• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Instalasi Panel Direct Digital Control

Dalam dokumen KATA PENGANTAR - Repository UNISKA (Halaman 149-161)

Dalam perencanaan instalasi panel DDC terdapat beberapa komponen yang dapat mendukung sistem Direct Digital Control, salah satunya adalah modul kontrol yang terdapat didalam panel tersebut. yang berfungsi mengatur komonukasi dari server BAS untuk mengoperasikan dan monitor Chiller dari jarak jauh dan secara otomatis.

Dengan cara kerja sistem mengendalikan star / stop peralatan yang di kontrol sesuai perintah ataupun jadwal yang telah ditentukan maka cad digital output (DO) DDC akan mengeluarkan tegangan 24vcd untuk megatifkan relay panel BAS saklar relay yang awalnya NO (Normali Open) akan menjadi NC (Normali Close) sehingga akan mengirim arus pada peralatan yang di kontrol. Pada penerapan Building Automation System untuk mengoperasikan Chiller terdapat dua panel DDC yaitu panel DDC untuk Chiller dan Pompa Chiller.

1 Master Control 230 VAC input RS2232 UI & 6AO IQ4E/128/BAC/2301 Unit 2 Module 16 Digital Input 24 VDC input PS 16 DI IQ4/IO/16DI4 Unit 3 Module 8 Univelsal Input 24 VDC input PS 8 DI IQ4/IO/8DI2 Unit 4 Module 8 Digital Input 24 VDC input PS 16 DI IQ4/IO/8DI1 Unit 5 Module 8 Digital Output 24 VDC input PS 8 DO IQ4/IO/8DO3 Unit 6 Module 8 Analog Output 24 VDC input PS 16 AO IQ4/IO/8ADO2 Unit 7 Trafo Input 100-240 VAC,50Hz Output 24VAC TRAFO1 Buah 8 Main Circuit Breker 220 VAC .6 Ampre DOM113771 Buah 9 Control Fuse 220VAC 5 Ampere TT18-32X1 Buah

10 Terminal Block 1,5mm VIKING1 Buah

11 Panel Box 1300x1150x300mm WALL MOUNT1 Buah 12 Trunking Kabel 65x65mm, 45x65m, 33x65mm ,100x70mm U-TYPE1 Buah

13 Timer Relay 24-240VDC AT8N1 Buah

14 Exhaust Fan 220V, 50 Hz, 11 Ampere XF12222ABH4 Buah 15 Pilot Lamp 110-240 VAC AD22-22DS1 Buah 16 Kabel Power 220VAC ,20 Ampere NYM3 Roll

17 Kabel UPT 24 VDC UPT CAT 61 Roll

18 Termistor Temperatur Sensor Duct Sensor TB/TC6 unit

144 Gambar 8 Wiring Diagram panel DDC Pompa Chiller

Gambar 9 Wiring Diagram panel DDC Chiller 3. Penerapan instalasi Terminal Block

Pada panel Building Automation System terdapat terminal block yang berfungsi sebagai panel penghubung antara kabel instalasi dari modul panel DDC dan instalasi Chiller serta peralatan pendukung sistem instlasi Chiller yang dioperasikan maupun dimonitor oleh

BAS. Terminal block juga berfungsi utuk insatalasi power saply modul pada panel DDC.

Dengan bertujuan adanya terminal block akan memudahkan untuk melakukan pengecekan apabila terjadi masalah pada sistem instalasi peralatan Chiller yang diaplikasikan menggunakan Buiding Automation System

Gambar 10 Panel Terminal Block BAS

h. Sistem Kelistrikan Chiller

Konsumsi energi listrik pada Chiller di Bandara Syamsudin Noor cukup besar, sehingga dibuat sistem kelistrikan khusus untuk energi listrik pada panel Chiller dan peralatan pendukung lainya. Adapun wiring sistem kelistrikan pada Chiller.

145 Gambar 4.11 Wiring Diagram Distribusi Panel Listrik Chiller

(Sumber As Built Drawing)

Pada gambar wiring diagram distribusi listrik untuk meghidupkan Chiller dan peralatan pendukung lainya mengunakan jaringan tegangan menengah, yang mana mendapatkan saply langsung dari gardu utama Bandara Syamsudin Noor yang dihubungkan kepanel cubickle dan ketiga unit trafo dengan sistem luping yang akan didistribusikan ke sup distribusi panel (SDP) yang akan dibagikan kemasing-masing panel utama peralatan Chiller dan panel peralatan lainya. Dengan sistem tersebut energi listrik pada Chiller tidak akan terganggu apabila ada masalah pada distribusi listrik lainya. Sehingga energi listrik untuk mengihidupkan Chiller lebih handal dan aman.

i. Dampak Pengoperasian Mengunakan Buiding Automation System

Penerapan pengunaan Building Automation System untuk pengoperasian Chiller, bertujuan untuk mempermudah pengoperasian dan monitoring yang dapat menghemat biaya energi listrik dan biaya operasional. Pada saat pengoperasian Chiller masih manual daya listrik yang di gunakan 30,636 Kwh per hari setelah mengunakan Building Automation

listrik yang digunakan 28,152 Kwh per hari sehingga terdapat penghematan energi listrik sebesar 30,636 Kwh - 28,152 Kwh = 2,484 Kwh per hari. Jika dikonversikan kerupiah, berdasarkan tarif listrik PLN yang digunakan Bandara Syamsudin Noor, dengan tarif luar waktu beban puncak (LWBP) Rp 1090,78 per Kwh dan waktu beban puncak (WBP) Rp 1608,67 per Kwh sehingga terdapat jam tertentu yang megunakan masing-masing tarif.

Operasional Chiller dari jam 04.00 – 21.00 mengunakan tarif LWBP sedangkan 22.00 - 04.00 mengunakan tarif WBP. Adapun perhitugan biaya yang di gunakan untuk operasional Chiller sebagai berikut:

1) sebelum menggunakan BAS daya listrik yang digunakan

28,152 Kwh x Rp1090,78 = Rp 30,707,639 2,484 Kwh x Rp 1608, 67 = Rp 3,995,396 Total tarif LWBP +WBP = Rp 34,703,535 2) Menggunakan BAS daya listrik yang

digunakan

25,668 Kwh x Rp 1090,78 = Rp 27,998,141 2,484 Kwh x Rp 1608,67 = Rp 3,995,396 Total tarif LWBP + WBP = Rp 31,994,007

Melihat perhitungan daya listrik sebelum menggunakan BAS dan sesudah mengunakan BAS terdapat penurunan biaya listrik sebesar Rp 2,713,632 dengan menggunakan BAS lebih efesien terhadap konsumsi energi listrik dan biaya operasional.

. Kesimpulan

1. Pengoperasian Chiller dengan cara manual di Bandara Syamsudin Noor memerlukan tenaga manusia untuk menghidupkan dan mematikan Chiller. dengan jumlah Chiller ssebanyak 6 unit. Dalam satu hari 1 unit Chiller dihidupkan selama 8 jam. Dengan diaplikasikan Building Automation System untuk megopersikan Chiller terdapat kemudahan dan penghematan biaya operasional.

2. Terdapat beberapa cara pengopersian Chiller menggunakan Building Automation System, yaitu dengan cara pengoperasian

146 melelalui koputer yang telah terhubung denga server BAS, Schedule link dan Sequencesing sehingga Chiller dapat beroperasi secara otomatis.

3. Setelah dilakukan penerapan BAS untuk pengoperasian Chiller terdapat penghematan biaya energi listrik sebesar Rp 2,713,632.

Saran

1. Dapat diaplikasian untuk pengoperasian dan monitor peralatan elektrikal dan mekanikal lainya. sehingga dapat mempermudah pekerjaan dan tidak perlu banyaknya teknisi untuk merawat dan mengoperasikan peralatan.

2. Dilakukan upaya lebih lanjut untuk inovasi pengoperasian dan monitoring melalaui smartphone.

Referensi

[1] Geetha. A. & Jamuna. K (2013). Smart Metering System, information

Communication and Embedded.

[2]Chevy & Adrian. (2019). RCA Kegagalan Tube Chiller X01 Plant ASP-4. di PT.

Pupuk Sriwidjaja Palembang.

147

Frequency Identification (RFID)

Ariep Jaenul1,a*, Sinka Wilyanti2,a, Arisa Olivia3,a, Febria Anjara4,b, Galuh Andhana Sari5,a

a Program Studi Teknik Elektro. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer. Universitas Global Jakarta.

b Program Studi Bisnis Digital. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Global Jakarta.

Abstrak

Penggunaan kartu RFID sebagai tanda pengenal untuk masuk ke dalam tempat parkir sudah banyak diterapkan diberbagai tempat seperti di institusi, mall, dan perkantoran. Salah satu penerapan dapat dilakukan di institusi kampus. Institusi kampus memerlukan sistem yang dapat meminimalisir orang lain dapat masuk ke area kampus dengan mudah dan mengefisiensikan waktu keluar masuk kendaraan. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan perancangan Parking Gate Pass System (PGPS) Berbasis Radio Frequency Identification (RFID). Penelitian ini menggunakan RFID sebagai sistem pengenal dan pengaman ketika memasuki area parkir. Hasil dari penelitian ini adalah waktu yang diperlukan untuk memproses data (tapping) dan keakuratan database terhadap pembacaan RFID. Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan RFID dapat menghemat waktu untuk keluar masuk kendaraan dan RFID card sesuai dengan database.

Keyword: Parking Gate Pass System (PGPS), Radio Frequency Identification (RFID), Jakarta Global University

148 Pendahuluan

Pintu gerbang pada tempat parkir merupakan salah satu cara pengamanan kendaraan bermotor kendaraan yang diparkir di dalam [1]. Cara kerjanya yaitu setiap kendaraan yang akan masuk harus berhenti dulu untuk memindai kartu identitas agar pintu gerbang dapat dibuka [2].

Kartu identitas biasanya merupakan kartu RFID diberikan kepada setiap karyawan atau anggota sah dari sebuah lembaga [3]. Tidak seperti kartu ID biasa, kartu RFID bersifat elektrik. Ini berfungsi sebagai penyimpanan mikro yang memiliki frekuensi radio dengan kemampuan komunikasi dan dapat berkomunikasi dengan sebuah sistem database jika dipasangkan dengan pembaca kartu yang kompatibel [4], [5]. Penyimpanan mikro ini dapat menghemat sejumlah kecil data, salah satunya contohnya Unique Identifier (UID) [6].

Permasalahan yang ada pada sistem ini adalah ketika terdapat barisan kendaraan yang hendak memasuki area parkir pada jam-jam sibuk dan arus kendaraan masuk atau keluar yang tinggi tentu dapat menimbulkan antrian panjang karena proses pembayaran yang membutuhkan waktu lama [7]. Antrian gerbang masuk atau keluar yang menyebabkan kemacetan pasti tidak diinginkan oleh siapapun. Dalam kasus normal, kendaraan masuk membutuhkan waktu tercepat yaitu 5-8 detik untuk melewatinya melalui gerbang 2 parkir.

Dalam kasus tertentu lainnya, pengemudi mungkin bisa berhenti lebih lama hanya untuk menemukan kartu ID yang sulit ditemukan, mengakibatkan rata-rata waktu tunggu yang lebih lama dan antrian yang lebih panjang [8].

Untuk mengurangi panjang antrian dari proses yang disebutkan di paragraf sebelumnya [9], maka dari itu skripsi ini melakukan simulasi perbandingan antara gerbang konvensional dengan gerbang otomatis. Gerbang otomatis ini menggunakan teknologi RFID pasif yang memiliki kemampuan membaca dalam jarak dekat. Hasil pembacaannya sangat bagus, hampir tidak ada kesalahan yang terjadi selama pembacaan. Secara hipotetis, waktu untuk berhenti, buka jendela, dan menjangkau untuk tap kartu RFID pembaca

bisa dipersingkat. Yang tersisa adalah waktu menunggu gerbang terbuka.

Permasalahan berikutnya adalah proses pembayaran parkir yang juga menguras banyak waktu. Gerbang parkir dalam penerapannya masih menggunakan uang tunai untuk proses transaksi. Proses ini mengharuskan para pengendara berhenti sejenak di gerbang untuk membayar biaya parkir mereka. Proses ini cukup memakan waktu sehingga dapat menjadi penyebab antrean kendaran di gerbang. Gerbang parkir juga masih menggunakan bukti pembayaran yang konvensional yaitu kertas tercetak.

Kebanyakan kertas tersebut dibuang oleh pengendara sehingga banyak sampah kertas berserakan di jalan.

Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk layanan gardu tol. Diantaranya adalah dengan menerapkan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) sebagai ganti kartu debit. Sistem kendali diteapkan pada modul mikrokontroler berbasis ARM-7 dan ARM [10][11]. Penggunaan RFID memungkinkan kendaraan dapat dideteksi ketika memasuki daerah cakupan RFID reader sehingga tidak perlu lagi memindai kartu debit. Hal ini mempersingkat waktu layanan gardu tol. Untuk mengurangi kebutuhan kertas, notifikasi pembayaran dikirimkan ke telepon genggam menggunakan teknologi 2G, yaitu Global System for Mobile Communications (GSM).

Sedangkan penggunaan tiket elektronik pada gardu tol otomatis untuk sistem transportasi jalan diusulkan oleh [12]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan meminimalisir waktu layanan di pintu keluar saat menggunakan sistem gerbang otomatis. Tujuan ini bisa tercapai jika dilakukan simulasi model yang mewakili dua sistem yang dibandingkan dapat dibuat

sebelumnya. Sistem dapat

diimplementasikan jika sebuah prototype dari gerbang otomatis dapat dibuat. Pada penelitian ini pula penulis ingin membuat sistem pembayaran parkir yang mudah dan dapat selalu diakses.

Agar penelitian ini lebih terarah sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah yang dijelaskan sebelumnya, perlu dilakukan pembatasan masalah. Batasan yang harus diperhatikan dalam desain Smart Parking ini

149 adalah jenis kendaraan yang digunakan yaitu kendaraan roda dua. Sistem yang dibuat dalam penelitian ini dilampirkan pada gerbang yang telah ditetapkan menggunakan RFID pasif sebagai sistem yang sudah dirancang sebelumnya.

Metode

Variabel yang diamati

Pada penelitian ini, ada hal yang menjadi variabel untuk diamati dan dianalisa sebagai berikut :

1.Delay tapping atau waktu yang diperlukan untuk memproses data

2.Keakuratan database terhadap rfid 3.6 Teknik Pengambilan Data

Disini peneliti menggunakan Stopwatch untuk menghitung delay waktu dan penggaris/mistar untuk pengujian jarak baca RFID reader.

Cara Kerja Sistem

Untuk mendapatkan akses keluar masuk kampus Jakarta Global University perlu mendaftarkan atau meregistrasikan kartu terlebih dahulu. Registrasi kartu dapat dilakukan di bagian keamanan kampus.

Berikut tampilan form registrasi untuk user/pengguna baru.

Setelah kartu diregistrasikan dan telah diisi dengan saldo, kartu sudah langsung dapat digunakan. Berikut tampilan form untuk parkir masuk.

Pada saat user melakukan tapping pada RFID Reader, operator akan menginput waktu masuk kendaraan.dan juga nomor plat kendaraan. Setelah itu kendaraan dapat masuk. Jika kendaraan ingin keluar user akan melakukan tapping kembali dan operator akan melakukan input waktu akhir parkir kendaraan. Berikut form parkir keluar.

Mulai

Terdaftar/Registered Ada Saldo

Proses Tapping

Website

Terbaca

Palang Terbuka

Selesai

Gambar 1. Flowchart Kerja Sistem

Gambar 2. Form Registrasi Pengguna Baru

Gambar 3. Tampilan Form Parkir Masuk

150 Gambar 4. Tampilan Form Parkir Keluar

Pada form parkir akan tertera saldo akhir pengguna atau user. Berikut tampilan tabel data pelanggan.

Hasil

Hasil Pengujian Alat

Pengujian alat dilakukan dengan cara melakukan percobaan terhadap 8 sample yang telah direkayasa sebelumnya. Ada 4 kondisi sample rfid card yang akan digunakan untuk uji coba sebagai berikut ; 1.Kartu 1 dan 2 : Berisi saldo, terdaftar di database

2.Kartu 3 dan 4 : Tidak berisi saldo, terdaftar di database

3.Kartu 5 dan 6 : Berisi saldo, tidak terdaftar di database

4.Kartu 7 dan 8 : Tidak berisi saldo, tidak terdaftar di database

Pengukuran Jarak Baca RFID Reader Tujuan dari pengukuran ini adalah mengetahui jarak maksimal pembacaan RFID reader terhadap kartu. Hasil pengukuran jarak deteksi RFID reader dengan RFID card adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Tanpa Halangan

Pengujian ini dilakukan dengan cara menghitung jarak yang mampu dibaca oleh RFID reader tanpa ada penghalang.

Pengujian ini digunakan untuk menentukan

jarak yang efektif terhadap penggunaan tag RFID. Pengujian menggunakan sebuah tag pasif. Dari pengujian tanpa halangan mendapatkan hasil bahwa tag pasif dapat dibaca oleh RFID pada jarak sekitar 5cm sampai 7cm.

b. Pengujian dengan Halangan

Pengujian dengan halangan ini dilakukan dengan cara percobaan berulang pada jarak yang berbeda. Penghalang yang digunakan adalah dengan kertas. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kemampuan RFID reader dalam membaca tag dengan suatu penghalang. Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian RFID dengan halangan yang sebelumnya sudah penulis uji.

Tabel 2. Data Jarak Deteksi RFID Reader

Hasil Pengujian terhadap Saldo RFID Card Pengujian dilakukan antara alat yang dibuat

dengan rfid card yang telah diberi saldo dan tidak diberi saldo sebelumnya.

Tabel 1. Data Pelanggan

Tabel 3. Pengujian Alat Terhadap Saldo

151 Hasil Pengujian terhadap Database

Pengujian dilakukan antara alat yang dibuat dengan rfid card yang telah terdaftar di database dan belum terdaftar sebelumnya.

Tabel 4. Pengujian Alat Terhadap Database

Hasil Pengujian Delay RFID dengan Sistem Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa delay yang dibutukan antara RFID dengan sistem. Penguji melakukan percobaan berulang. Alat yang digunakan yaitu stopwatch.

Tabel 5. Pengujian Waktu Delay antara RFID dengan Sistem

Hasil Pengujian Waktu Transaksi

Penguji melakukan perhitungan waktu tunggu yang dibutuhkan pengguna pada saat di pintu masuk dan pintu keluar. Disini penguji melakukan percobaan berulang.

Tabel 6. Pengujian Waktu Tunggu Kendaraan

Kemudian penguji melakukan percobaan

perbandingan antara sistem parkir konvensional yang masih menggunakan karcis parkir dengan sistem parkir menggunakan RFID.

Tabel 7. Perbandingan Waktu Tunggu

Analisa Hasil Pengujian Alat

Analisa Hasil Pengukuran Jarak Baca RFID Reader

Pengukuran jarak antara RFID reader dengan RFID tag dibagi menjadi dua bagian.

Pengukuran pertama yaitu pengukuran tanpa penghalang. Dari pengujian tanpa halangan mendapatkan hasil bahwa tag pasif dapat dibaca oleh RFID pada jarak sekitar 5cm sampai 7cm. Pengukuran kedua yaitu pengukuran dengan penghalang. Penghalang yang digunakan adalah kertas. Dari pengujian dengan penghalang mendapatkan hasil bahwa tag pasif dapat dibaca oleh RFID pada jarak sekitar 7cm.

Analisa Hasil Pengujian terhadap Saldo RFID Card dan Terdaftar di Database Pada pengujian dari alat terhadap RFID yang berisi saldo atau tidak dan juga telah terdaftar dan belum terdaftar mendapatkan hasil walaupun berisi saldo namun tidak terdaftar di database tetap tidak bisa masuk ke gerbang. Begitu pula sebaliknya walaupun terdaftar di database namun tidak memiliki saldo tidak bisa pula masuk ke gebang. Pengguna rfid card harus memiliki saldo dan telah terdaftar di database.

Analisa Hasil Pengujian Delay RFID dengan Sistem

Penguji melakukan pengujian untuk mencari delay antara RFID dengan sistem. Disini penguji menggunakan stopwatch sebagai alat ukur. Hasil dari pengujian didapatkan bahwa delay antara RFID dengan sistem adalah 2 sampai 3 detik.

Analisa Hasil Pengujian Waktu Transaksi Pada pengujian ini peneliti menghitung

152 waktu tunggu yang diperlukan suatu kendaraan untuk masuk atau keluar gerbang.

Perhitungan ini sudah termasuk transaksi digital untuk pembayaran parkir. Hasil dari perhitungan didapatkan waktu tunggu yang diperlukan adalah 5 detik, pada pintu masuk maupun pintu keluar.

Peneliti juga membandingkan waktu tunggu yang diperlukan parkir RFID dengan parkir konvensional yang masih menggunakan karcis. Hasil yang didapatkan adalah penggunaan RFID lebih memudahkan dan mempersingkat waktu karena tidak perlu menunggu karcis parkir pada saat masuk dan pembayaran parkir lebih cepat dilakukan karena tidak perlu menunggu operator parkir untuk memberitahu berapa biaya parkir suatu kendaraan.

Hasil Analisa Alat dengan Database Setelah diuji dengan database, alat dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan data yang ada.

Kesimpulan

Dari perancangan dan pengujian alat diperoleh kesimpulan penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1.Jarak baca RFID Reader dengan RFID Card hanya berjarak ±7 cm.

2.Pengujian yang dilakukan terhadap beberapa kondisi RFID Card sesuai dengan database.

3.Penggunaan RFID Card terbukti lebih efisien menghemat waktu yang diperlukan untuk keluar masuk kendaraan.

Saran

Dari penelitian Tugas Akhir ini ada beberapa saran yang diajukan penulis unuk pengembangan selanjunya antara lain sebagai berikut :

1.Pada pengukuran jarak baca RFID Reader pada Tugas Akhir ini hanya dapat membaca pada jarak ±7 cm, ada baiknya dilakukan cara agar bisa membaca RFID Card lebih jauh lagi.

2.Pada percobaan selanjutnya ada baiknya, dilakukan pengujian lagi dengan lebih banyak kondisi agar didapatkan fitur RFID Card yang lebih bagus

3.Ada baiknya perlu dicari lagi keuntungan- keuntungan yang bisa didapatkan dari

penggunaan RFID agar lebih memudahkan dan membantu pekerjaan manusia.

4.Dibuat aplikasi database lokal yang memungkinkan untuk tetap dapat diakses walaupun dalam keadaan offline.

5.Dibuat sistem yang lebih kompleks lagi, semua otomatis.

Referensi

[1] Sunanto, Y. Rizki, and Y. Fatma,

“Sistem Parkir Cerdas Menggunakan Teknologi Biometrika dan Optical Character Recognition,” J. Inf. Technol. Comput. Sci., vol. 3, no. 2, pp. 281–289, 2020.

[2] I. G. S. E. Putra and N. L. P.

Labasariyani, “RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI E-TICKETING

PARKIR KENDARAAN

MENGGUNAKAN NFC CARD,” J.

Teknol. Inf. dan Komput., vol. 5, no. 3, pp.

226–234, 2019.

[3] Y. T. Utami and Y. Rahmanto,

“RANCANG BANGUN SISTEM PINTU

PARKIR OTOMATIS BERBASIS

ARDUINO DAN RFID,” vol. 02, no. 02, 2021.

[4] A. Irfan, “Sistem Antrian Kendaraan Pada Pelabuhan Penyeberangan Pamatata Dengan Metode RFID,” UIN Alauddin Makassar, 2018.

[5] A. Pangestu, M. N. Mohammed, S.

Al-Zubaidi, S. H. K. Bahrain, and A. Jaenul,

“An internet of things toward a novel smart helmet for motorcycle: Review,” AIP Conf.

Proc., vol. 2320, no. March, 2021, doi:

10.1063/5.0037483.

[6] V. N. Wijayaningrum and R.

Ariyanto, “Pemanfaatan AES dengan Key Dinamis sebagai Metode Pengamanan Data pada Smart Card,” vol. 10, pp. 575–585, 2021.

[7] Rio Lianzah, “EFISIENSI PENGELOLAAN MANAJEMEN PARKIR

TERHADAP PENERIMAAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG Pembimbing,”

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017.

[8] W. A. Prasetyo, “Pengelolaan Sistem Parkir Dengan Rfid Berbasis Arduino Uno,” Univ. Muhammadiyah Surakarta, pp. 1–14, 2017.

[9] F. Ahda, M. Abdurohman, and A. G.

153 Putrada, “Evaluation of Active RFID as Vehicle Identification at Parking Gates Using Queuing Theory,” Proc. 2019 4th Int.

Conf. Informatics Comput. ICIC 2019, 2019, doi: 10.1109/ICIC47613.2019.8985936.

[10] W. A. Syafei, A. F. Listyono, and Darjat, “Hardware design of queuing free environmental friendly automatic toll gate using RFID,” Proc. - 2017 4th Int. Conf. Inf.

Technol. Comput. Electr. Eng. ICITACEE 2017, vol. 2018-January, pp. 142–146, 2017,

doi: 10.1109/ICITACEE.2017.8257692.

[11] J. K. Parmar, “Iot Based Toll Collection System,” no. June, 2018.

[12] M. A. Fatkhurrahman, W. A. Syafei, and D. Darjat, “Perancangan Prototipe Sistem Gerbang Tol Cerdas Berbasis Rfid Dan Notifikasi Pembayaran Via Social Messenger,” Transient, vol. 6, no. 4, pp.

690–697, 2017, [Online]. Available:

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/trans ient/article/view/18887.

154

PENGARUH PENGGUNAAN ABU SEKAM SEBAGAI PENGGANTI PASIR PADA BATA RINGAN (CLC)

Arif Fatwa1, Eka Purnamasari2, Fathurrahman3

1,2,3Teknik Sipil,22201,Fakultas Teknik,Universitas Islam Kalimantan MAB, e-mail: [email protected]

Abstrak

Bata beton ringan adalah salah satu material bangunan yang digunakan untuk membuat dinding pada bangunan rumah, gedung dan lain lain. Bata beton ringan foam dibuat dengan material beton pada umumnya yaitu pasir, semen dan air. Namun, ada penambahan foam agent sehingga membuat bobot bata menjadi ringan dan permukaannya menjadi halus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan abu sekam padi sebagai pengganti pasir dengan variasi 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % terhadap bata ringan. Pengujian bata ringan meliputi berat jenis, penyerapan, dan kuat tekan bata ringan. Hasil uji nilai berat jenis variasi abu abu sekam padi 25 %, 50

%, 75 % dan 100 % berturut-turut 1131,26 kg/m3, 1010,37 kg/m3, 832 kg/m3, 906,07 kg/m3 termasuk beton ringan kelas V berdasarkan ASTM C-495; hasil uji kuat tekan pada 28 hari berturut-turut 13,333 kg/m², 11,111 kg/m², 22,222 kg/m², dan 28,889 kg/m², dan hasil uji daya serap air berturut-turut adalah 17,18%, 24,34%, 23,15%, dan 15,43%.

Berdasarkan informasi yang didapat dari jurnal-jurnal dan SNI tentang beton hasil penelitian yang dilakukan, mutu beton lebih kuat dengan menggunakan agregat abu sekam, sehingga abu sekam dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bata ringan dan beton- beton lainnya.

Kata kunci : bata beton ringan dan abu sekam padi.

Latar belakang

Bata beton ringan adalah salah satu material bangunan yang digunakan untuk membuat dinding pada bangunan rumah, gedung dan lain lain. Bata beton ringan foam dibuat dengan material beton pada umumnya yaitu pasir, semen dan air. Namun, ada penambahan foam agent sehingga membuat bobot bata menjadi ringan dan permukaannya menjadi halus.

Bata beton ringan terbagi menjadi 2 jenis yaitu: Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Keduanya memiliki kesamaan yaitu menambahkan gelembung udara kedalam mortal sehingga mengurangi berat mortal secara drastis. Perbedaan antara bata ringan AAC dan CLC dari segi proses pengeringannya. Bata ringan AAC

mengalami pengeringan dalam oven autoklaf bertekanan tinggi sedangkan bata ringan CLC mengalami proses pengeringan secara alami. Bata ringan yang juga di sebut bata ringan Non- Autoclaved Aerated Concrete (NAAC) (Atmika 2019). Samekto (2001) mengatakan bahwa pengertian bata ringan CLC adalah beton seluler yang mengalami proses curing secara alami.

CLC adalah beton konvensional, dimana agergat kasar (kerikil) diganti dengan gelembung udara, dalam prosesnya menggunakan gelembung busa organik yang kurang stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan, Foam/buda berfungsi hanya sebagai media untuk membungkus udara.

Masyarakat indonesia yang mayoritas penduduknya adalah petani dimana

Dalam dokumen KATA PENGANTAR - Repository UNISKA (Halaman 149-161)