3 3,880,7
persentase 23% 109% 44% 53% 56%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
- 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000
Pertumbuhan Investor
Peningkatan jumlah investor pasar modal Indonesia tidak selaras dengan kuantitas analis pasar modal yang kompeten sehingga menimbulkan perspektif yang salah terhadap investasi saham seperti kaya instan melalui saham.70
Menurut Manullang, hal ini bisa terjadi karena investor Indonesia cenderung berinvestasi atas dasar spekuluasi (day trader) sehingga akan melakukan profit taking dalam jangka pendek.71 Investasi atas dasar spekulasi kegiatan investasi sahamnya didasarkan atas sentimen-sentimen pasar yang sedang bermunculan, mengikuti tren pasar dan informasi yang beredar di berbagai media sosial seperti Twitter, Instagram, facebook dan sosial media lainya.72
Benjamin Graham, dalam bukunya The Intelegence Investor, menyebutkan investasi adalah sebuah tidakan yang komprehensif dalam melakukan sebuah analisis, menjaga keamanan dana dan memberikan profit yang sesuai sedangkan spekulan berinvestasi dalam jangka pendek dan menginginkan keutungan yang besar (Big Profit).
Sentimen lain yang juga menjadi sebab adanya pertumbuhan investor yang signifikan sehingga juga berpengaruh terhadap adanya peningkatan kapitalisasi ISSI yaitu Investor kurang memahami Noise
70 Kontan, “Jumlah Investor Meningkat tapi Pasar Modal masih kekurangan Analis Kompeten”, https://amp.kontan.co.id/news/jumlah-investor-meningkat-tapi-pasar-modal-masih-kekurangan- analis-kompeten (9 Desember 2020)
71 Suramaya suci Kemal, “Pengaruh inflasi, suku bunga, kurs dan pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham gabungan”, Jurnal Economia Vol. 8 No. 1 (April 2012), 63.
72 CIMB NIAGA, Investor atau Spekulan”, https://www.cgs-cimb.co.id/id/id-edukasi-investor- atau-spekulan.jsp (12 Januari 2021)
(situasi dan kondisi yang sedang terjadi).73 Fokus investor hanya untuk bagaimana kekayaan dapat dimanfaatkan dan digunakan secara maksimal.
3. Pengaruh pertumbuhan Aset Bank Syariah terhadap ISSI
Hipotesis 3 yang diajukan dalam penelitian diduga pertumbuhan Aset Bank Syariah berpengaruh terhadap ISSI tahun 2016-2020. Hasil penelitian menginformasikan bahwa variabel pertumbuhan Aset Bank Syariah secara parsial tidak bepengaruh signifikan terhadap ISSI tahun 2016-2020. Hal ini didasarkan pada nilai signifikasisi variabel pertumbuhan Aset Bank Syariah senilai 0.123 > 0.05 (5%) menginformasikan bahwa hipotesis pertumbuhan Aset Bank Syariah berpengaruh terhadap ISSI ditolak.
Gambar 3. 11
Pengaruh PABS terhadap ISSI tahun 2016-2020
Grafik 3.11 menunjukan bahwa ISSI terus mengalami pertumbuhan meskipun Pertumbuhan Aset Bank Syariah tahun 2016-2020
73 Fischer Black, Noise, (Jurnal, The Journal Of Finance, Amerika Serikat, 1985), 534.
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000
1 4 7 1013161922252831343740434649525558
Pengaruh PABS terhadap ISSI tahun 2016-2020
ISSI PABS (PERTUMBUHAN ASET BANK SYARIAH)
mengalami volatilitas dan fluktuasi yang tinggi sehingga disimpulkan pertumbuhan aset bank syariah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ISSI tahun 2016-2020 karena investor tidak menjadikan pertumbuhan aset bank syariah sebagai acuan utama (key indicator) dalam keputusan investasi.
Wimboh Santoso, ketua Demisioner OJK, menuturkan bahwa pangsa pasar Bank Syariah masih sangat rendah meskipun tren keuangan syariah terus mengalami pertumbuhan yang signifikan.74 Atas dasar tersebut, bank syariah tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan pasar modal syariah. Alasan lain yang juga mendasarinya yaitu tingkat literasi keuangan syariah yang masih rendah, permasalahan permodalan dan produk-produk bank Syariah masih kalah kompetitif dengan Bank Konvensional.75
Sejalan dengan kurangnya pengaruh Bank Syariah terhadap ISSI tahun 2016-2020 juga terlihat dari Indeks literasi keungan syariah yang baru mencapai 8.93 % dengan tingkat inklusi keuangan syariah sebesar 9,1
%. Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin juga menyebutkan bahwa masih perlu dorongan dan dukungan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keungan syariah sehingga tingkat pemahaman dan pelayanan keuangan syariah dapat dipahami dan digunakan oleh masyarakat secara lebih luas.76
74 Kompas, “Pangsa Pasar Keuangan Syariah RI Masih Belum Capai “Double Digit”” ,Pangsa Pasar Keuangan Syariah di RI Masih Belum Capai "Double Digit" (kompas.com) ( 23 April 2021)
75 Republika Online, “Penyebab Perkembangan Bank Syariah Indonesia Lambat”, Penyebab Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Lambat | Republika Online”, (8 Desember 2021)
76 Republika, “ Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah Baru 8,93%”, Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah Baru 8,93 Persen (republika.id), (27 Juli 2021)
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Taufik Hidayat, menyebutkan bahwa setidaknya ada 3 cara yang harus dilakukan perbankan syariah secara berkelanjutan sehingga dapat bersaing dengan Bank Konvensional yaitu melalui peningkatan permintaan, Peningkatan pasokan dan infrastruktur yang harus terus dikembangkan.77 4. Hipotesis 4 (Pengaruh Inflasi, BI-7 Days Reverse Repo Rate dan
Pertumbuhan Aset Bank Syariah terhadap ISSI tahun 2016-2020)
Hipotesis 4 yang diajukan dalam penelitian yaitu diduga Inflasi, BI-7 Days Reverse Repo Rate dan pertumbuhan Aset Bank Syariah berpengaruh secara simultan terhadap ISSI tahun 2016-2020. Berdasarkan hasil penelitian menginformasikan bahwa Inflasi, BI-7 Days Reverse Repo Rate dan Pertumbuhan Aset Bank Syariah secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap ISSI tahun 2016-2020 dengan nilai signifikansi 0.352 > 0.05 (5%) dapat disimpulkan bahwa hipotesis Inflasi, BI-7 Days Reverse Repo Rate dan Pertumbuhan Aset Bank Syariah berpengaruh secara simultan terhadap ISSI tahun 2016-2020 ditolak.
Keputusan investasi yang dilakukan investor pada tahun 2016- 2020 bersifat kompleks karena tidak hanya didasarkan pada risiko, return dan hubungan risiko dan return yang diharapkan saja melainkan juga memperhatikan dinamika dan momentum perekonomian lainya. Indikator makroekonomi tidak berperan signifikan terhadap perkembangan ISSI tahun 2016-2020 melainkan faktor lainya yang bersifat struktural seperti
77 Republika One, “Ini Tiga Langkah Kembangkan Bank Syariah”, Ini Tiga Langkah Kembangkan Bank Syariah | Republika Online, (26 Juli 2021)