• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataklasanaan

Dalam dokumen Alamat : Jalan Umaq Suling Gg (Halaman 37-44)

D. Manfaat

9. Penataklasanaan

4) Angka kematian dan kesakitan dari diabetes melitus terjadi akibat komplikasi seperti karena:

a) Hiperglikemis atau hipoglikemia b) Meningkatnya resiko infeksi

c) Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati d) Komplikasi neurofatik

e) Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus

4 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat - obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi.

Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, dm dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. pemantauan kadar glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu (Perkeni, 2015).

Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada diabetes melitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Tatalaksana diabetes terangkum dalam 4 pilar pengendalian diabetes. Empat pilar pengendalian diabetes, yaitu:

a. Edukasi

Edukasi yang diberikan pemahaman tentang bagaimana perjalanan penyakit, pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang timbul serta resikonya, pentingnya obat dan pemantauan glukosa darah, cara mengatasi hipoglikemia yaitu perlunya latihan

fisik yang teratur, dan cara mempergunakan fasilitas kesehatan.

Mendidik pasien bertujuan agar pasien dapat mengontrol gula darah, mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan merawat diri sendiri

b. Pengaturan makan (Diit)

Perencanaan diit bagian penting dari penatalaksanaan diabetes. Diit seimbang akan mengurangi beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan insulin mengubah gula menjadi glikogen.

Pasien tetap makan 3xsehari seperti sayur-sayuran, buah-buahan semua yang tidak di kupas kulitnya sebelum dimakan, biji-bijian yang belum dimurnikan seperti terigu dan gandum, buncis, kacang-kacangan, hindari minuman beralkohol, makanan yang di goreng dan jauhi makanan juckfood dan fastfood serta hati-hati dengan penyedap makanan.

Mengenai penggunaan bumbu garam, MSG, kecap, dan bahan perasa lainnya karena penderita dm mempunyai resiko penyakit jantung dan ginjal maka harus berhati-hati dalam menggunakan bumbu penyedap.

Makanan sejumlah kalori terhitung dalam 3 porsi besar untuk makanan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%) serta 2- 3 porsi (makanan ringan, 10-15%) di antaranya Ada beberapa cara

untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang diabetes. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan idaman dikali kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita).

Menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus : IMT = BB(kg)/TB (m2). Klasiikasi IMT, BB Kurang <

18,5 , BB Normal 18,5-22,9 , BB Lebih ≥ 23,0 dengan risiko 23,0-24,9, Obes I 25,0-29,9. Keberhasilan terapi ini melibatkan perawat, ahli gizi, pasien itu sendiri dan keluarganya.

c. Olahraga / Latihan

Jasmani Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan aktivitas fisik teratur. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah.

Panduan umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam sehari yang dimulai secara bertahap. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun, dll.

Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan sehari-hari, seperti lebih memilih naik tangga ketimbang lift, dll. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter

sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum olahraga dimulai.

d. Obat / Terapi Farmakologi

Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas. Pengobatan secara farmakologi baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, dan terapi insulin atau kombinasi keduanya.

Terapi insulin diharuskan bagi penderita dm tipe 1, dikarenakan sel-sel beta pankreas penderita rusak sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Pada 30% penderita dm tipe 2 juga memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.

Obat-obat hipoglikemik oral ditujukan untuk pengobatan dm tipe 2, dapat dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat tergantung tingkat keparahan diabetes serta kondisi pasien secara umum termasuk penyakit penyerta dan komplikasi yang ada. Golongan obat hipoglikemik oral antara lain sulfonilurea, megltinida, biguanida, tiazolidindion dan inhibitor α-glukosidase.

e. Pengobatan terapi non farmakologi

Pengobatan dari Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan. Sasaran dengan kriteria

nilai baik di antaranya adalah gula darah puasa 80‐<100mg/dL, 2 jam sesudah makan 80-144mg/dL, IMT 18,5-22,9 kg/m², dan tekanan darah <130/80mmHg.

Pengobatan non-farmakologi pada dasarnya adalah perubahan gaya hidup dan yang terpenting yaitu pengaturan pola makan yang disebut dengan terapi nutrisi medis seperti membatasi SFA (saturated fatty acid) dan kolesterol <300 mg/hari.

Mengkonsumsi makanan dengan susuna kalori: 68% kal karbohidrat, 12% kal protein dan 20% kal lemak, karbohidrat komplek tidak mengandung gula, protein banyak mengandung asam amino esensial serta makanan kaya akan serat 25-35 g/hari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang memiliki efek antioksidan seperti zat antosianin.

Antosianin adalah glikosida yang larut dalam air dari polihidroksil dan polymethoxyl turunan dari 2-phenylbenzopyrylium atau flavylium garam. Antosianin suatu jenis plavonoid yang memiliki efek antioksidan, anti-inflamasi, anti-virus, anti-proliferasi, anti-mutagenik, anti-mikroba, anti-karsinogenik, perlindungan dari kerusakan jantung dan alergi, perbaikan mikrosirkulasi, perifer kapiler pencegahan kerapuhan dan pencegahan diabetes.

Kadar antosianin cukup tinggi terdapat pada berbagai tumbuhan seperti misalnya bilberries (vaccinium myrtillus L), red wine, grap dan ubi jalar ungu (Erawati N, 2014).

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) merupakan sumber karbohidrat yang baik dan juga berperan sebagai sumber serat pangan dan sumber beta karoten. Mengandung karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin C, vitamin B1 dan pigmen antosianin yang lebih tinggi dibanding varietas lain.

Karbohidrat yang terkandung pada ubi jalar ungu termasuk dalam low glycamix index sehingga bila dikonsumsi tidak akan menaikkan glukosa darah secara drastis. Ekstrak ubi jalar ungu mengandung prebiotik dan antioksida yang mampu menurunkan kadar gula darah dan melindungi sel dari pengaruh buruk radikal bebas untuk memperkecil terjadinya komplikasi dm (Satriyasa B, 2015).

Menurut pendapat Franz (2012), dalam penelitiannya menunjukan makanan IG rendah tidak menimbulkan peningkatan glukosa darah secara cepat sehingga mampu memperbaiki sensitivitas insulin serta bermanfaat dalam mengendalikan glukosa darah penderita dm tipe 2.

Indeks Glikemik (IG) tertinggi terdapat pada ubi jalar merah dan terendah pada ubi jalar ungu. Sehingga ubi jalar ungu optimal

mengendalikan glukosa darah pada dm tipe 2. Kandungan ubi jalar ungu tersusun atas vitamin (A,B1,B2,C dan E), mineral (kalsium, kalium, magnesium, tembaga dan senga), serat dan karbohidrat (Rahayu P, 2012).

B. Konsep Dasar Keluarga

Dalam dokumen Alamat : Jalan Umaq Suling Gg (Halaman 37-44)

Dokumen terkait