Penerapan Metode Halaqah Dalam Pembelajaran At-Tibyan Di Pendidikan Pesantren Diniyah Ulya NU Hidayatul Muttaqin Pagutan Tahun 2018 Penerapan Metode Halaqah Pada Santri Diniyah Ulya Di Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin Pagutan Tahun 2018 Dalam Pembelajaran At-Tibyan.
Manfaat Penelitian
Bagi lembaga pendidikan di Pondok Pesantren Pagutan NU Hidayatul Muttaqin, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan khususnya pada Ma’had yang menggunakan metode halaqah khususnya dalam meningkatkan kemampuan Al-Qur’an. 'an dalam metode tertentu. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media informasi bagi jamaah NU khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, bahwa Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Muttaqin Pagutan sebagai lembaga pendidikan yang sangat efektif dalam mempelajari ilmu agama Islam khususnya dengan metode halaqah.
Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Selain itu, ketertarikan peneliti dalam melakukan penelitiannya adalah karena dalam pendidikan pesantren ini mereka menggunakan metode halaqah dalam mempelajari al-qur'an yang menjadi mata pelajaran dalam pendidikan pesantren, sebagaimana motto yang dicanangkan adalah Generasi Pers. dari Quran.
Telaah Pustaka
Perbedaan kedua terletak pada santri yang diteliti, peneliti meneliti Santri Diniyah Ulya, sedangkan Ahyar Rosidi Ma'had Syaikh Zainuddin meneliti santri. Perbedaan kedua terletak pada siswa yang diteliti, peneliti meneliti siswa Diniyah Ulya, sedangkan Darmatasyah meneliti siswa putri tingkat II.
Kerangka Teoritik
Dikatakan demikian kerana seolah-olah Al-Quran menghimpun pelbagai huruf, perkataan dan kalimah dengan tertib supaya disusun dengan kemas dan betul. Pengertian Al-Qur’an menurut Hasbi Shidieqy adalah wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, diturunkan kepada kita secara umatya dengan cara muttawattir, yang dihukum kafir bagi yang mengingkarinya. Takrifan yang dikemukakan oleh ulama lebih mempunyai unsur yang sama dalam takrifan al-Quran.
Hasby Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), p 5. Buku ini membahas berbagai hal yang berkaitan dengan cara kita dalam berinteraksi dengan kitab suci Al-Qur' dan Al Karim. Dibahas berbagai tema, seperti keutamaan membaca dan mempelajari Al-Qur'an, manfaat orang membaca Al-Qur'an, penghormatan dan pemuliaan Al-Qur'an.
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian
Kehadiran Peneliti
Lokasi Penelitian
Sumber Data
Prosedur Pengumpulan Data
Menurut Esterberg sebagaimana dikutip oleh Sugiyono bahwa: wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui tanya jawab sehingga dapat dibangun pengertian terhadap suatu topik. 33 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang akan diteliti, tetapi juga jika peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden. Teknik pengumpulan data ini didasarkan pada laporan diri atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan/atau keyakinan pribadi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa pertanyaan tertulis yang juga telah disiapkan alternatif jawabannya.
Peneliti wawancara akan menjadi guru yang mengajar bidang kitab At-Tibyan di Pesantren NU Hidayatul Muttaqin Pagutan. Teknik Pengumpulan Data Selain observasi dan wawancara, peneliti juga akan menggunakan dokumentasi untuk mendukung data yang diperoleh melalui dua teknik sebelumnya. Proses dokumentasi merupakan pelengkap atau bukti penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Teknik Analisis Data
Ketika melakukan penelitian lapangan, peneliti akan menemukan banyak data, data yang diperoleh harus dipersempit melalui analisis reduksi data. Perlu disajikan data yang setelah proses reduksi menjadi temuan peneliti di lapangan. Triangulasi sumber dilakukan untuk memverifikasi kredibilitas data dengan memverifikasi data yang telah diperoleh dari sumber yang berbeda.
Dengan memperluas observasi, berarti peneliti kembali ke lapangan, mewawancarai kembali sumber-sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Memperluas observasi ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini sudah benar atau belum. Dari data yang telah terkumpul, peneliti akan melakukan pengecekan kembali untuk mendapatkan kesepakatan antara data dan pemberi data.
Sejarah Berdirinya Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin
Ke semua taman tersebut, mereka berjalan kaki menuju Masjid Al Hamidi Pusaka, namun karena perjalanan yang kurang mulus, akhirnya diadakan pengajian dan dipindahkan ke Pondok Pesantren Hidayatul Muttaqien pada tahun 1986. Sebelumnya bernama Hidayatul Muttaqien, nama pesantren pertama As Sibawaih dan setelah berjalan akhirnya resmi menjadi Hidayatul Muttaqien. 17 Tahun 2002, Awalnya sejak 15 tahun yang lalu, Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) Hidayatul Muttaqien aktif melakukan kegiatannya yang tidak hanya peduli dengan pendidikan dan dakwah, tetapi juga sosial.
Dalam bidang pendidikan dan dakwah, Perhimpunan Hidayatul Muttaqien (PHM) memfokuskan kegiatannya dengan membuka pendidikan dengan tiga jenjang, yaitu. Menurut hasil wawancara dengan berbagai pengurus dan berbagai pihak terkait keberadaan TPA-TPQ Hidayatul Muttaqien, pendirian TPA-TPQ Hidayatul Muttaqien diprakarsai oleh sesepuh masyarakat, dalam hal ini diarahkan oleh TGH. Zuhdi Sanusi dan setelah beberapa kali mengadakan rapat, tercapai kesepakatan untuk mendirikan TPA-TPQ Hidayatul Muttaqien.
Letak Geografis Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin
Sebelah timur berbatasan dengan rumah warga, sebelah barat berbatasan dengan rumah warga, sebelah utara berbatasan dengan rumah warga, dan sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga45.
Visi dan Misi Pendidikan Pesantrem Hidayatul Muttaqin a. Visi
Keadaan Ustadz Ustadzah Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin
Sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran merupakan unsur penting dalam memperlancar tercapainya tujuan pendidikan baik formal maupun informal, seperti pondok pesantren, sehingga kesempurnaan sarana dan prasarana mempengaruhi kelangsungan proses pembelajaran.
Keadaan Santri Santriwaati Pendidikan Pesantren Hidayatul Muutaqin
SEKERTARIAT
BENDAHARA
Santri PENGASUH
KETUA
Penerapan Metode Halaqah Pada Santri Diniyah Ulya Di Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin Pagutan Tahun 2018
Proses pembelajaran dimulai, siswa mempersiapkan buku-buku yang akan dipelajari sesuai dengan jadwal yang ada. Setelah proses belajar mengajar selesai, para siswa diperbolehkan istirahat selama 10 menit sambil menunggu waktu sholat magrib berjamaah. Setelah istirahat selesai, para santri bergegas mengambil air wudhu kemudian para santri naik ke aula utama untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah dan diiringi dengan dzikir dan doa yang dipimpin oleh para santri saat itu.
Dari hasil dokumentasi yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan bahwa formasi duduk santri metode halaqah di Pondok Pesantren NU Hidayattul Muttaqin tingkat ulya 8 Pagutan Mataram terbentuk seperti huruf Oh dan U antara mereka duduk salah satu ustadz yang akan mengajar atau membaca. Dari hasil dokumentasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan bahwa formasi duduk santri metode halaqah di Pondok Pesantren NU Hidayattul Muttaqin tingkat Ulya 7 Pagutan Mataram dibentuk seperti huruf O dan You duduk diantara keduanya. . salah satu ustadz yang akan mengajar atau mengaji. Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pada saat kelas akan dimulai, mereka mempersiapkan diri dengan membuat lingkaran-lingkaran kecil, beberapa diantaranya membuat formasi duduk seperti huruf U, dan diantara lingkaran tersebut ada seorang ustadz yang akan mengajar mereka.
Kendala yang dihadapi Guru dalam mempelajari At-Tibyan dengan cara sorogan dan bandongan serta solusi yang ditempuh Guru di
- Solusi yang dilakukan guru terhadap kendala yang dihadapi santri ketika belajar At-Tibyan dengan mengguanakan system
Pengamatan peneliti menunjukkan bahwa 15 sampai 20 santri ditempatkan dalam satu halaqah, sehingga santri yang berada agak jauh dari ustadz tidak dapat mendengar dengan baik. Banyaknya halaqah yang mampu menampung santri, satu halaqah bisa menampung 15 sampai 20 orang per halaqah, juga menimbulkan kurangnya konsentrasi santri sehingga yang agak jauh dari ustadz tidak memperhatikan dengan seksama apa yang sedang berlangsung. diterjemahkan dan dijelaskan oleh ustadz, itulah kendala yang kami temui di 66. Dari pengamatan peneliti, peneliti menemukan jika ada santri yang ribut, ustadz hanya menghimbau anggota untuk menegur santri yang ribut dan meninggikan suaranya bila perlu. .
Semakin banyak orang tua siswa yang ingin merelakan anaknya untuk belajar, maka kami rencanakan dengan 15 sampai 20 orang dalam satu halaqah menjadi salah satunya. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi ustadz dalam menggunakan metode halaqah adalah santri yang ribut sehingga teman-temannya terganggu, ruang kelas tidak ada sehingga halaqah berdekatan, jumlah halaqah yang menampung santri, dan alokasi waktu hafalan yang lebih sedikit. Dan tentang bagaimana mengatasi kendala yang dihadapi ustadz dalam menggunakan metode halaqah dengan cara menambah ruang kelas sehingga jumlah halaqah dalam satu ruangan lebih sedikit dari pada cara mengatasi santri yang ribut, ustadz meninggikan suaranya dalam mengajar atau melalui Para santri memberikan sanksi jika ribut dan sehubungan dengan sedikitnya alokasi waktu dalam menyetor hafalan Ustadz mengantisipasi hal tersebut dengan memberikan jadwal bagi para santri untuk menyetor hafalan.
PEMBAHASANPEMBAHASAN
Penerapan metode halaqah pada santri diniyah Ulya di Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin Pagutan Tahun 2018 Dalam
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, proses pembelajaran buku dengan metode halaqah di pendidikan pondok pesantren Hidayatul Muttaqin sama dengan pesantren lain pada umumnya. Sejalan dengan itu, pelaksanaan pembelajaran kitab kuning menggunakan metode yang berbeda-beda tergantung metode yang digunakan oleh seorang ustadz agar santri cepat memahami pelajaran, dan salah satu metode yang digunakan untuk belajar At-Tibyan di pendidikan pondok pesantren Hidayatul Muttaqin adalah halaqah. metode. Dari berbagai bentuk Halaqah yang telah disebutkan Kementerian Agama, Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin mengelilinginya dengan lingkaran penuh seperti huruf O.
Umumnya dalam Pendidikan Pesantren Hidayatul Muttaqin, seorang guru atau usradz dalam mengajar biasanya terlebih dahulu membaca kitab sambil menerjemahkan jika menggunakan metode bandongan. Penilaian wajib yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Hidayatul Muttaqin adalah dua kali dalam satu semester, yaitu ujian semester dan ujian tengah semester. Kendala yang dihadapi santri Ulya dalam menuntut ilmu di At-Tibyan dan solusi yang ditempuh oleh Pendidikan Pesantren Hidayatul.
Kendala yang dihadapi santri diniyah Ulya dalam mempelajari At- Tibyan serta solusi yang ditempuh Pendidikan Pesantren Hidayatul
- Kendala
Pembelajaran sebagai proses pembelajaran yang dikonstruksi oleh guru untuk mengembangkan berpikir kreatif yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap mata pelajaran. 87. Lingkungan kelas merupakan salah satu kendala yang dihadapi Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Muttaqin, dimana lingkungan satu Halaqah dengan Halaqah lainnya saling berdekatan, sehingga jika satu Halaqah berisik maka akan mengganggu Halaqah yang lain sehingga membuat suasana menjadi heboh. kurang kondusif dan kurang efisien dalam pembelajaran. Kondisi yang kondusif sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, ruangan yang bersih, nyaman tanpa kebisingan menjadikan proses belajar mengajar berjalan dengan lancar.
Dengan setiap kendala, harus ada pemecahan masalah atau solusi yang dapat dilakukan oleh guru. Memang metode ini sangat monoton, maka dari itu saya menyarankan setiap guru untuk mengganti metode bandongan dengan metode lain, seperti diskusi dan lain-lain.
PENUTUP
Metode Bandongan juga dinilai lamban sehingga guru harus membaca buku secara berulang-ulang, semua ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, selain itu guru lebih aktif sehingga pembelajaran terlihat monoton. Dalam sorogan tidak banyak terjadi dialog antara guru dan siswa sehingga siswa cepat bosan. Metode Bandongan kurang efektif bagi siswa yang cerdas karena materi yang disampaikan sering diulang-ulang sehingga menghambat kemajuan.
Kepada para pengurus Pondok Pesantren Hidayatul Muttaqin agar selalu melakukan terobosan dan melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar bagi guru dan santri. Abdul Aziz, Petunjuk Teknis Pesantren Salafi sebagai Pola Wajib Pendidikan Dasar 9 Tahun, Jakarta: Kemenag, 2011. Chalib Thaha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Pustaka Pembelajaran, Hasbullah, 2004 Pendidikan Agama Islam Selecta Capacity, Jakarta: Raja Grafindo Persada Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT.