Tabel model summary menunjukkan besarnya nilai Adjusted R2 adalah 0.634.
Nilai Adjusted R2 dikalikan 100% untuk mengetahui besarnya nilai R2 yaitu sebesar 63.4%. Sedangkan untuk mengetahui nilai pengaruh faktor lain di luar R2 yaitu dengan cara 100% dikurangi nilai R2 63.4% hasilnya 36.6%. Hal ini berarti 63.4% kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi dipengaruhi oleh kompensasi, pengalaman mengajar dan iklim kerja. Sedangkan sisanya sebesar 36.6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model regresi dalam penelitian ini.
kompensasi diberikan secara tepat dan benar tentu para guru akan memperoleh kepuasan kerja dan motivasi untuk mencapai tujuan mengembangkan peserta didik. Selain itu, dengan adanya kompensasi akan meningkatkan Kompetensi Profesional Guru dan menjaga agar guru lebih konsisten dalam menjalankan profesi keguruannya. Kompensasi berpengaruh secara parsial terhadap kompetensi profesional guru sebesar 15,4% dan merupakan pengaruh terkecil dari variabel independen yang diteliti. Walaupun pengaruhnya kecil tetapi kompensasi tetap memiliki peran sebagai salah satu upaya meningkatkan Kompetensi Profesional Guru guru. Hal ini sesuai denga pendapat Hadi (2006) yang menyatakan karena adanya upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka akan timbul semangat dan gairah kerja yang semakin baik.
Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif yang menunjukkan bahwa kompensasi di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi dalam kategori tinggi dengan prosentase diatas 70% responden memberi jawaban setuju dan sangat setuju atas pertanyaan yang diberikan, artinya kompensasi yang diterima guru sudah baik maksudnya pemberian gaji sudah sesuai dengan jadwal lalu tunjangan juga diterima guru secara utuh dan tetap. Namun, untuk benefit masih dirasa kurang, para guru tidak setiap hari mendapat makanan ringan, sekolah belum optimal dalam memberi kegiatan liburan kepada guru seperti libur bersama ke tempat wisata.
Para guru mendapatkan penghasilan atas pekerjaan sebagai pendidik di sekolah, penghasilan yang diterima berupa gaji atau upah intensif. SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi memberikan gaji yang sesuai kepada para gurunya, terbukti
dari pernyataan responden sebanyak 83.3% responden menyatakan bahwa gaji yang diberikan sekolah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu para guru juga mendapatkan jam tambahan mengajar seperti les ataupun melatih siswa dalam mengikuti perlombaan dansebagainya, sekolah juga memberikan honor tambahan kepada guru yang mendapatkan tanggung jawab tambahan tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan responden sebanyak 83.3% responden yang menyatakan sering mendapatkan honor jika mendapatkan jam tambahan.
Selain mendapat gaji dan upah intensif, responden juga menyatakan bahwa para guru juga mendapat benefit berupa penghargaan dari sekolah kepada guru yang berprestasi. Selain penghargaan bagi guru berprestasi, lebih daru 80% responden menyatakan bahwa sekolah juga memberikan pelayanan kesejahteraan dalam bentuk asuransi atau pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Anoki Herdian Dito (2010) yang menjelaskan bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Kompensasi mengandung makna bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru merupakan kegiatan profesional yang berarti terdapat imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh karyawan untuk instansinya.
Pemberian kompensasi harus layak dan dapat diterima oleh guru yang telah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Dengan pemberian kompensasi yang sesuai, maka guru akan bersungguh-sungguh dan melakukan berbagai upaya agar bisa mencapai hasil kerja yang lebih baik sehingga kinerjanya bisa lebih meningkat. Dengan kinerja yang lebih baik, tentu akan memajukan jalannya setiap program sekolah.
2. Pengaruh Pengalaman Mengajar terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi
Berdasarkan hasil uji t diperoleh keterangan bahwa variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi adalah pengalaman mengajar. Variabel pengalaman mengajar berpengaruh paling besar karena terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi, walaupun hasil analisis deskriptif variabel pengalaman mengajar untuk indikator pendidikan dan pelatihan serta masa kerja/lama termasuk dalam kategori rendah, tetapi para guru yang lebih banyak mengikuti program diklat ataupun workshop pendidikan serta memiliki masa kerja yang lama akan lebih memiliki kompetensi yang baik. Pengalaman mengajar juga dapat dilihat bagaimana guru tersebut melakukan proses belajar mengajar seara optimal, setiap perencanaan yang dilakukan akan menjadikan guru bisa memaksimalkan penyampaian materi di depan kelas.
Hasil analisis deskriptif variabel pengalaman mengajar memiliki skor diatas 50% menyatakan pendapat yang positif (setuju dan sangat setuju) atas pertanyaan yang diberikan. Hal ini dikarenakan banyak guru yang masih terbilang pemula dan juga dari 30 guru terdapat 12 guru yang termasuk guru tidak tetap, sehingga program diklat atau seminar/workshop pendidikan serta masa kerjanya masih belum mencukupi seperti guru tetap atau guru yang telah lama mengajar di sekolah. Berdasarkan data angket, sebesar 63.3% responden (19 guru) memiliki masa kerja dibawah 10 tahun. Semakin lama guru tersebut mengajar di sekolah
tentu semakin banyak pengalaman yang diperoleh sebagai pembelajaran bagi guru.
Berdasarkan data angket, sebesar 80 – 90 % responden telah mengikuti program seminar/workshop pendidikan di tingkat provinsi, kemudian untuk diklat sebanyak 80 % responden sudah mengikuti diklat. Menurut wukir (2013:90), pengalaman merupakan pelatihan dan pengembangan yang diperoleh dari pekerjaan sebelumnya yang diperlukan sebagai kualifikasi di posisi tersebut..
Pengalaman mengajar bagi seorang guru dianggap perlu, karena pengalaman tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan tugas atau profesi mereka. Guru bukanlah profesi yang asal dijalankan karena profesi guru memiliki standar kerja yang telah ditetapkan seperti kompetensi profesional guru, dimana guru dituntut untuk dapat menguasai secara mendalam dan mengembangkan materi ajar agar siswa dapat memahami dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.
Pengalaman yang dilalui seseorang guru akan membantu menentukan langkah-langkah tertentu yang dapat menunjang keberhasilan kerja mereka dalam mencapai standar kerja yang telah ditetapkan. Seperti dalam proses pembelajaran guru dituntut agar dapat mengembangkan materi ajar melalui berbagai media dan metode yang bervariatif sehingga membuat siswa menjadi lebih tertarik menelisik lebih lanjut mengenai materi yang diajarkan hingga pada akhirnya mampu mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai apa yang dikemukakan oleh Uno (2007:17) pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh
seorang guru. Maka melalui pengalaman mengajar membantu guru dalam mencapai standar kompetensi profesional guru yang harus dipenuhi sesuai dengan hasil penelitian yang dipaparkan diatas.
Standar kompetensi profesional mengharuskan guru menguasai bahan yang akan diajarkannnya. Sehingga latar belakang guru tersebut menjadi hal yang penting dan berpengaruh, agar guru dapat melaksanakan tanggung jawab profesinya secara kompeten. Oleh karena itu guru dituntut menguasai apa yang mereka ajarkan. Tidak sepantasnya jika ada peserta didik yang lebih luas dalam mendalami keahlian atau bidang studi yang dipelajarinya.
Pengalaman mengajarakan dapat memberikan keuntungan bagi seseorang guru dalam melaksanakan tugas mengajarselanjutnya karena setidaknya gurutersebut sudah pernah melakukan pekerjaan itu sehingga ia akan tahu tentang pekerjaan yang akan dihadapi. Setiap pengalaman yang diperoleh seseorang guru akan membantunya memberikan keterampilan dan pengetahuan khusus sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya. Seseorang yang melakukan jenis pekerjaan tertentu secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup lama akan menjadikan dirinya cukup terampil dalam pekerjaan tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Widoyoko (2005)
“Pengalaman mengajar pada hakekatnya merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami dalam mengajar, sehingga hal-hal yang dialami tersebut telah dikuasinya, baik tentang pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai yang menyatu padanya”. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Widyaningsih (2014) menyimpulkan bahwa pengalaman
mengajar memberikan sumbangan relatif sebesar 42% dan sumbangan efektif 5%.
Hal ini menunjukkan pengalaman mengajar berpengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru SMA Negeri 1 Surakarta. Hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian ini selanjutnya dikemukakan oleh Yuliyani (2010) bahwa pengalaman mengajar mempunyaihubungan dengan kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan di SekolahMenengah Pertama Kabupaten Karanganyar. Semakin tinggi pengalaman mengajar maka semakin tinggi pula kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Karanganyar.
3. Pengaruh Iklim Kerja Terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi
Persamaan regresi menunjukkan bahwa variabel iklim kerja berpengaruh secara positif terhadap kompetensi professional guru di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi. Iklim kerja yang baik tentu akan melahirkan Iklim Kerja yang baik, sehingga akan mempengaruhi profesionalisme guru dalam bekerja.
Iklim kerja berperan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru dikarenakan dengan adanya iklim kerja yang baik, maka suasana kerja guru juga kondusif, hal ini bisa ditunjukkan dengan interaksi yang terjalin harmonis antara para guru, hubungan yang komunikatif dan sistem sosial yang baik. Iklim kerja sekolah yang baik akan menjaga nama baik sekolah, termasuk para guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Librawati, dkk (2013) dengan iklim kerja sekolah yang kondusif ini akan mempengaruhi setiap warga sekolah terutama guru untuk lebih
mengaktualisasikan ide, kreativitas, inovasi, kerja sama, dan kompetisi yang sehat dalam mengupayakan pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Hasil analisis deskriptif variabel iklim kerja menunjukkan skor rata-rata diatas 80% responden memberikan jawaban positif (setuju dan sangat setuju) atas pertanyaan yang diberikan dan termasuk dalam kategori sangat tinggi dikarenakan sekolah memiliki lingkungan fisik dan sistem sosial yang baik, begitupun juga para guru yang memiliki hubungan harmonis dan budaya baik selama bekerja.
Hal ini dapat dibuktikan dengan anggapan 43.3% responden yang menyatakan kondisi fisik kelas sering membuat guru semangat dalam mengajar, jika kondisi fisik kelas baik maka Iklim Kerja dapat meningkat sehingga profesionalisme guru semakin baik. Suasana kerja guru di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi sangat baik, para guru selalu menjaga hubungan baik dengan guru lain seperti menyapa ketika bertemu ataupun berbincang hangat tentang pendidikan dan sekolah ataupun hal lain diwaktu istirahat sekolah. Namun, tidak semua guru dapat menjalin hubungan dengan baik, ruangan kerja guru terbagi menjadi tiga cenderung menyebabkan perlu adanya upaya lebih dalam menjalin komunikasi secara optimal.
Ekologi atau kondisi ligkungan fisik sekolah seperti kondisi laboratorium, ruang kelas dan ruang kerja guru membuat guru merasa nyaman berada di sekolah dan menjalankan pekerjaan profesionalnya, hal ini sesuai dengan pernyataan 86.6% responden yang menyatakan kondisi fisik kelas sering membuat nyaman.
Fasilitas penunjang pembelajarannya pun selalu dapat digunakan sehingga guru
dapat mengajar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, seperti jawaban dari guru yang menyatakan bahwa fasilitas penunjang kegiatan pembelajaran sering dalam kondisi baik. Setiap guru tentu menjalin sosialisasi kepada sesama guru, terkait hubungan sosial yang terjadi diantara para guru sudah terjalin secara harmonis, berdasarkan data angket sejumlah 80% responden menyatakan bahwa jika sesama guru bertemu atau berpapasan, mereka saling bertegur sapa dan berjabat tangan. Selain itu, sebanya 80% responden menyatakan jika ada permalasahan dalam kegiatan belajar mengajar, para guru saling meminta pendapat guru lain. Sistem sosial yang terjadi diantara para guru cukup bagus, hal ini terbukti bahwa lebih dari 80% responden menyatakan bahwa mereka seringkali memilih sendiri bahan ajar yang digunakan tetapi terkadang tetap berkoordinasi dan meminta bantuan dengan guru lain. Budaya yang terjalin di lingkungan SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi sangat bagus, hal ini terbukti bahwa lebih dari 80% responden menyatakan selalu mempercayai bahwa para guru mampu menjalankan tugasnya sebagai pendidik, sedangnya sisanya menyatakan selalu mempercayai, tetapi pernah sedikit meragukan.
Pengelolaan sumber daya manusia tidak hanya mencakup pengelolaan pada bidang-bidang operasional, melainkan juga harus diterapkan pada pihak pengelolaan lingkungan kerja yang merupakan faktor utama didalam menciptakan iklim kerja yang menentukan tinggi rendahnya kualitas koordinasi masing-masing dalam organisasi. Dengan iklim yang kondusif, secara langsung akan mempengaruhi keharmonisan hubungan timbal balik dalam organisasi.
Kompetensi profesional yang optimal dapat diperoleh apabila seseorang memiliki semangat dan gairah dalam melaksanakan pekerjaannya.
Sistem dalam lingkungan harus mampu menciptakan suatu iklim yang dapat menimbulkan keinginan untuk berprestasi. Seperti yang diungkapkan oleh Theodore dalam Sukandar (2003:53) bahwa lingkungan kerja yang kurang mendukung seperti lingkungan fisik pekerjaan dan hubungan kurang serasi antar seorang guru dengan guru lainnya ikut menyebabkan kinerja menjadi buruk.
Menurut Sudjana (1992: 65) bahwa “iklim kerja merupakan suatu keadaan atau kondisi psikologis yang menunjukkan proses interaksi atau hubungan antar personil dalam melakukan kerjasamanya untuk mewujudkan tujuan organisasi dalam periode waktu dan tempat tertentu”. Dari makna tersebut dapat kita uraikan bahwa iklim kerja sebagai kondisi psikologi anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya perlu dikondisikan senyaman mungkin. Lingkungan yang menyenangkan akan membuat gairah dalam bekerja, keharmonisan antar anggota tercipta dan akhirnya produktivitas pun akan meningkat
4. Pengaruh Kompensasi, Pengalaman Mengajar dan Iklim kerja terhadap kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Gunungsitoli Idanoi
Guru diharapkan memiliki kompetensi sebagai seseorang yang berperan dalam keberlangsungan proses belajar mengajar, salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi profesional guru. Menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c mengemukakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Penjelasan tersebut berarti bahwa dengan kompetensi profesional, seorang guru dapat mengelola proses belajar mengajar dengan baik dengan cara menguasai materi pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru diantaranya pengalaman mengajar guru, iklim kerja sekolah, dan kompensasi yang diterima oleh guru. Jika faktor-faktor tersebut baik, tentu kemampuan guru dalam melakukan proses pembelajaran juga semakin baik.
Berdasarkan hasil uji F diperoleh keterangan bahwa variabel kompensasi, pengalaman mengajar dan iklim kerja berpengaruh positif terhadap kompetensi profesional guru secara signifikan. Hal ini berarti semakin baik pengalaman mengajar guru, iklim kerja dan kompensasi, maka semakin baik pula kompetensi profesional yang guru miliki. Besarnya pengaruh kompensasi, pengalaman mengajar dan iklim kerja terhadap kompetensi profesional guru adalah sebesar 74,7%.
BAB V