untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai yang memungkinkan mereka dapat menjadi warga negara yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang demokratis.43 IPS sendiri juga tentang menghadapi dan memecahkan masalah sosial seperti halnya perundungan verbal bisa melalui pengenalan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepekaan ke dalam masalah sosial.
Seperti halnya menurut teori yang dikemukakan oleh Coloroso mengatakan bahwa perundungan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kerjam, penghinaan dan, pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. 44 Dengan munculnya kasus perundungan verbal dalam lingkungan sekolah, pembelajaran IPS menjadi aktor penting yang mengajarkan beberpa nilai agar menumbuhkan sikap yang baik dan bijak dalam menangani dan mencegah agar permasalahan sosial yang terjadi berkurang. Masalah sosial yang terjadi di sekolah seperti perundungan verbal mempunyai banyak dampak negatif.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, bahwa Strategi penanaman sikap anti perundungan verbal melalui pembelajaran IPS siswa SMPN 1 Siman, Ponorogo diperoleh 3 penanaman sikap oleh guru yaitu:
a. Sikap Toleransi
Sikap toleransi antar sesama yang ditanamkan dalam pembelajaran IPS sangat berpengaruh untuk mencegah terjadinya
43 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2022), 8.
44 Said Alwi, Perilaku Perundungan di Kalangan Santri Dayah Terpadu Kota Lhokseumawe, (Medan : CV. Pusdikra Mitra Jaya, 2021), 21 .
perundungan verbal seperti halnya sikap baik kepada semua teman sekelas, tidak bermusuhan, tidak mengejek temaan dengan kata yang tidak pantas, dan menerima semua perbedaan dengan lapang dada serta saling mendukung. Beberapa sikap toleransi yang didapatkan peneliti dalam menanamkan kepada siswa yaitu:
1) Tidak mengejek teman dengan membawa nama orang tua.
2) Tidak mengejek bentuk fisik atau gender yang berbeda.
3) Menghargai nama atas yang diberikan orang tuanya.
b. Kerjasama
Penanaman sikap anti perundungan verbal yaitu melalui kerjasama atau kelompok diskusi pada saat proses pembelajaran IPS.
Dengan dilakukannya diskusi maka akan terjalin sebuah interaksi secara langsung yang dilakukan oleh siswa secara lebih dekat. Hal ini akan menumbuhkan rasa persaudraan dan kekeluargaan antar siswa.
Seperti yang dikatakan menurut teori Pony Retno Astuti, bahwasanya program yang mengandung nilai sosial paling mendasar yang dilaksanakan secara nyata, terkontrol, individual maupun berkelompok/ bersama-sama, hal ini dikategorikan efektif dalam pencegahan perundungan melalui pelatihan perbaikan perilaku anak oleh karena itu, pembentukan jaringan dan pengenalan etika dari program sahabat memberikan contoh perilaku yang bersahabat. Contohnya yang dilakukan dengan menyelenggarakan kerja bakti, diskusi, toleransi,
bersahabat, bertanggung jawab terhadap sesama, dan lainnya.45 Dengan dilakukannya diskusi maka secara tidak langsung siswa bisa bertukar pikiran, berkerjasama dalam memcahkan permasalahan bersama-sama.
c. Sikap Peduli Antar Sesama
Dengan meningkatkan rasa kepedulian siswa terhadap korban perundungan, apabila siswa tumbuh rasa peduli yang tinggi maka muncul suasana sekolah yang rukun, damai, dan tentram. Pentingnya mempunyai rasa peduli terhadap sesama siswa juga bisa mencegah perilaku siswa untuk melakukan hal-hal yang menyimpang seperti halnya yang terjadi yaitu perundungan verbal dengan mengejek teman yang seharusnya tidak boleh dilakukan antar sesama teman. Mengingat bahwasanya perundungan merupakan tindakan kekerasan yang memberikan dampak negatif bagi pelaku maupun korbannya.
Rasa peduli antar sesama juga harus ditanamkan sejak dini agar siswa tidak tumbuh menjadi anak yang berperilaku tidak baik anatar sesama. Keinginan untuk tidak mengikuti aturan yang berlaku dan tumbuhnya kesadaran bahwasanya menindas, merendahkan, menyakiti orang lain adalah perbuatan yang tercela dan tidak baik.
Strategi penanaman sikap anti perundungan verbal juga didukung adanya upaya dari sekolah dan seluruh tenaga pendidik di SMPN 1 Siman, Ponorogo dengan adanya pembiasaan sholat duha dan jama’ah sholat dzuhur yang setelah kegiatanya diadakan kultum dengan tujuan
45 Ponny Retno Astuti, Meredam :3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak (Jakarta: PT Grasindo, 2008) 26.
membantu untuk menyadarkan siswa agar berperilaku baik. Meskipun pada saat peneliti melakukan observasi masih ada beberapa siswa yang melakukan perundungan antar sesama, namun penanaman sikap anti perundungan verbal ini terus menerus dilakukan dan dilatih agar siswa mampu menjadi orang yang memiliki kepedulian sosial dan toleransi yang tinggi sehingga mencapai nilai yang baik dimata masnyarakat. Oleh karena itu, penanaman sikap anti perundungan verbal di SMPN 1 Siman, Ponorogo harus tetap dievaluasi, diperbaiki, dan lebih diperhatikan lagi karena perilaku tidak baik seperti halnya perundungan ini jika dibiarkan saja akan berdampak terhadap perilaku siswa yang akan membawa nama baik sekolah juga.
2. Faktor Penyebab Siswa Melakukan Perundungan Verbal di SMPN 1 Siman, Ponorogo
Pada saat peneliti melakukan observasi di SMPN 1 Siman, Ponorogo ditemukan beberapa faktor penyebab siswa melakukan perundungan yaitu diantaranya:
a. Keluarga
Menurut teori yang dikemukakan oleh widya Ayu Sapitri bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak orang tua wajib mendidik anak dengan disiplin dan penuh kasih sayang, kasih sayang bukan melulu tentang materi, tetapi quality time dengan si anak tugas orang tua bukan memaksa anak untuk menjadi boneka ambisinya, melainkan mendukung dan mengarahkn anak tumbuh sesuai
dengan perkembangannya dan beri kepercayaan anak untuk tumbuh dewasa lebih baik.46
Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak bisa membuat anak perilaku yang tidak baik dan menyebabkan anak melakukan perundungan, seperti halnya yang terjadi di sekolah-sekolah khususnya di SMPN 1 Siman, Ponorogo tingkat siswa melakukan perundungan mencapai 40%. Oleh karena itu, faktor penghambat guru menanamkan strategi sikap anti perundungan salah satunya juga dari pola asuh orang tua siswa.
Dari hal tersebut beberapa permasalahan yang diahdapi oleh guru di sekolah, yaitu siswa karena kurangnya kasih sayang orang tua adanya permasalahan orang tua terbawa ke sekolah, sehingga ketika siswa tersebut bisa saja berperilaku kurang baik antar sesama. Menurut paparan dara peneliti dengan guru IPS, Kepala Sekolah, dan guru BK terdapat permasalahan karena latar belakang siswa ada yang keluarganya tidak utuh atau di rumah hanya tinggal bersama nenek, kakak dan adek, orang tuanya di luar negeri, keluarga broken home kemudian tingkat pendidikan orang tuanya yang rendah juga berpengaruh terhadap penanaman sikap anti perundungan, karena orang tua yang rendah SDM biasanya cenderung memasrahkan anaknya di sekolah. Selain itu, pengaruh orang tua sibuk kerja jadi di rumah sering sendiri anak jadi aktif menggunakan gadget karena luasnya sosial media jadi anak akan
46 Widya Ayu Sapitri, Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini, (Semarang: Guepedia, 2020), 58.
menirunya. Karena, siswa yang kurang akan kasih sayang serta memiliki pola asuh yang kurang tepat akan menghambat guru dalam memberikan pengajaran di sekolah baik pengetahuan maupun penanaman sikap salah satunya sikap anti perundungan verbal pada anak.
b. Faktor Internal Siswa
Faktor dari dalam diri siswa atau faktor internal siswa ini tidak kalah penting dalam menumbuhkan sikap anti perundungan verbal, karena apabila strategi guru sudah dilakukan dengan sebaik mungkin namun dari dalam diri siswa belum memiliki kesadaran untuk tumbuh perilaku toleransi dan kepedulian antar sesama maka strategi yang diberikan guru percuma. Faktor internal siswa juga dipengaruhi oleh usia siswa yang masih labil dan belum mempunyai kesadaran penuh dalam melakukan hal yang tidak baik antar sesama. Siswa yang masih duduk di bangku SMP ini masih sering berperilaku layaknya anak-anak yang lebih sering melakukan candaan yang berlebihan sehingga menyebabkan satu siswa dengan yang lain saling tersulut emosi.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab siswa berperilaku tidak baik. Menurut teori yang dikemukakan oleh widya Ayu Sapitri bahwa apabila lingkungan sekitar tidak mendukung atau bahkan memberikan dampak negatif maka jangan larang anak untuk tidak
bersosialisasi namun beri batasan supaya anak tahu batasan dalam bergaul.47
Seperti pada saat anak di lingkungan sekolah hampir setengah hari anak berada di lingkungan sekolah dan bertemu dengan siswa-siwi yang sangat banyak dengan berbagai macam karakter dan latar belakang hidupnya. Di lingkungan sekolah yang merupakan tempat nyaman dan harmonis untuk belajar dan berinteraksi antar siswa dan guru, namun tak jarang perilaku perundungan sering terjadi. Peristiwa ini karena terdapat pergaulan sebagian siswa atau kelompok siswa yanga ada dalam sekolah mempunyai perilaku yang tidak baik seperti perilaku perundungan verbal, misalnya dengan teman yang suka mengejek dan suka berkata kotor. Biasanya dalam lingkungan sekolah atapun di luar sekolah terdapat kebiasaan yang sering kali terjadi membully atau mengejek temannya dengan panggilan lain.
d. Teman Sebaya
Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pelaku perundungan verbal yaitu kelompok teman sebaya atau geng. Pengaruh teman sebaya ini pengaruh yang sangat memprihatinkan karena hampir menghabiskan waktu di sekolah anak bermain dan bercanda berama teman sebaya secara tidak langsung perundungan ini cepat sekali menular ke siswa-siswa lainnya karena ikut-ikutan.
47 Widya Ayu Sapitri, Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini, (Semarang: Guepedia, 2020), 58.
Siswa dalam teman sebaya biasanya bisa memberikan dampak baik dan buruk, namun terkadang kumpulan teman sebaya atau geng ini yang memberikan pengaruh negatif kepada teman yang lain seperti siswa yang memiliki masalah di sekolah menirukan perilaku yang tidak biak seperti melakukan kekerasan, berkata kotor, mengolok-olok teman, berkumpul dan berbicara yang tidak baik sehingga menimbulkan penindasan.
3. Dampak Penanaman Sikap Anti Perundungan Verbal dalam Pembelajaran IPS Siswa di SMPN 1 Siman, Ponorogo
Menanamkan sikap anti perundungan verbal pada siswa memerlukan kesabaran penuh karena hal tersebut tidak bisa menghasilkan hasil secara instan dan memerlukan sebuah proses dan tahapan. Sekolah salah satu tempat dimana siswa bisa mendapatkan sosialisasi tentang bagaimana berperilaku baik, sehingga sekolah diharapkan mempu memberikan yang terbaik kepada siswa supaya menjadi insan yang berakhlak mulia.
Pernyataan tersebut didukung oleh teori Sariyana bahwasanya salah satu faktor sikap saling mengharagai dan toleransi menjadi senjata untuk meredam gesekan atau perselisihan.48 Melalui strategi yang telah dilakukan oleh guru IPS dan pihak sekolah dalam menanamkan sikap anti perundungan verbal terhadap siswa diperoleh dampak yang positif baik bagi siswa maupun bagi sekolah.
48 Sariyana, Sosiologi Pedesaan, (Yogyakarta:Zahir Publishing, 2022), 190.
Penanaman sikap anti perundungan verbal ini juga dibekali dengan nasihat dari guru terkait perilaku itu tidak boleh dilakukan agar tidak menimbulkan dampak yang negatif. Dengan adanya upaya dan faktor pendukung telah membuat banyak perubahan baik pada diri siswa. Hal ini, ditujukan pada saat peneliti melakukan wawancara dengan guru IPS, guru BK, kepala sekolah, dan beberapa siswa memberikan tanggapan bahwa telah ada perubahan sikap siswa setelah dilakukan penanaman sikap anti perundungan verbal ini. Salah satu upaya guru yang dilakukan setiap hari, dengan memanfaatkan pembelajaran salah satunya pelajaran IPS sebagai bentuk sosialisasi sekolah dalam menanamkan nilai sosial sukap saling mengharagai, toleransi, kepeduliaan sosial, dan larangan konflik terhadap siswa.
Penanaman sikap anti perundungan di SMPN 1 Siman yaitu, ketika upacara bendera hari senin, kultum setelah sholat jamaah duhur dan duha, peraturan yang ditempel di kelas-kelas disampaikan tentang larangan perundungan dan berperilaku tidak baik antar sesama. Selain itu juga mendatangkan dari pihak kepolisian dengan mensosialisasikan terkait larangan perundungan dan bahaya melakukan perundungan.
Sikap toleransi dan peduli antar sesama jika dilatih, dilakukan, dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari akan membekas serta akan tertanam dalam diri siswa. Dampak penanaman sikap anti perundungan verbal tidak hanya bermanfaat terhadap siswa namun juga berdampak positif bagi sekolah. Lingkungan sekolah yang mampu mencetak siswa yang
berkepribadian baik dan memiliki akhlak mulia akan menarik minat masyarakat untuk menitipkan anaknya di sekolah tersebut dengan harapan dapat menjadi seseorang yang cerdas dalam pengetahuan, cerdas dalam berperilaku sosial, cerdas dalam berinterkasi antar sesama, karena semakin tinggi kecakapan sosial yang dimiliki seseorang maka orang tersebut akan mampu membentuk hubungan, memahami orang lain, dan orang yang di sekitarnya akan merasa nyaman.
Dengan demikian, orang yang memiliki sikap toleransi, menghargai, dan peduli antar sesama akan memiliki etika moral yang lebih tinggi pula dalam lingkungan masyarakat. IPS sebagai salah satu pembelajaran yang erat kaitannya dengan masyarakat tidak hanya dipelajari secara teori namun juga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakatnya.
78 BAB V PENUTUP