• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan Konsumen

1. Sejarah Lahirnya Pembiayaan Konsumen

Lembaga Pembiayaan Konsumen di Indonesia dimulai pada tahun 1988, yaitu dengan dikeluarkannya KEPPRES No.61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua keputusan inilah yang menjadi titik awal dari sejarah perkembangan pengaturan pembiayaan konsumen sebagai lembaga bisnis pembiayaan di Indonesia.24

2. Pengertian Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan Konsumen dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah ( Consumer Finance ). Pembiayaan Konsumen dilakukan oleh Perusahaan Pembiayaan sedangkan Kredit Konsumen dilakukan oleh Bank.25

Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009, Pembiayaan Konsumen ( Consumers Finance ) merupakan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.

Pembiayaan konsumen merupakan suatu kredit atau pinjaman yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk debitur guna pembelian barang atau jasa yang merupakan kebutuhan konsumen, dan bukan untuk tujuan distribusi atau produksi.

Kebutuhan konsumen yang dimaksud meliputi : a. Pembiayaan kendaraan bermotor

b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga.

c. Pembiayaan barang-barang elektronik.

d. Pembiayaan rumah tinggal.

Perusahaan yang memberikan pembiayaan seperti di atas, disebut dengan Perusahaan Pembiayaan Konsumen ( Customer Finance Company ).

Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha

24 Sunaryo,Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta:Sinar Grafika,2008) hlm.98

25 Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Konsumen, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002) hlm.162

yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan atau usaha.

3. Unsur-Unsur dalam Pembiayaan Konsumen

Adapun unsur-unsur dalam Pembiayaan Konsumen antara lain : a. Subjek

Adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan pembiayaan konsumen, yaitu : perusahaan pembiayaan konsumen (kreditur), konsumen (debitur) dan penyedia barang ( pemasok / supplier )

b. Objek

Adalah barang-barang keperluan konsumen yang akan dipakai sehari-hari.

Misalnya televisi, kulkas, mesin cuci, sepeda motor, mobil dll.

c. Perjanjian, yaitu perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara pemasok dan konsumen. Perjanjian ini didukung oleh dokumen dokumen26.

d. Hubungan hak dan kewajiban, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen wajib membiayai harga pembelian yang diperlukan konsumen dan membayarnya secara tunai kepada pemasok. Konsumen wajib membayar secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen, dan pemasok wajib menyerahkan barang kepada konsumen

e. Jaminan, yaitu terdiri atas jaminan utama jaminan pokok, dan jaminan tambahan. Jaminan utama berupa kepercayaan terhadap konsumen (debitur) bahwa konsumen dapat dipercaya untuk membayar angsurannya sampai selesai. Jaminan pokok secara fidusia berupa barang yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen dimana semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen (fiduciary transfer of ownership) sampai angsuran terakhir dilunasi.

26 http:/www.ojk.go.id/Lembaga-pembiayaan

Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan utang (promissory notes) dari konsumen27

Pembiayaan konsumen adalah perjanjian di antara para pihak berdasarkan asas kebebasan berkontrak yakni perjanjian antara pihak financial sebabagai kreditur dan pihak konsumen sebagai debitur.Mengenai asas kebebasan berkontrak diatur dalam Pasal 1338 ayat (1)KUH perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.

Pasal ini mengandung arti bahwa para pihak boleh membuat berbagai persetujuan/perjanjian baik yang sudah diatur dalam undang-undang, maupun yang tidak diatur dalam undang-undang.Sepanjang apa yang disepakati itu adalah sah,artinya memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian sebagai mana yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata,yaitu

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. Adanya kecakapan hukum untuk membuat suatu perjanjian c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Dengan demikian maka para pihak membuat perjanjian pembiayaan konsumen yang telah memenuhi syarat – syarat sahnya suatu perjanjian, makan menurut hukum yang berlaku di Indonesia, perjanjian pembiayaan konsumen itu mempunyai kekuatan mengikat dan berlaku di Indonesia, perjanjian pembiayaan konsumen itu mempunyai kekuatan mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Jadi meskipun perjanjian pembiayaan konsumen itu belum diatur secara khusus di dalam KUH Perdata, para pihak boleh / diberi kebebasan untuk mengaturnya sendiri.

4.Dasar Hukum Pembiayaan Konsumen

Dasar Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen

27Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murdiati,Segi Hukum Lembaga Kuangan dan Pembiayaan ,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000,hlm.1

a. Segi Hukum Perdata Terdapat dua(2)sumber hukum perdata untuk kegiatan perjanjian pembiayaan konsumen, yakni perundang-undangan di bidang hukum perdata dan asas kebebasan berkontrak (pacta sun servanda). Di dalam asas kebebasan berkontrak hubungan hukum yang terjadi di dalam kegiatan pembiayaan konsumen selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berupa kewajiban dan hak dari perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak penyedia dana (fund lender),dan konsumen sebagai pihak pengguna dana (fund user).28 Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement) merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat secara sah dengan memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam Pasat 1320 KUHPerdata29.Akibat hukum dari perjanjian yang telah dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang mengikatkan yaitu konsumen serta perusahaan

Konsekuensi yuridis selanjutnya, perjanjian itu harus dilakukan dengan itikad baik serta tidak bisa dibatalkan secara sepihak. Perjanjian pembiayaan konsumen berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi konsumen serta perusahaan pembiayaan konsumen30 Adapun bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yaitu perjanjian yang terjadi antara produsen sebagai penjual, dan konsumen sebagai pembeli, dengan syarat yakni yang melakukan pelunasan atau pembayaran secara tunai kepada produsen adalah pihak ketiga atau perusahaan pembiayaan konsumen. Perjanjian jual beli tersebut yaitu perjanjian accessoir dari perjanjian pembiayaan konsumen yang merupakan sebagai perjanjian pokok. Perjanjian ini

28Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktik (Leasing, Factoring, Modal Ventura, Pembiayaan Konsumen, Kartu Kredit), Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 206

29 Bahmid, Pengaturan Perjanjian pembiayaan Pembiayaan konsumen Dalam Mendukung Transaksi Konsumen,Citra Justicia ,Fakultas Hukum Universitas Asahan,Vol.XII No.1.hal.43-53,hlm.47

30Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati,Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.256

digolongkan ke dalam perjanjian jual beli yang diatur di dalam Pasal 1457-1518 KUH Pdt, akan tetapi pelaksanaan pembayaran digantungkan pada syarat yang telah disepakati dalam perjanjian pokok, yaitu perjanjian pembiayaan konsumen.

Sesuai dengan Pasal 1513 KUHPdt, bahwa Pembeli wajib membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat yang ditetapkan menurut perjanjian. Syarat waktu dan tempat pembiayaan ditetapkan dalam perjanjian pokok, yaitu pembayaran secara tunai oleh perusahaan pembiayaan konsumen ketika penjual menyerahkan nota pembelian yang ditandatangani oleh pembeli31

B. Diluar Hukum Perdata Selain ketentuan di dalam buku III KUH Perdata tentang Perikatan, yang relevan dengan perjanjian pembiayaan konsumen, juga terdapat pada ketentuan – ketentuan diluar KUH Perdata, diantaranya : 1) Keputusan Presiden No.61 tahun 1988 terkait Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Mentri Keuangan No.1251 / KMK. 013/ 1988 terkait Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448 /KMK.017/2000 terkait Perusahaan Pembiayaan yang

Didalamnyamengatur tentang pembiayaan konsumen. Namun terdapat perubahan beberapa pasal dalam Keputusan Mentri Keuangan Nomor 448 /KMK.017/2000 terkait Perusahaan Pembiayaan, yakni dengan dikeluarkannya Keputusan Mentri Keuangan Nomor: 172/KMK.06/2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Mentri Keuangan Nomor 448 /KMK.017/2000 terkait Perusahaan Pembiayaan. Perubahan beberapa pasal dalam Keputusan mentri tersebut ditujukan untuk penyesuaian dan penyempurnaan. 3) Peraturan Menteri KeuanganNomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaanpembiayaan; 4) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009.32

5. Para Pihak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen

31Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta Sinar Grafika,2009, hlm.99

32Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati,Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.256

Dalam perjanjian pembiayaan konsumen terdapat pihak-pihak yang terlibat yaitu:

a ) Perusahaan Pembiayaan konsumen

Perusahaan pembiayaan konsumen merupakan Lembaga Keuangan Non Bank yang didirikan khusus untuk menjalankan kegiatan yang termasuk di dalamnya bidang usaha Lembaga Pembiayaan.

Perusahaan pembiayaan konsumen merupakan pihak yang menyediakan fasilitas pembiayaan untuk pengadaan barang bagi kepentingan konsumen atau penerima fasilitas pembiayaan yang selanjtnya disebut pihak pertama/kreditur.

b) Konsumen

Konsumen merupakan pihak yang menerima fasilitas pembiayaan untuk pengadaan barang bagi kepentingannya sendiri yang selanjutnya disebut sebagai pihak kedua/debitur.

Debiturlah yang berinisiatif untuk mengajukan permohonan fasilitas pembiayaan kepada perusahaan pembiayaan sekaligus pihak yang memberi jaminan hak milik secara fidusia kepada perusahaan pembiayaan konsumen.

Konsumen harus memenuhi persyaratan-persyaratan awal yang ditentukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen.

c) Dealer / Supplier

Dealer adalah pihak penjual yang telah ditunjuk khusus atau telah memiliki kerjasama dengan perusahaan pembiayaan konsumen yang bersangkutan. Barang- barang yang disediakan…………..

Barang-barang yang disediakan atau dijual oleh supplier (pemasok) merupakan barang-barang konsumsi, seperti, barang-barang elektronik, kendaraan bermotor, kebutuhan rumah tangga, komputer.

Pemenuhan pembayaran atas harga barang-barang yang diperlukan konsumen tersebut dilaksanakan oleh perusahaan pembiayaan konsumen kepada pemasok (supplier).

Secara umum dealer akan merekomendasikan kepada calon debitur yang ingin memperoleh fasilitas pembiayaan dengan merekomendasikan perusahaan pembiayaan yang telah menjadi rekan bisnisnya.

6. Bentuk Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Di dalam praktek perjanjian konsumen umumnya dibuat dalam bentuk perjanjian baku atau disebut juga perjanjian standar (standard contract, Menurut Purwahid Patrik perjanjian baku adalah “suatu perjanjian yang di dalamnya terdapat syarat-syarat tertentu yang dibuat oleh salah satu pihak”.33

Selanjutnya J. Satrio merumuskan perjanjian standar sebagai

“perjanjian tertulis, yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang mengandung syarat-syarat baku, yang oleh salah satu pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk disetujui”.34

Ciri dari perjanjian standar adalah adanya sifat uniform atau keseragaman dari syarat-syarat perjanjian untuk semua perjanjian untuk sifat yang sama.

Perjanjian baku (standard) ini dianggap mengikat setelah ada kesepakatan antara kedua belah pihak dan masing-masing pihak menandatangani perjanjian tersebut.35

Setelah para pihak mencapai kata sepakat mengenai isi perjanjian, maka kemudian diikuti dengan penandatanganan perjanjian sebagai bukti bahwa para pihak telah mencapai kata sepakat mengenai isi perjanjian pembiayaan konsumen tersebut. Penandatanganan perjanjian konsumen dapat dilakukan dengandua cara yaitu dengan akta bawah tangan ataupun menggunakan akta otentik yang dibuat dihadapan pejabat umum yang berwenang.

Bentuk isi perjanjian pembiayaan konsumen adalah perjanjian standar atau baku. Perjanjian baku adalah perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman yang setiap klonsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan perusahaan yang dilakukan dalam perjanjian baku yaitu meliputi model, rumusan, dan ukuran.

33Purwahid Patrik, “Peranan Perjanjian Baku dalam Masyarakat”, Makalah dalam Seminar Masalah Standar Kontrak dalam Perjanjian Kredit, Surabaya, 11 Desember 1993, hlm 1.

34J. Satrio, “Beberapa Segi Hukum Standarisasi Perjanjian Kredit”, Seminar Masalah Standar Kontrak dalam Perjanjian Kredit, Surabaya, 11 Desember 1993, hlm 1.

35Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Dengan Jaminan Fidusia

Adapun isi perjanjian pembiayaan konsumen yaitu :

a. Identitas perusahaan pembiayaan konsumen selaku pihak pertama yaitu penyedia fasilitas pembiayaan

b. Identitas konsumen selaku pihak kedua penerima fasilitas pembiayaan

c. Data – data kendaraan:

1. Merek / tipe 2. Nomor angka 3. Nomor mesin 4. tahun pembuatan 5. warna

6. Nomor polisi 7. keadaan kendaraan

d. Jumlah pembayaran dalam hal ini jumlah pinjaman pokok ditambah dengan bunga

e. Jumlah berapa kali angsuran, tanggal, pembayaran, pertama dan besar angsuran tiap bulan

f. Jangka waktu pemberian pembayaran g. Denda keterlambatan

g. Jangka waktu perjanjian berupa tanggal mulai berlaku dengan tanggal berakhirnya perjanjian

h. Tempat pembayaran i. Keadaan lalai

j. Pemberian Jaminan Fidusia

k. Asuransi terhadap Jaminan Fidusia

l. Domisili Penyerahan kembali dokumen Jaminan Hari, tanggal, bulan dan tahun perjanjian pembiayan konsumen lahir

Dalam perjanjian pembiayaan kosumen terdapat klausula eksonerasi yaitu ketentuan yang mengandung syarat berupa tanggung jawab pihak konsumen terhadap kerusakan, bahaya dan resiko lain pada barang Jaminan. Penyebutan

bersyarat tersebut merupakan klausula pembatas tanggung jawab pihak perusahaan pembiayaan konsumen.

Dokumen terkait