BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
C. Pembahasan Temuan
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Maret 2019 semua santri di pondok pesantren An-nuriyyah Songon Pondok Joyo Semboro Jember memang benar-benar memanggil Kyai dengan sebutan Abi. Dan itu memang benar-benar berlaku pada keseharian santri putra ataupun putri.56
Akan tetapi selaku pengasuh dalam membuat sebuah peraturan selalu mengadakan rapat atau musyawarah dan didalam rapat tersebut hanya Kyailah yang memutuskan. Seorang pengurus hanya menyumbangkan ide-ide mereka dalam musyawarah tersebut. Beliau sebagai pemegang kekuasaan dan sebagai pemimpin beliau juga mematuhi aturannya sebagai pemimpin. Beliau bersikap adil dan bijaksana tidak memandang bulu ataupun tidak memandang saudara. Dipandangan beliau semua sama-sama santri tidak ada bedanya.
KH. Anshori sebagai seorang pemimpin itu sangatlah mengayomi sekali, baik dari segi peraturan. Kepemimpinan kyai ini tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan, apalagi berbuat semena- semena terhadap santrinya. Kyai sebagai tokoh agama dalam syarakat tersebut, kyai membuat sebuah program hataman di desa songon pondok joyo semboro jember, yang berguna untuk lebih dekat dengan masyarakat dan juga berguna untuk musyawarah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegitan yang ada di pondok pesantren An- nuriyyah. Karena mayoritas yang menjadi anggota hataman tersebut adalah wali santri pondok pesantren An-nuriyyah. Jadi, hubungan kyai dengan tokoh masyarakat sangatlah dekat.
Temuan ini didiskusikan dengan teori Martin Van Bruinessen, yang dikutip oleh Riayatul Husnan dalam Bukunya Kepemimpinan Kyai bahwa: Berbagai bentuk dan corak pesantren merupakan akibat
dari kebijaksanaan Kyai yang berbeda-beda dan tidak pernah diseragamkan, karena mereka berdiri secara mandiri dan tidak terikat pada instansi maupun lembaga pemerintah sebagai otoritas tunggal yang dimiliki Kyai akan menentukan arah dan kebijakan serta kemampuan dan kapasitas Kyai senantiasa mewarnai karakter pesantren.57
Berdasarkan teori tersebut sudah jelas bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, sangat ditentukan oleh figur Kyai. Kyai memiliki otoritas yang mampu menguasai seluruh sektor kehidupan pesantren.
Temuan ini di diskusikan dengan teori Karel A. Steenbrink yang dikutip oleh Riayatul Husnan dalam bukunya Kepemimpinan Kyai adalah Peran dan fungsi kepemimpinan Kyai adalah sangat vital, ia memiliki kedudukan kultural dan struktural yang tinggi dimata masyarakatnya.58
Temuan ini di diskusikan Abdurrahmad Wahid yang dikutip oleh Riayatul Husnan dalam bukunya Kepemimpinan Kyai Sebagai Berikut: Peran kepemimpinan Kyai tidak hanya terbatas pada aspek kehidupan sosial yang lebih luas.59
Berdasarkan teori tersebut sudah jelas bahwa Kyai memiliki kedudukan kultural dan struktural yang tinggi dimata masyarakat dan
57 Riayatul Husnan, Kepemimpinan Kyai,38-39
58 Riayatul Husnan, Kepemimpinan Kyai, 16
59 Ibid.,16
pesantren. Jadi kyai memiliki kekuasaan penuh terhadap pesantren untuk memimpin lembaga-lembaga yang ada dipesantren.
Temuan ini didiskusikan dengan teori Max Weber yang dikutip oleh Sukamto dalam bukunya Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren dan kepemimpinan rasional adalah Orang yang melaksanakan otoritas rasional adalah karena ia menduduki posisi sosial starata atas dibandingkan dengan anggota yang memang menduduki posisi sosial starata bawah. Jenis kepemimpinan ini akan berhasil, bila ditunjang dengan budaya masyarakat yang mengandung nilai demokratis.60
Berdasarkan teori tersebut jelas bahwa orang yang melaksanakan otoritas rasional adalah karena ia menduduki posisi sosial starata atas di bandingkan dengan anggota yang menduduki posisi sosial starata bawah.
Tahap selanjutnya temuan yang sudah didiskusikan dengan teori yang dikembangkan oleh Martin Van Bruinessen, Karel A. Steenbrink, Abdurrahman Wahid dan Max Weber dapat dipahami bahwa Berbagai bentuk dan corak pesantren merupakan akibat dari kebijaksanaan Kyai yang berbeda-beda dan tidak pernah diseragamkan, karena mereka berdiri secara mandiri dan tidak terikat pada instansi maupun lembaga pemerintah sebagai otoritas tunggal yang dimiliki Kyai akan menentukan arah dan kebijakan serta kemampuan dan kapasitas Kyai senantiasa mewarnai karakter pesantren. Hal ini terjadi karena adanya
60 Sukamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren,31
otortas rasional yang dimana Orang yang melaksanakan otoritas rasional adalah karena ia menduduki posisi sosial starata atas dibandingkan dengan anggota yang memang menduduki posisi sosial starata bawah. Jenis kepemimpinan ini akan berhasil, bila ditunjang dengan budaya masyarakat yang mengandung nilai demokratis.
Maka dapat disimpulkan bahwa peran Kyai sebagai pemegang otoritas rasional dalam memimpin lembaga non formal di pondok pesantren An-nuriyyah menguatkan teori Martin Van Bruinessen, Karel A. Steenbrink, Abdurrahman Wahid dan Max Weber. KH.
selalu mengadakan rapat atau musyawarah dan didalam rapat tersebut hanya Kyailah yang memutuskan. Seorang pengurus hanya menyumbangkan ide-ide mereka dalam musyawarah tersebut. Akan tetapi beliau sebagai pemegang kekuasaan dan sebagai pemimpin beliau juga mematuhi aturannya sebagai pemimpin. Beliau bersikap adil dan bijaksana.
2. Peran Kyai Sebagai Pemegang Otoritas Tradisional Dalam Memimpin Lembaga Pendidikan Non Formal Di Pondok Pesantren An-nuriyyah Songon Pondok Joyo Semboro Jember
Kyai sebagai pemegang otoritas tradisonal dalam memimpin lembaga non formal di pondok pesantren An-nuriyyah ialah Kyai selaku pengasuh dipesantren An-nuriyyah dalam mendidik ataupun membimbing santrinya yang masih buta dengan ilmu keagamaan itu
sangat baik dan KH. Anshori tidak membiarkannya melainkan dengan kesabaran beliau, beliau terus mengajarkan apa yang menjadi kesulitan santri.
Karena didalam pesantren An-nuriyyah ini yang menjadi tradisi dalam pendidikan non formal adalah pengajian kitab Jawahirul Bukhari yang dimana kegiatan pengajian kitab ini dilaksanakan setelah sholat duhur yang diajar oleh pengasuh sendiri, jadi semua santri putra maupun putri itu berkumpul di aula untuk mengikuti pengajian tersebut, dan kegiatan ini memang sudah ada sejak dahulu sewaktu pesantren mulai didirikan. Dan kegiatan non formal yang juga menjadi
tradisi di pesantren adalah imana
program ini ada sejak dahulu sebelum pesantren didirikan dan juga karena lembaga ini yang menjadi latar belakang berdirinya pondok pesantren An-nuriyyah.
Temuan ini didiskusikan dengan Max Weber yang dikutip oleh Sukamto dalam bukunya Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren sebagai berikut: Kedudukan pemimpin ditentukan oleh kebiasaan- kebiasaan yang lama dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat (pesantren), dalam menjalankan berbagai tradisi. 61
Berdsarkan teori tersebut sudah jelas bahwa kedudukan pemimpin (Kyai) dapat ditentukan oleh kebiasaan lama yang dilakukan oleh suatu kelompok pesantren dalam menjalankan sebuah tradisi di
61 Sukamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren, 24
pesantren itu sendiri. Dari sini Kyai di pesantren dapat memainkan perannya secara optimal.
Temuan ini juga di diskusikan dengan Fachri Ali yang dikutip oleh Lutfil Hakim dalam bukunya Pesantren Transformatif adalah Kyai dan pesantren, bukan saja menjadi tonggak, tetapi juga memberikan tanda bertahannya tradisi.62
Berdasarkan teori tersebut sudah jelas bahwa peran kyai sangat penting dalam otoritas tradisional untuk memimpin lembaga non- formal di sebuah pesantren.
Tahap selanjutnya yaitu temuan yang sudah didiskusikan dengan teori yang dikembangkan oleh Max Weber dan Fachri Ali dapat dipahami bahwa Kedudukan pemimpin ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang lama dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat (pesantren), dalam menjalankan berbagai tradisi. Kyai dan pesantren, bukan saja menjadi tonggak, tetapi juga memberikan tanda bertahannya tradisi. Maka dari itu Kyai di pesantren dapat memainkan perannya secara optimal.
Maka dapat disimpulkan bahwa peran kyai sebagai pemegang otoritas tradisional dalam memimpin lembaga non formal di pondok pesantren An-nuriyyah songon pondok joyo semboro jember menguatkan teori Max Weber dan Fachri Ali. Bahwa dengan adanya
62 Lutfil Hakim, Pesantren Transformatif, 19
tradisi yang berupa pengajian kitab Jawahirul Bukhari yang dimana kegiatan pengajian kitab ini dilaksanakan setelah sholat duhur yang diajar oleh pengasuh sendiri, dan tradisi di pesantren yang berupa kepemimpinannya Kyai dan pesantren dapat memberikan tanda berthannya tradisi yang dimana Kyai dipesantren dapat memainkan perannya secara optimal.
3. Peran Kyai Sebagai Pemegang Otoritas Kharismatik Dalam Memimpin Lembaga Pendidikan Non Formal Di Pondok Pesantren An-nuriyyah Songon Pondok Joyo Semboro Jember.
Pola hubungan Kyai dengan pengurus di pondok pesantren An- nuriyyah sangatlah dekat karena setiap kyai membuat peraturan di lembaga non formal tersebut selalu memanggil pengurus terlebih dahulu untuk memgatur jadwal rapat bersama pengurus atau asatid/dzah yang lainnya. Karena dengan adanya pengurus, pengurus bisa membantu dan sangat meringankan kepemimpinan Kyai dalam mengelola pesantren. Hubungan Kyai dengan pengurus sangat dekat sekali karena segala kebutuhan yang terkait dengan kelembagaan pasti membutuhkan musyawarah tentunya yang sesuai dengan jenjang dan kebutuhannya.
Dan hubungan kyai dengan santri-santrinya sangatlah dekat.
Karena disini Kyai juga menjadi tenaga pendidik di lembaga Non formalnya. Bahkan di pondok pesantren An-nuriyyah ini tidak mengenal atau memakai dengan sebutan Kyai, akan tetapi santri di
pondok pesantren An-nuriyyah ini memanggil beliau dengan sebutan
santri-santrinya. Beliau juga memperhatikan keseharian dan kesehatan santri-santrinya.
Temuan ini didiskusikan oleh Max Weber dikutip oleh Sukamto dalam bukunya Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren adalah sifat kepemimpinan ini dimiliki oleh mereka yang menjadi pemimpin keagamaan. Penampilan seseorang dianggap karismatik dapat diketahui dari ciri-ciri fisiknya. Dan istilah karsmatik menunju pada kualitas kepribadian seseorang, karena posisinya yang demikian inilah maka ia dapat di bedakan dari orang kebanyakan juga karena keunggulan kepribadian itu ia dianggap (bahkan) manusia serba istimewa, atau sekurang-kurangnya istimewa dipandang masyarakat.
Kekuatan dan keistimewaan tersebut adalah karunia Tuhan yang diberikan kepada hambanya yang mewakili didunia.63
Temuan ini didiskusikan oleh Fachri Ali dikutip oleh lutfil Hakim dalam bukunya Peantren Transformatif adalah hubungan Kyai di lingkungan sekitarnya baik dengan internal (santri) maupun eksternal (masyarakat sekitarnya) terjalin sedemikian akrab, oleh karena itu antara Kyai dengan lingkungan yang mengitarinya sangat sulit untuk dipisahkan. Antara keduanya ibarat dua sisi mata uang yang permukaannya berbeda tetapi menayatu bentuk dan tubuhnya,
63 Sukamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren, 25
keduanya memiliki hubungan mendalam yang saling menguntungkan
n yang luar biasa dalam mengendalikan segala hal yang ter jadi didalam masyarakat pesantren
sampai- The key
.64
Temuan ini didiskusiakan oleh ziemek dikutip oleh Riayatul Husnan dalam bukunya Kepemimpan Kyai adalah: kepemimpinan karismatik yang mempunyai kewenangan penuh untuk mengelola pesantren yang didirikannya, kyai berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengevaluasi terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di pesantren. Dengan model ini kyai berposisi sebagai sosok yang dihormati, disegani, serta ditaati dan diyakini kebenarannya akan segala nasehat-nasehat yang diberikan kepada para santri. Hal ini dipandang karena kyai memiliki ilmu yang dalam (alim) dan membaktikan hidupnya untuk Allah, serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan.65
Temuan ini didiskusikan oleh Max Weber dikutip oleh Riayatul Husnan dalam bukunya Kepemimpinan Kyai adalah: yang pertama hubungan kyai dengan pengurus atau bawahan atau meminjam istilah
64 Lutfil Hakim, Pesantren Transformatif, 19-20
65 Riatul Husnan, Kepemimpinan Kyai, 15-16
James C. Scoot, patron-client relationship; dan tentunya sang kyailah yang menjadi pemimpinnya. Sebagai bawahan peran partisipatif santri san masyarakat tradisional pada umumnya sangat kecil untuk megatakan tidak ada, dan hal ini tidak bisa dipisahkan dari kadar kekharismatikan sang kyai. Kedua, pola hubungan kyai dengan santri yang tidak didasarkan pada tatanan organisasi yang jelas. Semuanya didasarkan pada konsep ikhlash, barakah, dan ibadah. 66
Tahap selanjutnya yaitu temuan yang sudah didiskusikan dengan teori yang dikembangkan oleh Max Weber, Fachri Ali, dan Ziemek dapat dipahami bahwa otoritas karismatik merupakan kepemimpinan karismatik yang mempunyai kewenangan penuh untuk mengelola pesantren yang didirikannya, kyai berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengevaluasi terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di pesantren. Dengan model ini kyai berposisi sebagai sosok yang dihormati, disegani, serta ditaati dan diyakini kebenarannya akan segala nasehat-nasehat yang diberikan kepada para santri. Lalu, hubungan Kyai di lingkungan sekitarnya baik dengan internal (santri) maupun eksternal (masyarakat sekitarnya) terjalin sedemikian akrab, oleh karena itu antara Kyai dengan lingkungan yang mengitarinya sangat sulit untuk dipisahkan.
Maka dapat disimpulkan bahwa peran kyai sebagai pemegang otoritas kharismatik dalam memimpin lembaga non formal di pondok
66 Riayatul Husnan, Kepemimpian Kyai, 46
pesantren An-nuriyyah songon pondok joyo semboro jember menguatkan teori Max Weber, Fachri Ali, dan Ziemek yang dimana pola hubungan kyai dengan santri memang sangatlah dekat, mereka tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kedekatan kyai dengan pengurus dilandasi oleh proses kepemimpian kyai di pondok pesantren, dikarenakan kepemimpinan karismatik yang mempunyai kewenangan penuh untuk mengelola lembaga non formal di pesantren, kyai berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengevaluasi terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di pesantren. Dengan model ini kyai berposisi sebagai sosok yang dihormati, disegani, serta ditaati dan diyakini kebenarannya akan segala nasehat-nasehat yang diberikan kepada para santri
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Peran Kyai Sebagai Pemegang Otoritas Rasional Dalam Memimpin Lembaga Pendidikan Non Formal Di Pondok Pesantren An-nuriyyah Songon Pondok Joyo Semboro Jember. Kyai selaku pengasuh dalam membuat sebuah peraturan selalu mengadakan rapat atau musyawarah dan didalam rapat tersebut hanya Kyailah yang memutuskan. Seorang pengurus hanya menyumbangkan ide-ide mereka dalam musyawarah tersebut. Beliau sebagai pemegang kekuasaan dan sebagai pemimpin beliau juga mematuhi aturannya sebagai pemimpin.
2. Peran Kyai Sebagai Pemegang Otoritas Tradisional Dalam Memimpin Lembaga Non Formal Di Pondok Pesantren An-nuriyyah Songon Pondok Joyo Semboro Jember. Didalam pesantren An-nuriyyah ini yang menjadi tradisi dalam pendidikan non formal adalah pengajian kitab Jawahirul Bukhari yang dimana kegiatan pengajian kitab ini dilaksanakan setelah sholat duhur.
3. Peran Kyai Sebagai Pemegang Otoritas Karismatik Dalam Memimpin Lembaga Pendidikan Non Formal Di Pondok Pesantren An-nuriyyah Songon Pondok Joyo Semboro Jember. Hubungan Kyai dengan pengurus sangat dekat sekali karena segala kebutuhan yang terkait
dengan kelembagaan pasti membutuhkan musyawarah tentunya yang sesuai dengan jenjang dan kebutuhannya. Hubungan kyai dengan santri sangatlah dekat, apalagi dalam proses kegiatan non formal. Di pondok pesantren An-nuriyyah ini memanggil beliau dengan sebutan
santri-santrinya. Beliau juga memperhatikan keseharian dan kesehatan santri-santrinya.
B. Saran-saran 1. Bagi Kyai
Tetaplah memberikan kenyamanan dalam setiap mengambil kebijakan yang telah ditentukan dan menjadi sosok pemimpin yang diharapkan oleh semua kalangan khususnya untuk lembaga non formal sendiri.
2. Bagi Lembaga
Diharapkan kepada segenap dewan pengurus atau asatid/dzah tetap menjaga dan menghargai setiap keputusan yang telah ditentukan oleh Kyai, agar bisa menjalankan tugas pokok dan fungsi dalam roda ke pengurusannya. Dan untuk kepada segenap santri tetap hormatilah Kyai, karena Kyai merupakan orang tua dalam pesantren.
3. Bagi Peneliti
Hendaknya memiliki pedoman dan panduan secara sistematis ketika meneliti peran Kyai, serta mampu mengembangkan, mengkaji dan menyempurnakan penelitian terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Alfisyah. 2009. Pengajian Dan Transformasi Sosiokultural. 3 (1):75
Arikanto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Renika Cipta.
Bakhtiar, Effendi. 1998. Islam Dan Negara Transformasi Pemikiran dan.
Bafadhol, Ibrahim. 2017. Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia. 6 (11):61 Depdiknas, Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak
Usia Dini, jakarta:2009.
Hakim, Lutfil. 2013. Pesantren Transformatif. Jember: STAIN Jember Press Hayat. 2014. Pengajian Yasinan Sebagai Strategi Dakwah NU Dalam
Membangun Mental Dan Karakter Masyarakat. 22 (2) : 297.
Husnan, Riayatul. 2013. kepemimpinan Kyai. Jember: STAIN Jember Press.
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2010. - an Dan Terjemahannya, Bandung: Raudlatul Jannah.
Manfred, Ziemek. 1986.Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurshodiq, Muallim. 2012.Kepemimpinan kyai sebagai otoritas dalam mengelola pondok pesantren miftahussalam banyumas. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta: Fakultas Tarbiyah.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosnalia. 2017. Kepemimpinan kepala sekolah sebagai otoritas dalam pengelolaan ekstrakurikuler di SMAN 1 Kuta Panjang Gayo Lues. Skripsi, UIN Ar-runiry Darussalam Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan.
Sukamto. 1999. Kepemimpinan Kyai Dalam Pesentren. Jakarta:Pustaka LP3S.
Sumardi, Mulyono. 1977. Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia.Jakarta:
Dharma Bhakti.
Slamet. 2015. Peran Kepala Sekolah Sebagai Otoritas Dalam Menumbuhkan Kedisiplinan Guru (Studi kasus SMK Negeri 1 Surakarta). Skripsi, UNS:
FKIP.
Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D Bandung:
Alfabeta.
Takdir, Mohammad. 2018. Modernisasi Kurikulum Pesantren. Yogyakarta:
IRCiSoD
Tim Fokus Media. 2015. Undang-undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Fokus Media.
Tim Penyusun. 2015. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: IAIN Jember Press.
SEBAGAI PEMEGANG OTORITAS DALAM MEMIMPIN LEMBAGA NON
FORMAL DI PONDOK PESANTREN AN-
NURIYYAH SONGON PONDOK JOYO KEC.
SEMBORO KAB.
JEMBER
sebagai pemegang otoritas
2. Lembaga non formal
b. Tradisional
c. Kharismatik
a. Majlis ta’lim
b. TPA
c. Madrasah Diniyah Takmiliyah
b. Mengikuti sistem aturan c. Mengikuti tatanan impersonal d. Mematuhi otoritas
a. Tradisi yang mensyaratkan isi dari proses kepemimpinan
b. Proses kepemimpinan terjadi berdasarkan keputusan dari pemimpin itu sendiri a. Hubungan pimpinan dan bawahan b. Hubungan kyai dengan santri
1. Kelompok yasinan 2. Kelompok pengajian 3. Pengajian kitab kuning
1. Taman kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) untuk anak seusia TK (5-7 Tahun) 2. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
untuk anak seusia SD Kelas satu sampai tiga (7-9 tahun)
3. Taman Bimbingan Islam dan kreatifitas untuk anak yang berusia 10-12 tahun 1. Awwaliyah
2. Wustha 3. Ulya
nden a. Kyai b. Ustadz/ustad
zah c. Pengurus d. Santri e. Masyarakat
Penelitian Deskriptif Kualitatif 2. Subjek
Penelitian (Purposive sampling) 3. Metode
Pengumpulan Data
a. Observasi b. Interview c. Dokumen
tasi 4. Analisis Data
menggunakan :
a. Reduksi Data b. Penyajian
Data c. Kesimpul
an
Kyai sebagai pemegang otoritas rasional dalam memimpin lembaga non formal di pondok pesantren An-nuriyyah Songon pondok Joyo kec.
Semboro kab.
Jember?
b. Bagaimana peran kyai sebagai pemegang otoritas tradisional dalam memimpin lembaga non formal di pondok pesantren An-nuriyyah songon pondok joyo kec.
Semboro kab jember?
c. Bagaimana peran kyai sebagai emegang otoritas kharismatik dalam memimpin lembaga non formal di pondok pesantren An-nuriyyah songon
A. Struktur Pengurus Puteri Pondok Pesantren An-Nuriyyah PENGASUH
KETUA PONDOK SITI NURFADILAH
WAKIL KETUA MUZAIYANAH
KEAMANAN ISNAINI
KESEHATAN
WARDATUL J FARIDATUL G
KEBERSIHAN
LISDIANA H FAIZMAWATI
PERLENGKAPAN INDRI WARDANI HAFIDARUR R
Sumber: Dokumentasi 28 Maret 2019 PP An-nuriyyah Songon Pondok Joyo Semboro Jember
PENGASUH KH. ANSHORI
KETUA PONDOK M. DENDI
WAKIL KETUA ALDIMAS SURYA
KEAMANAN
ROHMAN AINUL Q SOFYAN
KESEHATAN
M. ABDUR R NASYRIL MR
KEBERSIHAN
AHMAD M MUHIBBUS S.
PERLENGKAPAN M. DENDI
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan
1 Sholat Tahajud 01.30 Semua Santri
2 Sholat Subuh 04.00 Semua Santri
3 Ngaji Al- 04.30 Semua Santri
4 Sholat Duha 06.00 Semua Santri
5 Sekolah Formal 07.30-11.45 Semua Santri
6 Sholat Duhur 12.00 Semua Santri
7 Ngaji Kitab 12.30-13.30 Semua Santri
8 Istirahat - Semua Santri
9 Sholat Asyar 15.00 Semua Santri
10 Sekolah Diniyah 15.45-16.30 Semua Santri
11 Sholat Maghrib 18.00 Semua Santri
12 Ngaji Al- 18.30 Semua Santri
13 19.15 Semua Santri
14 Sekolah Diniyah 20.00 Semua Santri
15 Musyawarah 21.00-22.00 Semua Santri
16 Istirahat - Semua Santri
Sumber: Dokumentasi 2 April 2019 PP An-nuriyyah Songon Pondok Joyo Semboro Jember
Jadwal Kegiatan Pendidikan Non-formal Pondok Pesanten An-nuriyyah 1. Puteri
Hari Jam Ust/dzah Kitab
20.00-20.30 Wib Ustadzah: Atika Amsilati 20.00-20.30 Wib Ustad: Khomisun Kaligrafi Sabtu 20.00-20.30 Wib Ustadzah: Atika Amisilati 20.00-20.30 Wib Ustad: Rifqi Bidayah Minggu 20.00-20.30 Wib
20.00-20.30 Wib
Ustad: Khomisun Ustadzah: Fadilah
Mukhtarol Hadist Tajwid
Senin LIBUR
Selasa 20.00-20.30 Wib Ustadzah: Warda Imriti
20.00-20.30 Wib Ustadzah: Fadilah Safinatun Najah Rabu 20.00-20.30 Wib
20.00-20.30 Wib
Ustadzah: Warda Ustadzah: Alvin
Imriti
Kamis LIBUR
Senin- 12.30-14.00 Wib Pengasuh: KH. Jawahir
2. Putera
Hari Jam Ustzdzah Kitab
20.00-20.30 Wib Ustadzah: Atika Amsilati 20.00-20-30 Wib Ustad: Ahmadi
Sabtu 20.00-20.30 Wib Ustadzah: Atika Amsilati 20.00-20.30 Wib Ustad: Ahmadi T
Minggu 20.00-20.30 Wib Ustad: Lukman Nahwu, Shorrof
Senin LIBUR
Selasa 20.00-20.30 Wib Ustad: Rifqi Bidayah Rabu 20.00-20.30 Wib Ustad: Dendi Hadis
20.00-20.30 Wib Ustad: Agus Nurul yaqin
Kamis LIBUR
Senin- 12.30-14.00 Pengasuh: KH. Jawahir
Data Santri Putra-Puteri Pondok Pesantren An-nuriyyah
1. Data Santri Puteri
No NAMA ALAMAT NAMA ORANG
TUA 1 Alvina Nur Isma Pondok joyo Jember
2 Afidatur Raohma Curah putih Jember Subahan
3 Jember Santoso
4 Nurul Aini Pondok Rampal Jember Ponidi
5 Lisdiana Habibah Pondok Joyo Jember Alm. Misnadin 6 Situ Nur Fadilah Pondok Joyo Jember Alm. Denan
7 Muzayyanah Pondok Joyo Jember Misnali
8 Wardatul Jannah Pondok Joyo Jember Sanur Efendi 9 Amelia Dwi A. Pondok Jeruk Jember Suhudi
10 Faiqotul Khofifah Bondowoso Karsono
11 Faizma Wati Pondok joyo jember Bunawi 12 Miftahul Hikmah Pondok Joyo Jember Ali 13 Siti Aisyah Pondok Dalem Jember Harianto 14 Faridatul Gufroni Pondok Joyo Jember Munaji
15 Pondok Jeruk Jember Hermanto
16 Rosita Mardiana Sukoharjo Jember Umar 17 Siti Latifah Jetis Bangsal Jember Hambali
18 Isnaini Karang Anyar Jember Husain
19 Nur Hayati Pondok Joyo Jember Tholi Nur Hasan 20 Indri Wardani Pondok Joyo Jember Mahfud
21 Santi Febriyanti Patemon Jember Sahroji 22 Intan Novita Sari Pondok Jeruk Jember Edi Suyanto
23 Dwi Agustin Pondok Joyo Jember Paiman
24 Pondok Rampal Jember Asat
25 Siti Mus Firoh Kermata Sukoharjo Jember
26 Siti Nur Aisyah Pondok Joyo Jember Satun
27 Safira Curah Putih Jember Selamet
28 Siti Nur Kholila Curah Putih Sukat Ahmadi
29 Sri Wahyuningsih Tanggul Wetan Jember Sari Subagio 30 Wanda Agustin Keramat Sukoharjo Abu Tholib
31 Alvi Ladini Ramadhani Jember Santoso
32 Anggi Agustin Keramat Sukoharjo M. Nasir 33 Anggita Tri Aulia Pondok Jeruk Jember Suhudi 34 Della Amelia Putri Pondok Dalem Jember Heri