• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

Dalam dokumen convert-jpg-to-pdf.net (Halaman 44-47)

ditemukan adanya cacing usus, sehingga dampak anemia defisiensi besi tidak tampak pada pemeriksaan darah sampel penelitian.

6.3. Perilaku Masyarakat

Hasil wawancara kuesioner tentang perilaku masyarakat menunjukkan masih kurangnya perilaku masyarakat yang sehat. Dan analisis statistik menunjukkan ada beberapa perilaku seperti kebiasaan yang tidak mencuci tangan sebelum makan (55.71%), kebiasaan tidak memotong kuku 1 kali / minggu (38.57 %), kebiasaan menggigit kuku atau menghisap jari (42.85%) dan kebiasaan tidak menutup makanan yang disajikan (31.43%) yang berhubungan dengan infeksi parasit usus. Tingginya proporsi masyarakat yang tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan, tidak memotong kuku 1 kali / minggu, kebiasaan menghisap jari dan kebiasaan tidak menutup makanan merupakan jalur masuknya infeksi parasit usus. Sedangkan untuk perilaku atau kebiasaan merebus air minum, kebiasaan BAB di WC dan hasil observasi kebersihan kuku tidak berhubungan dengan infeksi parasit usus.

Hal ini disebabkan karena responden telah memiliki kebiasaan untuk merebus air yang diminum(71.43%), responden juga terbiasa BAB di WC (88.57%), bermain tanah cenderung rendah (8.57%), responden memiliki kebiasaan memakai alas kaki (68.57%), dan saat dilakukan observasi kebersihan kuku tampak bahwa 55.71 % kuku dalam kondisi bersih.

Hasil penelitian lain yang sama dengan penelitian ini belum ada karena pada penelitian sebelumnya dilakukan pengukuran skor perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti penelitian Wienta dkk, dimana hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara PHBS dengan infeksi kecacingan ( Diarsvitri et al, 2008: Fatimah dkk 2011))

6.4. Kondisi Sosio Ekonomi

Penilaian kondisi sosio ekonomi masyarakat pada penelitian dinilai berdasarkan tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian dan tingkat pendapatan masyarakat. Pada masing – masing variabel tersebut akan dianalisis keterkaitannya dengan infeksi parasit usus.

Hasil analisis pada bab 5 diketahui bahwa hasil analisis statistik tingkat pendidikan orang tua tidak berpengaruh terhadap infeksi parasit usus dimana p > dari α, meskipun secara deskriptif ada perbedaan jumlah temuan parasit usus pada tingkat pendidikan yang rendah ( hasil temuan parasit usus pada tamatan SD jauh lebih besar daripada tamatan tingkat pendidikan lainnya ). Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya sampel penelitian yang diambil yang disebabkan keterbatasan waktu, dana dan tenaga, sehingga dengan memperbesar sampel diharapkan dapat menunjukkan hasil yang sebaliknya.

Berdasarkan hasil analisis statistik di bab 5 dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif kelompok mata pencaharian yang bukan nelayan memiliki angka temuan parasit usus yang lebih tinggi dari kelompok nelayan. Secara statistik menunjukkan bahwa jenis pekerjaan atau mata pencaharian orang tua tidak berpengaruh pada infeksi parasit usus pada anak. Karena pada dasarnya mata pencarian masyarakat kemungkinan tidak berpengaruh pada pengetahuan masyarakat tentang hidup bersih, dimana pada penelitian ini tidak diteliti faktor pengetahuan masyarakatnya.

Pada bab hasil penelitian yang membahas tentang gambaran deskriptif tingkat pendapatan dan infeksi parasit usus menunjukkan terdapat perbedaan temuan parasit usus pada kelompok pendapatan Rp 500.000 – Rp 1000.000 jauh lebih tinggi dengan kelompok lainnya. Setelah dilakukan uji statistik, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa terdapat interaksi / hubungan antara faktor penghasilan orang tua dengan infeksi parasit usus.

Namun korelasi antara tingkat pendapatan dengan infeksi parasit usus pada anak usia 3 – 6 tahun adalah korelasi yang positif maksudnya dengan semakin tingginya tingkat pendapatan maka angka infeksi parasit ususnya juga tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingkat pendapatan masyarakat tidak berpengaruh pada kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan sehingga akan berpengaruh pada temuan infeksi parasit usus, rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.

6.5. Pengukuran Antropometri

Penurunan status gizi atau malnutrisi merupakan salah satu akibat dari infeksi parasit usus. Malnutrisi pada infeksi parasit usus disebabkan karena keberadaan cacing dewasa pada usus halus sehingga mengganggu proses absorbsi zat makanan, adanya parasit usus juga menyebabkan diare, pada anak – anak dapat menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga akhirnya menyebabkan malnutrisi pada penderitanya ( Boogisth, 2005b: Fatimah dkk 2011)

Pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif anak yang terinfeksi parasit usus patogen paling tinggi adalah pada anak dengan status gizi yang normal, sedangkan pada anak yang berstatus gizi kurus dan gemuk tidak ada perbedaan temuan parasitnya. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi / hubungan antara status gizi dengan infeksi parasit usus yang patogen. Hal ini kemungkinan disebabkan data status gizi secara umum masih dalam batas normal (87.14 %), namun banyak sampel yang status gizinya borderline ( batas bawah nilai normal ) sehingga jika dilakukan pengamatan yang lebih lanjut atau lebih lama maka dapat menunjukkan hasil yang berbeda. Faktor lain kemungkinan disebabkan faktor gejala akibat infeksi parasit usus bersifat kronis ( membutuhkan waktu yang lama ), pada infeksi yang ringan dan dalam jangka waktu yang masih pendek belum tampak gejala yang signifikan sehingga belum tampak adanya gangguan status gizi pada sampel yang terinfeksi parasit usus.

6.6. Interaksi Antara Perilaku, Status Gizi dan Kondisi Sosio Ekonomi Masyarakat Dengan Infeksi Parasit Usus Pada Anak Usia 3 – 6 Tahun

Dari analisis multivariat diatas tampak bahwa ada 3 faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi parasit usus yaitu kebiasaan menutup makanan, cuci tangan sebelum makan dan menghisap atau menggigit jari.

Perilaku yang tidak mencuci tangan sebelum makan dan menghisap jari/ menggigit yang biasa dilakukan anak – anak menjadi jalur penularan berbagai parasit usus. Hal ini didukung oleh beberapa literatur yang menyebutkan bahwa penularan parasit usus terjadi karena tangan merupakan salah satu organ yang dapat terkontaminasi telur/ kista parasit usus, dikarenakan aktivitas bermain di tanah, buang air besar, menyentuh benda – benda yang telah terkontaminasi parasit usus. Kondisi tangan yang kotor saat makan akan menjadi pintu masuk kista parasit usus untuk menginfeksi manusia.

Kebiasaan menutup makanan juga berpengaruh pada infeksi parasit usus karena pada beberapa penelitian yang mempelajari tentang kemampuan lalat untuk menjadi vektor mekanik (hewan yang membawa cacing maupun kista parasit usus di permukaan tubuh hewan tersebut, contohnya lalat, kecoak, dll..). Perilaku membuka makanan yang disajikan akan mempermudah lalat/kecoak untuk mengkontaminasi makanan maupun minuman tersebut dengan telur / kista parasit usus, sehingga jika dikonsumsi akan terjadi perpindahan telur/ kista parasit ke dalam tubuh manusia.

Dalam dokumen convert-jpg-to-pdf.net (Halaman 44-47)

Dokumen terkait