• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa jurnal terdahulu yang telah melakukan penelitian dengan bahasan yang sama, di antaranya;

a. Muhammad Rifqi Hidayat dan Parman Komarudin, Analisis Kepatuhan Peer To Peer Lending Syariah Terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 117 Tahun 2018 (Studi Kasus pada Qazwa), dalam Jurnal Studi Ekonomi Volume 12, Nomor 1, Juni 2021.16

Penelitian ini menunjukan ada dua ketentuan dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 117 yang secara tertulis belum dilaksanakan oleh Qazwa, yaitu ketentuan mengenai akad wakalah bil-ujrah antara pendana dengan Qazwa sebagai wakil pendana serta hak untuk tidak melanjutkan transaksi jika ada pihak yang dirugikan akibat disinformasi.

Persamaan yang ditemukan dalam jurnal ini adalah menggunakan metode penelitian yang sama, yaitu kualitatif empiris yang mengambil masyarakat sebagai objek penelitian dengan

16 Muhammad Rifqi Hidayat dan Parman Komarudin, "Analisis Kepatuhan Peer To Peer Lending Syariah Terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 117 Tahun 2018 (Studi Kasus pada Qazwa)", Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 12, No. 1, Juni 2021, h. 64-80.

12

13

maksud menyelidiki respon atau tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum yang berlaku. Dalam hal ini, masyarakat yang diuji adalah tekfin Qazwa, sedangkan hukum yang menjadi pembanding adalah Fatwa DSN Nomor 117.

Adapun perbedaannya dapat ditemukan pada variabel penelitian, di mana peneliti terdahulu melakukan penelitian pada produk yang menggunakan akad muḍarabah dan murabahah.

Sedangkan penulis melakukan penelitian produk yang menggunakan akad wakalah bil ujrah dan qarḍ, yaitu invoice financing.

b. Septi Tri Wulandari dan Khoirun Nasik, Tinjauan Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah dalam Fatwa DSN-MUI No 117/DSN-MUI/II/2018 (Studi Kasus Danasyariah.id) dalam Jurnal Studi Islam Volume 8, Nomor 2, Desember 2021.17

Hasil yang didapat dari penelitian kesesuaian peer to peer financing pada fintech syariah terhadap Fatwa DSN-MUI No.

117/DSN-MUI/II/2018 secara substansi sudah sesuai, hanya saja dalam praktiknya akad wakalah yang diberikan pihak penerima pembiayaan dan akad murabahah dilakukan secara bersamaan.

Sedangkan dalam prinsip fatwa, akad murabahah dapat terjadi setelah barang dimiliki pihak penyelenggara yakni PT. Dana Syariah Indonesia, karena fatwa lebih bersifat hati-hati. Meskipun demikian, tidak ada larangan dalam Syariah.

17 Septi Tri Wulandari dan Khoirun Nasik, "Tinjauan Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah dalam Fatwa DSN-MUI No 117/DSN-MUI/II/2018 (Studi Kasus Danasyariah.id)”, Jurnal Studi Islam, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, h. 199-212.

14

Dalam penelitian ini terdapat kesamaan yaitu fokus meneliti tentang pembiayaan perusahaan fintech syariah berdasarkan Fatwa DSN-MUI No 117/DSN-MUI/II/2018. Adapun perbedaannya adalah peneliti terdahulu melakukan penelitian pada produk pengadaan dana kontruksi dan rumah. Sedangkan penulis melakukan penelitian pada produk invoice financing.

c. Sri Maulida, Ahmadi Hasan, dan Masyitah Umar, Implementasi Akad Pembiayaan Qarḍ dan Wakalah bil Ujrah pada Platform Fintech Lending Syariah ditinjau Berdasarkan POJK dan Fatwa DSN-MUI dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Volume 5, Nomor 2, Juni 2020.18

Hasil penelitian dalam jurnal ini yaitu: Pertama, sistem informasi dengan invoice financing syariah yang digunakan oleh Platform Investree Syariah sudah sesuai ditinjau berdasarkan tinjauan POJK No. 77 /POJK.01/2016. Kedua, implementasi akad qarḍ yang digunakan Platform Investree Syariah sudah sesuai ditinjau berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 mengenai qarḍ. Ketiga, implementasi akad wakalah bil ujrah yang digunakan Platform Investree Syariah sudah sesuai ditinjau berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 113/DSN-MUI/IX/2017 mengenai Akad wakalah bil ujrah yang dikhususkan pada Fatwa DSN-MUI No. 67/DSN-MUI/III/2008 Tentang Anjak Piutang Syariah. Keempat, klasifikasi akad qarḍ dan wakalah bil ujrah yang digunakan Platform Investree Syariah adalah menggunakan model

18 Sri Maulida, dkk., "Implementasi Akad Pembiayaan Qarḍ dan Wakalah bil Ujrah pada Platform Fintech Lending Syariah ditinjau Berdasarkan POJK dan Fatwa DSN-MUI”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 5, No. 2, Juni 2020, h. 175-189.

14

15

Pembiayaan anjak piutang (factoring) ditinjau berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 117/DSN-MUI/II/2018 Tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.

Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu menjadikan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) sebagai variabel penelitian. Adapun perbedaannya terletak pada variabel POJK yang digunakan, di mana penelitian terdahulu masih mengacu pada POJK No.77 /POJK.01/2016. Sedangkan penulis menggunakan variabel POJK yang terbaru yaitu No. 10 /POJK.05/2022.

d. Nurhikmah, Zaini Abdul Malik dan Shindu Irwansyah, Tinjauan Fatwa DSN No.117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Fintech Berdasarkan Prinsip Syariah Terhadap Layanan Pinjaman Online di PT.Alami Fintek Sharia dalam Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Volume 6, Nomor 2, Tahun 2020.19

Hasil penelitian dalam jurnal tersebut menyebutkan bahwa: Pertama, perlunya peraturan dalam kegiatan usaha yang dilakukan. Kedua, penyelenggara jasa keuangan tidak perpartisipasi langsung dalam aktivitas pinjam meminjam. ketiga, praktik fintech hanya menyediakan platfrom untuk mempertemukan antara pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan dalam rangka melakukan akad Qarḍ dan wakalah bil- ujrah melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan

19 Nurhikmah, dkk., "Tinjauan Fatwa DSN No.117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Fintech Berdasarkan Prinsip Syariah Terhadap Layanan Pinjaman Online di PT.Alami Fintek Sharia”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Vol. 6, No. 2, Tahun 2020, h. 660-663.

16

internet. Ketiga, Tinjauan Fatwa DSN No.117/DSN-MUI/II/2018 terhadap PT.Alami Fintek Sharia secara keseluruhan sudah sesuai hanya saja ada beberapa yang tidak sesuai.

Berdasarkan penelitian tersebut, ada persamaan dengan penelitian penulis yang melakukan penelitian tentang Fintech Berdasarkan Fatwa DSN No.117/DSN-MUI/II/2018 di PT. Alami Fintek Sharia. Adapun perbedaannya terletak pada banyak variabel fatwa yang digunakan, di mana penelitian terdahulu hanya mengacu pada Fatwa DSN No.117 Tahun 2018 sedangkan penulis menambahnya dengan Fatwa No. 67 Tahun 2008.

e. Evy Iskandar, Ayumiati dan Novita Katrin, Analisis Prosedur Pembiayaan dan Manajemen Risiko pada Perusahaan P2P Lending Syariah di Indonesia (Studi Kasus PT Ammana Fintek Syariah) dalam Jurnal J-Iscan Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2019.20

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prosedur pembiayan perusahaan dilakukan dengan dua bentuk yaitu pola directyang melibatkan mitra (BMT) dan non direct dilakukan langsung oleh tim PT. AFS. Sedangkan penerapan manajemen risikonya adalah dengan model mitigasi oleh mitra dan pengelolaan internal PT.AFS untuk melakukan pencegahan awal terhadap risiko yang akan dihadapi, dan penanganan masalah pembiayaan yang macet perusahaan membuka ruang musyawarah untuk mufakat terhadap tindakan penyelesaian kedua belah pihak.

20 Evy Iskandar, dkk., "Analisis Prosedur Pembiayaan dan Manajemen Risiko pada Perusahaan P2P Lending Syariah di Indonesia (Studi Kasus PT Ammana Fintek Syariah)”, Jurnal J-Iscan, Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2019, h.

1-28.

16

17

Jurnal ini menggunakan metode penelitian yang sama, yaitu kualitatif empiris yang mengupayakan untuk dapat menghubungkan dengan keadaan yang terjadi di masyarakat.

Adapun perbedaannya adalah peneliti terdahulu melakukan penelitian di PT Ammana Fintek Syariah dengan variabel prosedur pembiayaan dan manajemen risiko. Sedangkan penulis di PT.

Alami Fintek Sharia dengan variabel anjak piutang.

f. Trisna Taufik Darmawansyah dan Yani Aguspriyani, Implementasi Fintech Syariah di PT Investree Ditinjau Berdasarkan Fatwa DSN- MUI No 117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019.21

Penelitian ini menunjukan bahwa Investree sebagai perusahaan fintech tidak turun langsung dalam aktivitas pinjam meminjam. Tetapi hanya menyediakan platform untuk memfasilitasi prosesnya, administrasi akun borrower dan lender.

Beberapa produknya yaitu pembiayaan usaha syariah atau invoice financing syariah dan pembiayaan modal kerja. Produk invoice financing ini sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No.117/DSN- MUI/II/2018 karena produk invoice financing ini sama dengan anjak piutang. Produk Pemberian Modal Kerja juga sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No.117/DSN-MUI/II/2018.

21 Trisna Taufik Darmawansyah dan Yani Aguspriyani " Implementasi Fintech Syariah di PT Investree Ditinjau Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No 117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.

3, No. 2, Oktober 2019, h. 215-222.

18

Persamaannya dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti tentang implementasi fintech syariah berdasarkan Fatwa DSN- MUI No 117/DSN-MUI/II/2018. Adapun perbedaannya, peneliti terdahulu melakukan penelitian pada dua produk yaitu invoice financing dan pembiayaan modal kerja. Sedangkan penulis hanya fokus meneliti pada satu produk yaitu invoice financing.

Dokumen terkait