alternatif (Ha) ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara riwayat vaksin HPV dengan kejadian kanker serviks pada penderita.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelian yang dilakukan oleh Yuviska dkk yang menunjukkan bahwa jumlah paritas ≥3 mempunyai resiko 2,3 kali besar untuk kemungkinan mengalami kejadian kanker serviks, diakibatakan oleh perlukaan dan trauma yang sering terjadi saat proses persalinan dan juga kemungkinan karena adanya jarak kehamilan terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya atau paritas >3, maka akan banyak risiko yang menimpa baik ibu maupun janinnya, untuk ibu rahim yang masih belum pulih benar akibat persalinan sebelumnya dan akibatnya akan terjadi kerusakan pada system reproduksinya34.
2. Hubungan antara Usia Seksual Pertama Kali dengan Kanker Serviks pada Penderita di Beberapa Lokasi di Indonesia dan Afrika Periode Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2020
Hasil analisis bivariat hubungan antara usia seksual pertama kali dengan kanker serviks pada penderita di beberapa lokasi di Indonesia dan Afrika periode tahun 2009 sampai dengan 2020 dengan total sampel berisiko sebanyak 964 responden dan total sampel yang tidak berisiko sebanyak 1093 responden, diperoleh nilai p value < 0,001 atau nilai p value
< 0,05 maka terdapat hubungan secara statistik antara usia seksual pertama kali dengan kejadian kanker serviks dengan peluang 3,14 kali lebih berisiko mengalami kanker serviks pada penderita dengan usia seksual pertama kali sebelum <20 tahun dibanding penderita yang usia seksual pertama kali sesudah >20 tahun.
Usia melakukan seks pertama kali adalah salah satu faktor resiko yang cukup penting. Karena sel mukosa serviks atau lapisan dinding vagina belum sepenuhnya terbentuk sempurna jika telah melakukan hubungan seksual pada usia muda maka sangat mudah terjadi lesi yang nanati akan menyebabkan terjadinya infeksi HPV. Jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati,
dengan begitu maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker.
Infeksi HPV pada perempuan muda berkaitan dengan kematangan serviks sehingga hubungan seksual pertama bagi perempuan sangat rentan terinfeksi apabila serviks belum matang6.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Berahho dkk menunjukkan bahwa penderita dengan usia seksual dilakukan sebelum usia <20 tahun memiliki risiko terkena kanker serviks dibandingkan dengan
>20 tahun. Hal ini berkaitan dengan sel mukosa atau lapisan dinding vagina yang belum sepenuhnya terbentuk sempurna33.
3. Hubungan antara Berganti-Ganti Pasangan Seksual dengan Kanker Serviks pada Penderita di Beberapa Lokasi di Indonesia dan Afrika Periode Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2020
Hasil analisis bivariat hubungan berganti-ganti pasangan seksual dengan kanker serviks pada penderita di beberapa lokasi di Indonesia dan Afrika periode tahun 2009 sampai dengan 2020 dengan total sampel berisiko sebanyak 508 responden dan total sampel yang tidak berisiko sebanyak 685 responden, diperoleh nilai p value < 0,001 atau nilai p value
< 0,05 maka terdapat hubungan secara statistik antara berganti-ganti pasangan seksual dengan kejadian kanker serviks dengan peluang 1,84 kali lebih berisiko mengalami kanker serviks pada penderita yang sering berganti-ganti pasangan seksual dibanding pada penderita yang tidak pernah berganti pasangan seksual.
Setiap berhubungan seksual dengan satu pasangan baru, kesempatan untuk terkena penyakit akibat hubungan seksual semakin besar. Faktor yang paling mempengaruhi timbulnya kanker serviks adalah penyakit akibat hubungan seksual. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan. Berganti- ganti pasangan akan memungkinkan
tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV).
Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak dan tidak terkendali sehingga menjadi kanker23. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Caturini dkk yang menunjukkan bahwa penderita yang berganti-ganti pasangan seksual memiliki kemungkinan 8 kali lebih besar terkena kanker serviks dibanding yang tidak berganti pasangan seksual. Hal ini mungkin berkaitan dangan penderita memiliki seksual aktif dapat terinfeksi oleh HPV risiko tinggi 75%
banyak sekali penelitian yang membuktikan bahwa penularan HPV ini di sebabkan oleh hubungan seksual dan terlebih lagi bila di lakukan dengan pasangan yang berganti-ganti32.
4. Hubungan antara Riwayat Merokok dengan Kanker Serviks pada Penderita di Beberapa Lokasi di Indonesia dan Afrika Periode Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2020
Hasil analisis bivariat hubungan riwayat merokok dengan kanker serviks pada penderita di beberapa lokasi di Indonesia dan Afrika periode tahun 2009 sampai dengan 2020 dengan total sampel berisiko sebanyak 316 responden dan total sampel yang tidak berisiko sebanyak 188 responden, diperoleh nilai p value < 0,001 atau nilai p value < 0,05 maka terdapat hubungan secara statistik antara riwayat merokok dengan kejadian kanker serviks dengan peluang 2,03 kali lebih berisiko mengalami kanker serviks pada penderita dengan mempunyai riwayat merokok atau sedang mengkonsumsi rokok dibanding penderita yang tidak pernah mengkonsumsi rokok.
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko kanker serviks. adalah salah satu faktor resiko dari penyebab kanker serviks wanita yang memiliki kebiasaan merokok berisiko lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat merokok24. Rokok mengandung bahan karsinogenik spesifik dari tembakau, yakni bahan kimia yang dapat memicu kanker serviks. Bahan karsinogen tersebut akan diserap ke dalam paru-paru, lalu masuk ke dalam darah, dan selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Bahan karsiogenik menyebabkan kerusakan DNA sel serviks dan dapat berkontribusi menjadi kanker serviks25.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis dkk yang menunjukkan bahwa penderita yang mempunyai riwayat merokok memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibanding yang tidak memiliki riwayat merokok. Hal ini mungkin berkaitan dangan bahan-bahan karsinogen. Bahan-bahan tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks31.
5. Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Kanker Serviks pada Penderita di Beberapa Lokasi di Indonesia dan Afrika Periode Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2020
Hasil analisis bivariat hubungan riwayat keluarga dengan kanker serviks pada penderita di beberapa lokasi di Indonesia dan Afrika periode tahun 2009 sampai dengan 2020 dengan total sampel berisiko sebanyak 530 responden dan total sampel yang tidak berisiko sebanyak 889 responden, diperoleh nilai p value < 0,001 atau nilai p value < 0,05 maka terdapat hubungan secara statistik antara riwayat keluarga dengan kejadian kanker serviks dengan peluang 5,43 kali lebih berisiko mengalami kanker serviks pada penderita dengan keluarga yang mempunyai riwayat kanker serviks dibanding penderita yang tidak mempunyai keluarga yang mempunyai kanker serviks.
Onkogen yang memicu terbentuknya kanker adalah dengan jalan mengaktifkan sel kanker, yang menyediakan dan memfasilitasi sel tersebut untuk berkembang seperti hiperaktif pertumbuhan dan pembelahan sel, mencegah terjadinya program kematian sel (apoptosis), kehilangan sifat normal dari sel, dan mampu bertahan dan berkembang dalam jaringan lingkungannya. Pada kondisi tersebut gen yang bertugas menghambat sel tumor dihambat/diinaktifkan yang mengakibatkan sel tidak berfungsi normal, hal tersebut menyebabkan replikasi DNA yang mengontrol siklus sel tidak bekerja26.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuviska dkk yang menunjukkan bahwa penderita yang mempunyai riwayat keluarga memiliki kemungkinan 3 kali lebih besar terkena kanker serviks dibanding penderita yang tidak memiliki riwayat keluarga34.
6. Hubungan antara Riwayat Vaksin HPV dengan Kanker Serviks pada Penderita di Beberapa Lokasi di Indonesia dan Afrika Periode Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2020
Hasil analisis bivariat hubungan riwayat vaksin HPV dengan kanker serviks pada penderita di beberapa lokasi di Indonesia dan Afrika periode tahun 2009 sampai dengan 2020 dengan total sampel berisiko sebanyak 179 responden dan total sampel yang tidak berisiko sebanyak 2 responden, diperoleh nilai p value < 0,482 atau nilai p value > 0,05 maka tidak terdapat hubungan secara statistik antara riwayat vaksin HPV dengan kejadian kanker serviks22.
Vaksinasi HPV merupakan bentuk perlindungan spesifik terhadap kanker serviks yang diberikan pada saat belum terinfeksi dan memiliki tingkat perlindungan yang sangat efektif terhadap 70% kasus potensial kanker serviks karena menargetkan tipe HPV 16 dan 18. Efektivitas vaksin bivalen mencapai lebih dari 90% setelah pemberian dosis ketiga pada
wanita sedangkan efektivitas vaksin quadrivalent diperkirakan antara 70- 100% dan diperkirakan dapat mengurangi insidensi kasus kanker serviks sampai 90%22.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan Hestuningtyas dkk menunjukkan bahwah tidak ada hubungan antara riwayat vaksin HPV dengan kejadian kanker serviks.