• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada umumnya Mosa laki adalah tokoh adat atau pemangku adat di dalam kampung. Mosa laki dapat juga dikatakan sebagai pembela atau penyelamat untuk kepentingan bersama. Secara implisit Mosa laki adalah orang yang memiliki jiwa pengorbanan untuk orang banyak.

Yang menjadi Mosa laki selain orang yang paham akan adat adalah penduduk asli Desa Taen Terong. Sedangkan masyarakat pendatang hanya dapat mengikuti aturan yang sudah dibuat oleh Mosa laki di Desa Taen Terong.

Sebagaimana ungkapan para Mosa laki bahwa ketika masuk kandang macan, maka harus mengikuti macan. Mengapa Mosa laki harus memahami adat? Karena Mosa laki akan menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan adat dan cara penyelesaiannya pun haruslah secara adat. Jika

orang yang menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan adat tidak memahami adat, maka akan menimbulkan masalah baru seperti ketersinggungan budaya.

Kehidupan masyarakat di Desa Taen Terong pada saat ini tengah mengikuti arus globalisasi dan modernisasi. Seiring berjalannya waktu begitu banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dikarenakan adanya perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, maka sering memunculkan masalah-masalah baru. Masalah-masalah ini jika tidak secepatnya diselesaikan akan menimbulkan efek domino. Oleh karena itu, harus secepatnya mencari solusi. Pada masa sebelum terjadi perubahan dalam struktur kehidupan masyarakat penyelesaian masalah langsung diserahkan kepada tokoh adat yang ada dalam kampung (ta nu’a lone maing nggolo). Karena hanya merekalah yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan adat.

Namun, setelah terjadi perubahan dalam struktur kehidupan masyarakat yakni dengan terbentuknya struktur pemerintahan, maka fungsi tokoh adat sudah mulai bergeser. Masalah-masalah yang tadinya langsung diserahkan kepada tokoh adat terlebih dahulu harus diserahkan kepada pemerintah. Hasil dari terbentuknya struktur pemerintahan yakni dibentuklah suatu lembaga yang dinamakan Lembaga Pemangku Adat (LPA). Lembaga Pemangku Adat (LPA) yang dibentuk oleh pemerintah sejak tahun 1970-an bertujuan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah adat. Di dalam Lembaga Pemangku Adat (LPA) beranggotakan tokoh-tokoh adat dari setiap kampung untuk memudahkan pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah adat. Agar tidak memunculkan masalah baru

atau ketersinggungan budaya, maka tokoh-tokoh adat dalam Lembaga Pemangku Adat (LPA) adalah orang-orang yang memahami berbagai aspek diantaranya struktur adat, struktur budaya dan masalah-masalah sosial. Namun, tokoh-tokoh adat yang tergabung dalam Lembaga Pemangku Adat (LPA) tidak langsung dapat menyelesaikan masalah sebelum ada instruksi dari pemerintah. Jadi, cara kerja tokoh adat dalam menyelesaikan masalah sudah mulai dibatasi dengan adanya struktur pemerintahan.

1. Sikap Masyarakat Terhadap Mosa laki di Desa Taen Terong Kecamatan Riung Kabupaten Ngada

Sikap merupakan suatu respon evaluasi. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluasi berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap tersebut timbul karena didasari oleh proses dari dalam individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau buruk, positif atau negatif, setuju atau tidak setuju, menyenangkan atau tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagian potensi reaksi terhadap obyek sikap. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yakni pengelaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu (Mitchell : 1990). Sikap adalah reaksi atau respons terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo :1997). Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau

berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Bimo Walgito : 2001).

Klasifikasi sikap masyarakat terhadap Mosa laki tercantum dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Sikap Masyarakat Terhadap Mosa laki di Desa Taen Terong, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, 2015

No Sikap Keterangan

1 2 3

Sangat Menghargai Menghargai

Kurang menghargai

20%

50%

30%

Total 100%

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

Sikap masyarakat terhadap Mosa laki sangat tampak pada tabel 4.8.

Masyarakat sangat menghargai Mosa laki yang ada di Desa Taen Terong Kecamatan Riung Kabupaten Ngada, dengan presentase mencapai 20% dan yang memiliki sikap menghargai dengan presentase mencapai 50%. Namun ada pula sebagian masyarakat yang memiliki sikap kurang menghargai Mosa laki dengan presentase mencapai 30%.

Selain sikap masyarakat yang dijelaskan dalam tabel 4.8 di atas adapun sikap masyarakat terhadap keberadaan Mosa laki di Desa Taen Terong adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat berasumsi bahwa peran Mosa laki sudah semakin menghilang disebabkan semua masalah dalam masyarakat diselesaikan oleh pihak pemerintah.

2. Masyarakat sudah kurang melibatkan para Mosa laki dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat.

2. Pembagian Mosa laki dalam Kehidupan Masyarakat Desa Taen Terong Mosa laki dalam kehidupan masyarakat Desa Taen Terong terbagi menjadi empat :

1. Mosa bhadha laki wea, adalah orang yang memiliki harta kekayaan yang banyak seperti perak (doka) dan emas (mera). Dalam struktur adat jika ada pertemuan yang berkaitan dengan acara adat, mosa bhadha laki wea menjadi tolak ukur di dalam masyarakat. Pada prinsipnya mosa bhadha laki wea adalah orang yang memiliki jiwa sosial.

2. Mosa wiwi laki lema, adalah orang yang memahami struktur adat, struktur budaya dan masalah-masalah sosial. Contohnya, jika terjadi perselisihan antar kedua belah pihak, maka masing-masing pihak mempunyai mosa wiwi laki lema dalam menyelesaikan masalah. Disamping itu juga mosa wiwi laki lema adalah orang yang memiliki kepiawaian dalam berbicara sehingga dijadikan sebagai delegasi pada urusan-urusan adat.

3. Mosa bo’a laki ola, adalah orang yang menjadi tokoh didalam kampung atau orang yang memiliki karakter sebagai seorang pemimpin dalam masyarakat.

4. Mosa tanah laki watu, adalah penguasaan wilayah tanah seperti dalam suku atau orang yang berkuasa dan berperan di dalam masalah tanah.

Keempat istilah Mosa laki ini berasal dari bahasa adat Taen Terong. Taen Terong merupakan satu suku dan kebanyakan bahasa-bahasa adat yang dipakai

adalah bahasa Pae Terong. Meskipun demikian antara Terong dan Pae tidak ada pertentangan terutama dalam hal penggunaan bahasa.

3. Fungsi Mosa laki dalam Kehidupan Masyarakat Desa Taen Terong Suatu fungsi (function) adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem (Rocher, 1975: 40). Adapun fungsi keempat Mosa laki dalam kehidupan masyarakat di Desa Taen Terong adalah sebagai berikut :

1) Fungsi mosa tanah laki watu : a. Sebagai tuan atau penjaga tanah

b. Menyerahkan tanah kepada orang yang membutuhkan tanah untuk mendirikan bangunan.

c. Bertanggung jawab atas tanah yang akan diberikan ketika tanah tersebut bermasalah.

d. Mengorganisir dan memimpin anggota komunitas untuk mempertahankan tanahnya.

2) Fungsi mosa wiwi laki lema :

a. Sebagai delegasi dalam urusan perkawinan.

b. Sebagai mediator antara masyarakat dengan masyarakat.

c. Sebagai mediator antara masyarakat dengan pemerintah.

3) Fungsimosa bo’a laki ola:

a. Sebagai pemimpin masyarakat dalam urusan adat.

b. Memimpin masyarakat untuk menjaga keamanan kampung.

c. Memimpin masyarakat dalam menyelesaikan perkara atau masalah adat.

4) Fungsi mosa bhadha laki wea :

a. Sebagai pemimpin yang memiliki banyak harta.

b. Sebagai pegangan masyarakat dalam urusan adat pernikahan.

c. Meringankan beban masyarakat atas tuntutan harta dalam urusan pernikahan.

4. Degradasi Fungsi Mosa laki dalam Kehidupan Masyarakat Desa Taen Terong

Fungsi dari keempat Mosa laki di dalam kehidupan masyarakat Desa Taen Terong masih berlaku sampai sekarang. Namun, karena dengan adanya perubahan struktur dalam kehidupan masyarakat yakni dengan terbentuknya struktur pemerintahan, maka fungsi dari Mosa laki sudah mulai bergeser. Misalnya, dahulu orang yang dikatakan sebagai Kepala Kampung (mosa bo’a laki ola) berfungsi memimpin masyarakat yang ada di dalam kampung tersebut. Segala persoalan yang ada dalam kampung di urus oleh Kepala Kampung (mosa bo’a laki ola). Akan tetapi dengan adanya struktur pemerintahan peran dan fungsi Kepala Kampung (mosa bo’a laki ola)diambil oleh Kepala Lurah, Kepala Desa, Kepala Lingkungan dan RT.

Degradasi fungsi Mosa laki juga terjadi pada mosa bhadha laki wea. Pada prinsipnya mosa bhadha laki wea adalah orang yang memiliki jiwa sosial. Dengan adanya perubahan baik dari aspek pendidikan dan agama yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, maka fungsi dari mosa bhadha laki wea mulai bergeser.

Dahulu jika ada acara-acara adat dalam masyarakat harta yang diberikan atau dikorbankan oleh mosa bhadha laki wea tidak mengharapkan balasan yang sama

dan orientasinya adalah sosial. Sedangkan sekarang apa yang diberikan oleh mosa bhadha laki wea baik sedikit ataupun banyak harus dibalas dengan yang sama pula dan lebih berorientasi ekonomi.

Demikian juga perubahan yang terjadi pada mosa wiwi laki lema. Mosa wiwi laki lema yang diutus sebagai delegasi dalam proses lamaran berperan juga sebagai saksi bilamana terjadi kesalahan atau penyelewengan dari jalur adat.

Dalam proses lamaran ini jika keluarga perempuan sudah menerimanya, maka pasangan ini sudah sah secara adat. Apabila sudah sah secara adat pasangan ini dilarang keras memutuskan hubungan diantara mereka. Jika terjadi sebaliknya, maka mosa wiwi laki lema tadi kembali menyelesaikan masalah tersebut secara adat yakni dengan denda atau sanksi adat berupa kerbau/sapi yang dibebankan kepada laki-laki dan kain bunga/sarung adat yang dibebankan kepada perempuan yang nilainya sama dengan kerbau/sapi.

Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat segala aturan yang berkaitan dengan masalah pernikahan sudah mulai bergeser.

Bergesernya aturan tersebut dikarenakan kondisi ekonomi masyarakat yang sudah mulai berubah. Sebagai contoh, dahulu setiap masyarakat menyanggupi permintaan secara adat baik berupa kerbau/sapi, domba/kambing dan kain bunga karena masih banyak ternak atau harta yang dimiliki. Namun sekarang tidaklah demikian disebabkan ternak sudah mulai berkurang sehingga banyak digantikan dengan uang. Akan tetapi, uang yang diberikan sebagai ganti kerbau/sapi tadi tidaklah sama dengan harga kerbau/sapi. Dengan berubahnya pemberian dalam urusan adat ini menyebabkan ketidakpuasan masyarakat terhadap apa yang

diberikan. Walaupun banyak masyarakat yang tidak puas dengan apa yang diberikan mosa wiwi laki lema tetap memberikan pemahaman kepada masyarakat.

Dengan pemahaman yang selalu diberikan oleh mosa wiwi laki lema banyak masyarakat yang memahami akan adanya perubahan terutama yang berkaitan dengan urusan adat.

Perubahan juga terjadi pada mosa tanah laki watu. Dahulu ketika pemerintah atau masyarakat membutuhkan tanah untuk mendirikan bangunan terlebih dahulu harus menghadap mosa tanah laki watu. Setelah itu mosa tanah laki watu menyerahkan sebidang tanah sesuai dengan yang dibutuhkan.

Berdasarkan adat mosa tanah laki watu bahwa tanah yang telah diberikan kepada pemerintah atau masyarakat untuk mendirikan bangunan di atas tanah tersebut wajib membayar upeti setiap tahunnya sebagai bentuk penghormatan terhadap mosa tanah laki watu. Kelompok yang ditugaskan untuk meminta upeti dalam bahasa adat dinamakan baro. Baro diadakan dengan tujuan untuk memberikan kontribusi pada acara-acara adat seperti kaijo dan mbela. Namun, dengan masuknya globalisasi dan modernisasi dalam kehidupan masyarakat baro sudah mulai diabaikan. Dan apabila masyarakat membutuhkan tanah untuk mendirikan bangunan tidak lagi harus menghadap mosa tanah laki watu, tetapi langsung kepada pemerintah setempat.

5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Degradasi Fungsi Mosa laki

Setelah kita mengetahui degradasi fungsi Mosa laki di Desa Taen Terong, kita juga perlu mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi fungsi Mosalaki itu. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

degradasi fungsi Mosa laki dalam kehidupan masyarakat Desa Taen Terong adalah sebagai berikut :

1) Meluasnya peran pemerintah.

2) Banyak masyarakat yang berpendidikan sehingga aspek-aspek budaya mulai dikesampingkan.

3) Dengan adanya kemajuan agama aspek budaya kurang diperhatikan.

4) Terjadinya perembesan budaya atau penetrasi budaya.

5) Terbentuknya struktur pemerintahan dalam kehidupan masyarakat.

6) Pengaruh tuntutan ekonomi terhadap kehidupan masyarakat.

6. Dampak Sosial yang Terjadi Akibat Degradasi Fungsi Mosa laki

Dengan terjadinya degradasi fungsi Mosa laki yang disebabkan oleh beberapa faktor dalam kehidupan masyarakat Desa Taen Terong berdampak pula pada kehidupan masyarakat. Adapun dampak yang terjadi akibat dergadasi fungsi Mosa laki adalah sebagai berikut:

1) Masalah tanah baik antara masyarakat dengan masyarakat ataupun masyarakat dengan pemerintah tidak lagi diserahkan kepada mosa tanah laki watu tetapi langsung ke jalur hukum. Sehingga, membebankan masyarakat dalam menyelsesaikan masalah terkhususnya dalam persoalan tanah. Dan apabila masalah diselesaikan secara hukum yang benar bisa disalahkan dan yang salah juga bisa pula dibenarkan.

2) Kepemilikan tanah sudah diperuntukan secara perorangan kepada anggota masyarakat. Sehingga sekarang ini masyarakat tidak terlalu memperhatikan upacara-upacara adat seperti baro, kaijo, mbela.

3) Kepentingan pemerintah terhadap tanah selalu berurusan dengan kepala desa atau kepala lingkungan. Padahal hak atas tanah adalah mosa tanah laki watu.

Akhirnya sering terjadi konflik dalam masyarakat menyebabkan program pembangunan tidak berjalan.

4) Masalah sosial tidak secepatnya diselesaikan karena harus menunggu instruksi pemerintah.

5) Kurang mefungsikan peran daripada mosa bo’a laki oladalam menyelesaikan masalah masyarakat sehingga masalah tidak secepatnya diselesaikan.

6) Dalam masalah adat pernikahan sudah begitu banyak tata cara adat yang dikesampingkan karena peran daripada mosa wiwi laki lema sudah kurang difungsikan.

Adapun solusi yang diberikan terkait dampak yang terjadi akibat degradasi fungsi Mosa laki dalam kehidupan masyarakat Desa Taen Terong adalah sebagai berikut :

1) Pemerintah harus memahami bahwa untuk membangun masyarakat harus melibatkan peran aktif para Mosa laki dalam masalah-malasah adat.

2) Pemerintah harus melibatkan kembali para Mosa laki dalam urusan-urusan adat sesuai dengan peran dan fungsinya.

3) Masyarakat harus menyadari bahwa harga diri daripada suatu komunitas itu ada pada budayanya.

4) Masyarakat harus kembali memperkuat budaya setempat dengan cara mempertahankannya dari pengaruh budaya luar.

64

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 68-79)

Dokumen terkait