• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Halaqah Pada Santri Diniyah Ulya Di Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin Pagutan Tahun 2018

Dalam dokumen Oleh ZIKRUL SODAKOH NIM. 151.121.125 (Halaman 61-69)

KETUA

B. Penerapan Metode Halaqah Pada Santri Diniyah Ulya Di Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin Pagutan Tahun 2018

Dari Hasil observasi Yang Peneliti Lakukan, bahwa di pendidikan pesantren NU Hidayatul Muttaqin Pagutan memiliki rutinitas shalat berjama ah yang dilakukan selama menjadi santri baik itu sebelum dilakukan pembelajaran ataupun sesudah. Hal ini dilakukan agar dapat membina santri secara sistematis sehingga menjadi generasi yang disiplin dan bisa mengantisipasi perkembangan zaman yang carut marut seperti saat ini.

Sebelum melakukan rutinitas pembelajran, para santriwan dan santriwati dianjurkan datang 10 menit sebelum azan magrib berkumandang, agar santriwan dan santriwati dapat melaksanakan shalat magrib secara berjamaah di pesantren. Jika para santri tidak shalat berjamaah magrib di pesantren, maka di berlakukan denda atau bisa juga di bilang infak sebesar 1000 rupiah, karena dengan inilah para santri dilatih disiplin dan tepat waktu dalam menjalankan shalat berjamaah. Setelah shalat, dirangkai dengan dzikir dan doa yang dipimpin oleh santri yang bertugas pada saat itu.

Setelah shalat berjamaah selesai, para santri langsung menuju kelas masing-masing tanpa perlu dikomandoi. Setelah sampai di kelas masing- masing kemudian ketua kelas menyiapkan teman kelasnya untuk membuat lingkaran dalam bentuk huruf O atau terkadang huruf U dan ketua kelas mulai memimpin do a, kemudian guru atau ustaz datang dan para santri pun mengucap salam kepada guru yang mengajar pada saat itu. Setelah semuanya

siap, guru mengabsen santri dan menanyakan siapa-siapa santri yang tidak hadir pada saat itu.46

Proses pembelajaran dimulai, para santri menyiapkan kitab yang akan dipelajari sesuai jadwal yang sudah ada. Alokasi waktu yang digunakan untuk belajar 1 jam 15 menit. Dari alokasi waktu tersebut di isi dari penjelasan guru terkait dengan pelajaran pada hari itu, sesi tanya jawab antara santri dan guru, dan akhirnya santri disuruh maju untuk mengulang peajaran yang sudah di pelajari pada saat itu.

Setelah proses belajar mengajar selesai, para santri di perkenankan untuk istirahat selama 10 menit sambil menunggu waktu untuk shalat isya berjamaah. Setelah waktu istirahat telah selesai, para santri bergegas untuk mengambil air wudu kemudian para santri naik ke aula utama untuk melaksanakan shalat isya secara berjamaah dan di lengkapi dengan dzikir dan doa yang dipimpin oleh santri yang bertugas pada saat itu.

Dalam satu minggu itu tidak semua hari digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Tuan guru memberi kebijakan kepada santri untuk tidak belajar pada hari kamis atau malam jum at. Namun pada malam jum at tersebut santri tetap datang mengaji untuk melaksanakan lailatul ijtima . Lailatul ijtima adalah salah satu rutinitas santri yang di isi dengan istigosah, membaca surat yasin, dan terakhir adalah muhadaroh yang di isi oleh santri yang bertugas pada saat itu.

46Ust. H. Sopian Irsyadi,Guru At-Tibyan,Wawancara12 Juli 2019

Selain lailatul ijtima , rutinitas santri di laksanakan pada hari sabtu atau malam minggu. Pada malam minggu tersebut santri di kumpulkan setelah isya berjamaah untuk mengikuti majlis sholawat yang di pimpin oleh group sholawat Al-Hissam. Tujuan dari majlis ini untuk meminimalisir santri yang keluyuran pada malam minggu, sehingga guru membentuk halaqah majlis Al- Hissam tersebut.

Rutinitas lain setelah sholat isya berjamaah adalah halaqah tahfiz Al- Qur an. Dalam hal ini guru tidak memaksa santri untuk mengikutinya, karena para santri juga masih belajar disekolah formal yang disibukan dengan tugas- tugas dari sekolahnya.

Untuk memperkuat hasil pengamatan yang peneliti lakukan, peneliti juga melakukan wawancara dengan bapak TGH M Zuhdi Sanusi pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Muttaqin yang mengatakan:

Dari semenjak didirikannya Pondok Pesantren Hidayatul Muttaqin oleh Almarhum TGH .Ahmad Sanusi sampai saat saya yang memimpin pesantren ini Metode halaqah dengan cara sorogan dan bandongan sudah digunakan dalam proses belajar dan mungkin hampir semua pondok yang menggunakan metode ini dalam belajar mengaji baik itu belajar Al-Qur an maupun belajar kitab kitab yang lain seperti fiqih, akhlak dan lain lain, karena metode halaqah ini ciri khas yang namanya pondok pesantren mengaji dengan membuat sebuah lingkaran atau shaf-shaf yang di antara mereka ada ustadz yang akan menjelaskan, menyimak, tamya jawab dengan para santri dan tidak lupa juga mengabsen para santrinya.47

47TGH Zuhdi Sanusi, Pengasuh Pesantren Hidayatul Muttaqin,Wawancara, tanggal 5 juli 2019

Dari hasil dokumentasi yang peneliti lakukan peneliti menemukan formasi duduk seperti contoh di bawah ini.

Dari hasil dokumentasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan bahwasanya formasi duduk para santri dalam metode halaqah di Pendidikan pesantren NU hidayattul muttaqin tingkat ulya 8 pagutan mataram berbentuk sepertihuruf O dan U yang diantara mereka duduk salah satu ustadz yang akan mengajar atau membacakan.

Keterangan : Hijau : Guru Biru : Santriwati Hitam : Santriwan

Dari hasil dokumentasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan bahwasanya formasi duduk para santri dalam metode halaqah di Pendidikan pesantren NU hidayattul muttaqin tingkat ulya 7 pagutan mataram berbentuk sepertihuruf O dan U yang diantara mereka duduk salah satu ustadz yang akan mengajar atau membacakan.

Keterangan : Hijau : Guru Biru : Santriwati Hitam : Santriwan

Peneliti juga melakukan wawancara dengan utadz usnain yang mengatakan:

Beberapa hal yang saya lakukan sebagai ustadz dalam menggunakan metode halaqah seperti saya memerintahkan para santri untuk membuat suau lingkaran atau duduk seperti huruf U dan jika santrinya banyak akan dibuat saf saf agar mudah para santri menyimak pelajaran kemudian saya mengajak para santri untuk bersama sama membaca doa setelah semuanya rapi, setelah itu baru saya mengabsen para santri biasanya saya mempunyai buku khusus untuk mencatat sampai mana mereka menghafal minggu kemarin agar tidak lupa juga sampai mana batas mereka menghafal.48

Untuk memerkuat data di atas peneliti melakukan wawancara dengan Ali yang mengatakan:

Memang benar para ustadz semuanya ketika jam belajar atau ustadz yang akan mengajar sudah datng kami para santri membuat sebuah lingkaran atau duduk seperti huruf U tanpa disuruh oleh ustadz karena sudah terbiasa dari semenjak tingkat satu hingga sekarang saya tingkat Ulya jika datang guru atau jam pelajaran sudah dimulai ustadz duduk di antara kami

Dari hasil observasi yang penelit lakukan bahwasanya para santri jika jam pelajaran sudah mau dimulai mereka bersiap siap dengan membuat lingkaran lingkaran kecil ada yang membuat formasi duduk seperti huruf U dan di antara lingkaran tersebut ada ustadz yang akan mengajar mereka.49

Dari hasil wawancara dengan bapak TGH M Zuhdi Sanusi selaku pimpinan pondok beliau mengatakan :

Kebiasaan yang dilakukan di Pesantren Hidayattul Muttaqin ini sebelum dimulai pelajaran para santri diperintahkan membaca Al Fatihah kemudian membaca doa sebelum memulai pelajaran agar ilmu yang mereka dapatkan menjadi berkah dan insya allah dengan mereka berdoa pelajaran dan hafalan mereka cerna dengan baik dan membaca

48 Husnain, Guru Khulasoh Nurul Yaqin,Wawancara, Pagutan, 5 juli 2019

49 Observasi, 9 Januari 2019

doa merupakan hal yang rutin dilakukan baik sebelum dan sesudah belajar.50

Peneliti juga mewawancarai Ustadz Husnain yang mengatakan:

Menurut saya di tempat instansi pendidikan apalagi pondok pesantren wajib dan menjadi rutinitas sebelum memulai pelajaran harus membaca doa telebih dahulu dan jika menutup pelajaran pun kita tutup dengan doa juga agar ilmu yang didapatkan menjadi berkah.51 Dari hasil observasi yang peneliti lakukan utadz memerintahkan para santri untuk membaca doa sebelum memulai pelajaran dan juga peneliti melihat bahwasanya ustadz juga mengajak santri berdoa ketika pelajara telah selesai.52

Dari hasil wawancara dengan bapak TGH M Zuhdi Sanusi selaku Pimpinan Pondok beliau mengatakan

Sesudah membaca doa para ustadz pun memulai pelajaran dengan mengabsen para santri satu pernsatu terlebih dahulu kemudian terserah para ustadz memulainya pelajaran seperti apa jika kitab biasanya menerjemahkan kitab terlebih dahulu jika tahfiz Al Qur an biasanya memuroja ah hafalan yang telah disetor kemarin agar para santri tidak lupa dengan hafalan mereka yang terakhir disetor.53

Peneliti juga mewawancarai ustadz Husnain yang mengatakan:

Jika pelajaran At-Tibyan biasanya saya dan selaku para ustadz memakai kitab Attibiyan biasanya saya memulai dengan menerjemahkan kitabnya dan menerjemahkannya hingga dua atau tiga kali sehingga santri paham dan mampu menerjemahkan sendiri kemudian setelah itu sebaliknya jika saya sudah selesai menerjemahkan beberapa kali kemudian saya menyuruh para salah satu santri secara acak untuk menerjemahkan apa yang saya terjemahkan sebelumnya jika ada cara membacanya salah atau arti dari

50TGH Zuhdi Sanusi, Pengasuh Pesantren Hidayatul Muttaqin,Wawancara, Pagutan, 4 juli 2019

51Husnain, Guru Khulasoh Nurul Yaqin,Wawancara, Pagutan, 5 juli 2019

52Observasi, 12 Januari 2019

53TGH Zuhdi Sanusi, Pengasuh Pesantren Hidayatul Muttaqin,Wawancara, Pagutan, 4 juli 2019

kitab itu salah saya membenarkannya dan setelah semua itu selesai tidak lupa saya menjelaskan maksud dari kitab tersebut.54

Hal yang sama juga diungkapkan oleh ustadz Zaini yang mengatakan:

Memang benar jika pelajaran itu memakai kitab kami menerjemahkannya beberapa kali melihat penyerapan pelajaran para santri berbeda beda dalam mencerna pelajaran kemudian para santri menyimak dan jika saya sudah selesai menerjemahkan saya suruh satu persatu untuk menerjemahkan ulang setelah itu baru saya menjelaskan apa yang telah saya terjemahkan.55

Dari hasil wawancara dengan bapak TGH M Zuhdi Sanusi selaku pimpinan pondok beliau mengatakan

Kami dan para ustadz biasanya setelah selesai menerjemahkan kitab dengan menyuruh para santri menerjemahkan kembali apa yang ustadz telah terjemahkan kemudian ada juga evaluasi dengan ujian dilakukan setiap enam bulan sekali seperti ujian pada umumnya kami memberikan mereka soal apa yang mereka telah pelajari.56

Hal yang sama diungkapkan oleh ustadz Husnain yang mengatakan : Sesuai perintah Tuan Guru dalam halaqah di pesantren Hidayatul Muttaqin biasanya diadakan evaluasi setiap enam bulan sekali dengan cara memberikan soal soal tentang pelajaran yang telah dipelajari agar kami para ustadz mengetahui sampai mana mereka mengingat pelajaran dan sebagai pertimbangan untuk menaikkan tingkat mereka ke tingkat yang lebih tinggi.jika nilai mereka memuaskan jika tidak mereka akan tidak naik tingkat persis seperti anak sekolahan.57

Dapat diambil kesimpulan dari hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan bahwasanya metode halaqah dengan cara sorogan dan bansongan dalam mempelajari At-Tibyan memiliki beberapa proses yaitu membuat lingkaran kemudian ustadz mengajak untuk membaca doa dan

54Husnain, Guru Khulasoh Nurul Yaqin,Wawancara, Pagutan 5 juli 2019

55Zaini, Guru Bahasa Arab,Wawancara, Pagutan, 6 juli 2019

56TGH Zuhdi Sanusi, Pengasuh Pesantren Hidayatul Muttaqin,Wawancara, Pagutan, 4 juli 2019

57Husnain, Guru Khulasoh Nurul Yaqin,Wawancara, Pagutan, 5 juli 2019

mengabsen kemudian ustadz menerjemahkan kitab ketika menggunakan sistem sorogan dan para santri menyimak. Ketika dalam pembelajran menggunakan sistem bandongan santri disuruh membaca kitab yang akan di pelajari pada saat itu. kemudian diadakannya evaluasi setiap selesai menerjemahkan kitab dan evaluasi dengan ujian setiap enam bulan sekali.

C. Kendala yang dihadapi Guru dalam mempelajari At-Tibyan dengan

Dalam dokumen Oleh ZIKRUL SODAKOH NIM. 151.121.125 (Halaman 61-69)