• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan aktivitas Bank Syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah.

Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pihak pemilik dana kepad pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dan bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.

Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit yang diberikan oleh bank konvensional. Dalam perbankan syariah, return atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan di bank syariah.

Dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamaakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.26

Dalam bank syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaan, bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha.

26 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 106.

21

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.27 Didalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip Syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum islam.

2. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya.

Secara terperinci pembiayaan mempunyai fungsi antara lain:

a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa.

Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka pembioayaan akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan jasa.

b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund

c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.

d. Pembiayaan dapat mengktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.28

27 Rahmat Ilyas, “Konsep Pembiayaan Dalam Perbankan Syariah,” Jurnal Penelitian ( Bangka Belitung: STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik, Vol. 9 No. 1 Februari 2015), 186.

28Ismail, Perbankan Syariah., 110.

22 3. Manfaat Pembiayaan

Beberapa manfaat atas pembiayaan yang disalurkan bank syariah kepada mitra usaha antara lain:

a. Manfaat Pembiayaan Bagi Bank

1) Pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada nasabah akan mendapat balas jasa berupa bagi hasil, margin keuntungan, dan pendapatan sewa, tergantung pada akad pembiayaan yang telah diperjanjikan antara bank syariah dan mitra usaha (nasabah).

2) Pembiayaan akan berpengaruh pada peningkatan prifitabilitas bank.

Hal ini dapat tercermin pada perolehan laba.

3) Pemberian pembiayaan kepada nasabah secara sinergi akan memasarkan produk bank syariah lainnya seperti produk dana dan jasa.

4) Kegiatan pembiayaan dapat mendororng peningkatan kemampuan pegawai untuk lebih memahami secara perinci aktivitas usaha para nasabah di berbagai sektor usaha.

b. Manfaat Pembiayaan Bagi Debitur 1) Meningkatkan usaha nasabah.

2) Biaya yang diperlukan dalam rangka mendapatkan pembiayaan daribank syariah relatif murah, misalnya biaya provisi.

3) Nasabah dapat memilih berbagai jenis pembiayaan berdasarkan akad yang sesuai dengan tujuan penggunannya.

23

4) Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan jenis pembiayaan dan kemampuan nasabah dalam membayar kembali pembiayaannya, sehingga nasabah dapat mengestimasikan keuangan dengan tepat.29

4. Jenis Pembiayaan Mikro a. Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahibul maal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahibul maal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.30

Dalam aplikasi bank syariah, bank merupakan penjual atas objek barang dan nasabah merupakan pembeli. Bank menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga beli yang dilakukan oleh bank syariah.

Pembayaran atas transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu yang disepakati.

29Ibid, 111.

30 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer (Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro Lampung, 2014), 57.

24 b. Al-Hawalah

Al-Hawalah merupakan pemindahan kewajiban membayar utang dari orang yang berutang kepada orang yang berutang lainnya.

5. Risiko Pembiayaan Mikro

Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegiatan counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencamngkup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.31

Pada setiap bank pasti mengalami resiko dalam pembiayaan.

Sebab-sebab munculnya permasalahan dalam pembiayaan antara bank dan nasabah adalah sebagai berikut:

a. Dari pihak internal bank

1) Kebijakan pembiayaan yang kurang tepat.

2) Kuantitas, kualitas dan integritas Sumber Daya Manusia yang kurang memadai.

3) Pihak bank kurang teliti dalam pembuatan akad pembiayaan.

b. Dari pihak nasabah

1) Dari aspek karakter (itikad tidak baik) nasabah.

2) Aspek operasioanalisasi dan manajemen usaha nasabah.

3) Aspek legal yuridis, seperti tidak terpenuhinya persyaratan izin – izin usaha yang diperlukan.

31Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, ( Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2010), 260.

25

4) Aspek agunan, seperti kekeliruan dalam menilai agunan.

c. Dari pihak eksternal 1) Krisis ekonomi.

2) Bencana alam.32

32 Ibid, 261.

26

Dokumen terkait