• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen Home - Open Access Repository (Halaman 54-62)

4.3.1 Dukungan Keluarga yang diterima anak retardasi mental di SLB Negeri Pelambuan Banjarmasin.

Pada penelitian, diketahui bahwa 27 (90%) keluarga dari 30 keluarga yang memberikan dukungan, sedangkan 3 (10%) keluarga tidak memberikan dukungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas keluarga memberikan dukungan kepada anak retardasi mental.

Sebanyak 23 (76,7%) responden orang tua yang berpendidikan terakhir SMA, sedangkan orang tua yang tidak memberikan dukungan berpendidikan terakhir SMP 2 (6,7%) responden dan tidak bersekolah 1 (3,3%) responden.

Orang tua dengan pendidikan SMP dan tidak bersekolah masuk dalam kategori mendukung sebanyak 3 (10%). Dukungan keluarga yang

diberikan orang tua salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, hasil yang didapatkan sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Deswita (2023) bahwa faktor yang memengaruhi dukungan keluarga salah satunya adalah tingkat pendidikan. Orang tua yang memiliki pendidikan dasar dan menengah tidak mampu melatih anaknya dalam melakukan keterampilan perawatan diri dengan lebih baik daripada orang tua yang memiliki latar pendidikan tinggi (Ling disitasi oleh, Yayu et al., 2020). Hal tersebut relevan dengan penelitian Saodah (2017) dengan judul “Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Personal Hygiene Anak Retardasi Mental di SLB N 1 Bantul Yogyakarta” bahwa pendidikan orang tua akan memengaruhi pengetahuan orang tua dalam memberikan perawatan kepada anak retardasi mental yang nantinya juga akan memengaruhi orang tua dalam perannya. Dukungan keluarga yang diberikan mampu membuat anggota keluarga berfungsi dengan akal serta kepandaiannya, sehingga mampu meningkatkan adaptasi keluarga dan kesehatan (Friedman disitasi oleh, Yayu et al., 2020).

Skor item tertinggi pada kuesioner dukungan keluarga adalah item nomor 3 dengan jumlah 28, artinya keluarga banyak memilih ya pada pertanyaan ini. Adapun item kuesionernya, yaitu keluarga tetap mencintai dan memperhatikan anak bagaimanapun kondisi anak, item ini masuk dalam aspek dukungan emosional dan penghargaan yang mengartikan bahwa sebanyak 28 keluarga sudah mampu memberikan dukungan emosional dan penghargaan pada anak retardasi mental.

Dukungan ini mampu memberikan rasa nyaman pada anak dan penerimaan pada dirinya bahwa ia diterima dalam keluarga, anak juga akan merasa dicintai dan diperhatikan dimana hal tersebut mampu menambah penghargaan diri saat anak mengalami tekanan. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan Friedman (disitasi oleh Triyani & Warsito, 2019) bahwa keluarga berperan untuk

67

memberikan feedback dan sebagai validator identitas bagi anggota keluarganya dengan memberikan penghargaan, dukungan, dan perhatian.

Selanjutnya item dengan skor terendah adalah item nomor 12 dengan jumlah skor 14. Adapun item kuesionernya, yaitu keluarga jarang mengingatkan waktu untuk anak melakukan kebersihan diri, item ini masuk dalam aspek dukungan informasi. Dalam aspek ini keluarga sebenarnya berperan dalam mengumpulkan dan memberikan informasi kepada anak, tetapi dalam aspek ini memang dibutuhkan pengetahuan dan kesadaran yang baik. Jika keluarga kurang dalam memberikan dukungan informasi, anak juga akan kurang dalam kesadarannya untuk mengingat kapan saja waktu ia untuk melakukan kebersihan diri, sehingga kemampuan dalam kebersihan diri pun akan semakin berkurang mengingat kemandirian personal hygiene tidak muncul secara tiba-tiba melainkan dengan pembiasaan. Hal tersebut relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Faizah (2017) mengenai peran keluarga dalam merawat anak retardasi mental, yaitu untuk melakukan intervensi bagi anak retardasi mental memerlukan adanya perawatan yang baik, dan konsisten, komunikasi secara verbal dan stimulasi taktil, memberikan instruksi berulang dan sederhana, mendorong kemandirian, memanajemen perilaku yang sulit, dan menciptakan lingkungan yang aman serta aman bagi anak.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan dan pengetahuan orang tua dapat meningkatkan kualitas dukungan keluarga yang diberikan. Orang tua yang berpendidikan, memiliki wawasan yang luas, dan memiliki kesadaran akan cenderung memberikan kualitas dukungan keluarga yang lebih baik.

4.3.2 Kemandirian Personal Hygiene Anak Retardasi Mental di SLB Negeri Pelambuan Banjarmasin.

Berdasarkan tabel 4.7 bahwa pada 30 responden dengan retardasi mental dalam kategori mandiri sebanyak 22 (73,3%) dan 8 (26,7%) anak dalam kategori ketergantungan. Mayoritas urutan posisi anak pada penelitian ini, yaitu anak dengan urutan posisi pertama sebanyak 12 orang dan sisanya merupakan anak dengan urutan kedua. Usia responden terbanyak adalah 10 tahun sebanyak 6 (20%) anak.

Kemandirian personal hygiene yang paling banyak dilakukan oleh anak menurut orang tua berdasarkan jawaban kuesioner terbanyak adalah anak mampu menirukan dengan baik tata cara mandi yang baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan orang tua. Sebanyak 22 (73,3%) anak yang mandiri juga mampu melakukan kebersihan diri lainnya seperti menyisir rambut sendiri dan menggosok gigi sendiri.

Hasil yang didapatkan juga relevan dengan penelitian dari Hartiningsih et al. (2021) dengan judul “Dukungan Orang Tua Berhubungan dengan Tingkat Kemampuan Perawatan Diri Anak Tunagrahita” bahwa sebanyak 64 orang (78%) mampu mandiri, seperti memakai baju sendiri dan makan sendiri tanpa disuapi.

Hasil penelitian didapatkan bahwa usia pada anak retardasi mental di SLB Negeri Pelambuan Banjarmasin juga memberikan pengaruh terhadap kemandirian personal hygiene yang dimiliki. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa 4 orang anak yang ketergantungan memiliki usia 10 tahun kebawah. Lalu, 4 orang lainnya dipengaruhi oleh kebiasaan dan disiplin pada anak dengan selalu mendapatkan bantuan dari orang tua dalam melakukan perawatan kebersihan diri dan kurangnya rasa percaya orang tua kepada anak, sehingga anak tidak mampu melakukan perawatan kebersihan diri dengan mandiri. Ketidakmandirian anak sejalan dengan teori tentang faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian,

69

bahwa usia, kebiasaan, dan disiplin pada anak retardasi mental dapat memberikan pengaruh pada kemandirian yang mereka miliki (Dimyati disitasi oleh Musbiki, 2021; Spock disitasi oleh Musbikin, 2021).

Kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya (Hartiningsih et al., 2021).

Skor tertinggi dalam kuesioner kemandirian personal hygiene adalah item nomor 12 dengan total skor 82, yaitu anak mampu menirukan dengan baik tata cara mandi yang baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan orang tua pada aspek perawatan kulit, artinya anak sudah mampu membersihkan dan memandikan tubuh menggunakan air bersih dan sabun yang berguna untuk menjaga kebersihan kulit dan mempertahankan fungsinya.

Sementara itu, kuesioner dengan total skor terendah adalah item nomor 15 dengan total skor 57, yaitu anak selalu membutuhkan bantuan orang tua untuk menyiapkan peralatan mandi pada aspek perawatan kulit. Artinya meskipun umumnya anak sudah mampu mandi dengan tata cara yang baik dan benar, anak masih ketergantungan untuk menyiapkan peralatan mandi, dimana orang tua harus selalu menyediakan peralatan mandi agar anak bisa mandi sendiri. Orang tua bisa mencontohkan dan mengedukasi tata cara dalam menyiapkan alat sebelum mandi agar anak bisa mengingat dan mengetahui apa saja yang perlu disiapkan sebelum melakukan kebersihan diri mandi, seperti menyiapkan handuk, ember, air hangat, gayung, dan lain-lain. Oleh sebab itu, orang tua harus berani

memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan personal hygiene secara mandiri sejak dini agar kemampuannya bisa terus berkembang sampai anak tersebut benar-benar bisa mandiri.

4.3.3 Hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian personal hygiene pada anak retardasi mental di SLB Negeri Pelambuan Banjarmasin.

Berdasarkan tabel 4.8 dukungan keluarga yang mendukung dan mandiri sebanyak 22 (81,5%) responden, dukungan keluarga yang mendukung dan ketergantungan sebanyak 5 (18,5%). Keluarga yang tidak memberikan dukungan dan mandiri sebanyak 0 (0%) responden, keluaraga yang tidak mendukung dan ketergantungan sebanyak 3 (100%) responden.

Didapatkan kesimpulan dari hasil Spearman Rank bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan dan arah yang positif antara dukungan keluarga dengan kemandirian personal hygiene pada anak retardasi mental di SLB Negeri Pelambuan Banjarmasin dengan nilai p-value= 0,000 (<0,05). Mengacu pada kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa H1 yang diajukan dapat diterima dan H0 ditolak.

Berdasarkan tingkat dan arah kekuatan hubungan berdasarkan uji Spearman Rank diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,703 yang diartikan bahwa tingkat kekuatan hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian personal hygiene anak retardasi mental adalah kuat dengan arah hubungan searah karena nilai korelasi positif.

Hasil tersebut relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Syahda dan Mazdarianti (2018) bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan arah yang postif antara dukungan keluarga dengan kemandirian anak retardasi mental. Hal tersebut mengartikan bahwa jika dukungan yang diberikan oleh keluarga meningkat, maka kemandirian personal hygiene yang terdapat pada anak retardasi mental di SLB Negeri Pelambuan Banjarmasin juga akan meningkat.

71

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, sebanyak 22 orang anak mendapat dukungan keluarga terbukti memiliki kemampuan untuk mandiri dalam melakukan personal hygiene. Stimulus yang dilakukan oleh orang tua, yaitu dengan menjelaskan serta memperagakan tata cara mandi, gosok gigi, keramas, dan menyisir.

Keluarga adalah seseorang yang selalu ada di sisi anak retardasi mental untuk mendukung dan mendampingi perkembangan serta tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, keluarga berperan nomor satu untuk memberikan dukungan keluarga, dalam penelitian ini orang tua umumnya memiliki total skor tertinggi pada item nomor 3, aspek dukungan emosional dan penghargaan dimana dengan dukungan tersebut keluarga sudah mampu memberikan dukungan dengan baik.

Namun, masih ada 5 orang anak yang mengalami ketergantungan meskipun keluarga sudah memberikan dukungan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ke-5 orang tua tersebut hanya mendapatkan skor 8-9 pada kuesioner dukungan keluarga, dimana semua orang tua kurang dalam dukungan informasi dengan jawaban yang diberikan mendapatkan skor 0. Pada penelitian ini juga mendapatkan bahwa total skor kuesioner pada aspek dukungan informasi adalah aspek dengan total skor terendah, yaitu total skor 14 pada item nomor 12. Untuk memaksimalkan dukungan yang diberikan, keluarga perlu menguatkan dukungan informasi agar pengetahuan orang tua bisa meningkat, sehingga mampu membantu anak dalam mengembangkan kemandiriannya, sejalan dengan Puspita (disitasi oleh Parulian et al., 2020) bahwa dalam meningkatkan kemandirian anak dibutuhkan peran orang tua, karena orang tua bisa memberikan pelatihan atau bimbingan dukungan keluarga kepada anak retardasi mental agar mampu melakukan kemandirian personal hygiene.

Kemandirian personal hygiene tidak muncul dengan sendirinya, melainkan perlu adanya pembiasaan dan kedisiplinan, untuk mewujudkan hal tersebut keluarga berperan dalam memberikan dukungan, dalam penelitian ini didapatkan item nomor 12 sebagai item kuesioner dengan total skor tertinggi 82, yaitu anak mampu menirukan dengan baik tata cara mandi yang baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan orang tua pada aspek perawatan kulit.

Selanjutnya, kuesioner dengan total skor terendah nomor 15 dengan total skor 57, yaitu anak selalu membutuhkan bantuan orang tua untuk menyiapkan peralatan mandi pada aspek perawatan kulit. Orang tua yang memberikan kepercayaan pada anaknya untuk melakukan personal hygiene membuat anak percaya diri dan berani untuk belajar melakukan personal hygiene sendiri, hal tersebutlah yang mampu meningkatkan kemampuan personal hygiene anak. Pada penelitian ini didapatkan 3 orang yang ketergantungan tidak mendapatkan dukungan keluarga dimana semuanya mendapatkan skor 7 dalam kuesioner dukungan keluarga, diantaranya terdapat kurangnya dukungan keluarga dalam aspek emosional dan penghargaan, dukungan fasilitas, dan kurang dalam semua aspek. Hal tersebut menyebabkan anak kurang dalam kemandirian perawatan kulit, kuku kaki dan tangan, dan perawatan rambut berdasarkan dari hasil kuesioner yang didapatkan. Jika keluarga memberikan afeksi seperti pujian, penghargaan, dan ungkapan kasih sayang kepada anak, hal tersebut akan membuat anak percaya bahwa apa yang ia lakukan sudah benar, sehingga memotivasi anak untuk mengeksplorasi kegiatan personal hygiene lainnya. Keluarga juga perlu menyediakan fasilitas yang menarik dan aman, contohnya seperti menyediakan ember dengan warna atau gambar yang menarik, menyediakan sabun pump agar anak lebih mudah menggunakannya, serta karpet anti slip di kamar mandi, sesuai dengan kemampuan keluarga dan kebutuhan anak. Selanjutnya jika anak masih belum mampu memotong kuku

73

tangan dan kaki sendiri keluarga perlu selalu mendampingi dan mencontohkan bagaimana tata cara untuk memotong kuku yang baik dan benar. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan informasi agar keluarga bisa memberikan nasehat dan sugesti bahwa melakukan kemandirian personal hygiene akan berdampak baik untuk kesehatan anak, sehingga anak akan terhindar dari bakteri penyakit yang akan membuat anak sakit atau merasa tidak nyaman. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Mandasari et al. (2020) yang menjelaskan bahwa stimulus serta dukungan yang diterima oleh anak mampu meningkatkan kemampuannya untuk mandiri, khususnya dalam personal hygiene.

Analisis peneliti mendapatkan bahwa hubungan anak retardasi mental dengan orang tua sangat penting, sehingga orang tua harus bisa menerima dan membantu anak agar mampu menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi yang ia alami termasuk menghindari tujuan yang terlalu tinggi untuk dicapai dan kesadaran orang tua terhadap hal-hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak agar dapat memenuhi kebutuhannya.

Dalam dokumen Home - Open Access Repository (Halaman 54-62)

Dokumen terkait