• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTEPRETASI DATA

4.3 Temuan dan Interpretasi Data

4.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup Konsumtif Perempuan

4.3.2.2 Pengaruh Media Dalam Mode dan Trend

kehidupan perempuan muda single yang bekerja. Di mana pengaruhnya bisa membawa kepada hal yang positif dan negatif tergantung dari lingkungan sekitarnya juga diri sendiri dalam menghadapinya.

Gaya hidup konsumtif yang di lakukan terdapat proses pembangunan idenditas sosial atau citra diri mereka di lingkungan pergaulan mereka. Gaya hidup konsumtif memiliki latar belakang motif keinginan untuk menunjukkan dan menyatukan persamaaan status kehormatan yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama. Dalam pola konsumsi kaum perempuan sebagai konsumen dalam kehidupannya diarahkan lebih kepada keinginan individual mereka akan nilai-nilai yang ditujukan ke hal-hal luar.

Maksudnya kaum perempuan muda dalam melakukan konsumsi secara sadar dengan apa yang mereka gunakan untuk memperoleh suatu penilaian mengenai idenditas sosial di hadapan orang lain seperti simbol-simbol prestise yang mereka gunakan. Dalam melakukan konsumsinya mereka terpengaruh dengan orang-orang yang di sekeliling mereka, karena dalam kehidupannya konsumsi yang mereka lakukan untuk suatu proses adaptasi yang menyangkut penerimaan orang lain terhadap diri mereka. Ini membuat kaum perempuan muda bekerja dapat menunjukkan dan menyatukan persamaan akan status kehormatannya.

terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayaknya.53

Peningkatan teknologi yang memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penerapan masyarakat pun memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting. Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak ke arah perilaku prososial maupun antisosial. Media mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat khususnya bagi kaum perempuan muda single melalui mode dan trend yang terbaru.

Salah satu cara paling ampuh untuk bisa membuat masyarakat yaitu kaum perempuan single melakukan pembelian adalah menciptakan mode dan trend terbaru. Dengan adanya mode dan trend terbaru ini, masyarakat di paksa untuk tetap melakukan pembelian barang, bukan karena mendapatkan manfaat barang tersebut tetapi karena mengikuti mode dan trend terbaru. Tujuan dari konsumerisme adalah memberikan alasan untuk melakukan pembelian barang-barang dan jasa-jasa.

Para produsen bisa saja menggunakan segala macam cara terutama melalui media massa maupun media cetak untuk memberitahukan kepada masyarakat khususnya kaum perempuan bahwa saat ini mode dan trend yang ada sudah berganti menjadi trend dan mode yang baru. Dengan menyatakan bahwa suatu mode dan trend sedang berganti, masyarakat khususnya kaum perempuan single seolah-olah “diharuskan” untuk membuang barang-barang mereka yang sudah ketinggalan mode dan trend agar segera di

53 Ibid Hal 28

ganti dengan barang-barang yang sesuai dengan mode dan trend yang baru saja diciptakan.

Ini seperti dikatakan oleh salah satu informan yaitu Dhie mengatakan:

“…..kalau ada barang yang tidak mode dan trend lagi biasanya di simpan di lemari dulu atau dikasi ke orang lain ya liat situasi. Biasanya liat mode dan trend yang baru kebanyakan dari media seperti majalah dan televisi…..(Sumber:

Penelitian Lapangan, 2007).”

Lebih lanjut informan Popy mengatakan :

“…gimana ya kalau gak ngikutin mode dan trend yang baru kayak ada yang kurang dalam bergaul dan pastinya supaya gak ketinggalan zaman. Barang-barang yang gak mode dan trend lagi biasanya di simpan aja dulu. Kalau ada mode dan trend yang baru biasanya liat dari majalah soalnya lebih jelas….(Sumber:

Penelitian Lapangan, 2007).”

Keseluruhan informan mengakui kalau mereka selalu mengikuti barang-barang yang sedang trend karena mereka melihat melalui media massa dan media cetak. Trend seperti ini akan terus menerus diciptakan sehingga tanpa sadar kaum perempuan akan tetap membeli barang-barang yang mengikuti mode terbaru. Kaum perempuan single

dipaksa” melakukan pembelian demi mendapatkan pengakuan bahwa mereka mengikuti trend yang ada.

Dalam hal ini yang di lihat dari segi mode fashion, di mana fashion sekarang sangat mempengaruhi gaya hidup kaum perempuan single. Fashion memaksa masyarakat untuk membeli bukan berdasar kebutuhan tetapi untuk style (gaya), yaitu keinginan untuk mencocokkan dengan apa yang dikatakan oleh orang lain sebagai “fashionable”.54

54 Ibid Hal 55

Mode fashion yang di maksud bisa di lihat dari segi pakaian, assesoris, sepatu, tas, dan makeup.

Dengan melalui mode fashion maka akan menunjukkan jati diri dan mendukung kepercayaan diri seseorang.

Ini seperti dikatakan oleh salah satu informan yaitu Ria :

“…..kalau gak ikutin mode dan trend yang baru kurang pede dan gak bisa bergaul sama orang lain. Kalau ikutin mode terbaru memang mendukung jati diri Ria karena bisa pede ngomong dengan teman-teman atau kenalan baru supaya gak maluin dan senang jadi pusat perhatian orang lain….. (Sumber: Penelitian Lapangan, 2007).”

Lebih lanjut informan Dila mengatakan :

“…..gimana ya dengan mengikuti mode dan trend Dila jadi lebih percaya diri bertemu dengan orang diluar karena rasanya aneh kalau gak ikutin mode dan trend yang ada. Biasanya lihat mode ada yang dari media dan yang dipakai banyak orang…...(Sumber: Penelitian Lapangan, 2007).”

Keseluruhan informan mengakui jika mengikuti mode dan trend yang terbaru maka rasa percaya diri informan akan bertambah dengan barang yang dipakainya. Kalau barang yang di pakai tidak mengikuti mode dan trend maka rasa percaya diri akan jati dirinya akan berkurang. Ini membuat para informan untuk selalu berhadapan atau mengikuti situasi mode dan trend yang berkembang di dalam masyarakat. Mode dan trend yang berkembang saat ini tidak memandang dari selera perseorangan tetapi seluruh masyarakat yang memang mengikuti mode dan trend dari seluruh dunia terutama yang ke-Barat- baratan.

Ini di dukung dengan kehadiran berbagai media dalam kehidupan masyarakat mampu menggiring seseorang untuk bertindak konsumtif. Suatu tindakan memakai produk yang tidak tuntas. Artinya belum habis sebuah produk yang dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dengan model yang berbeda dari merek lain, atau membeli barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang memakai barang tersebut.

4.3.2.3Pemanfaaatan Waktu Luang.

Gaya hidup adalah bagaimana seseorang mengkonsumsi waktu dan uangnya untuk mengaktualisasikan diri. Gaya hidup sangat berkaitan dengan pemanfaatan waktu yang dimiliki seseorang. Ini seperti kaum perempuan single yang sudah bekerja ketika penghasilan sudah di terima maka kaum perempuan single langsung membeli barang yang diinginkan. Pada saat waktu bekerja telah libur dan jika ada waktu luang akan digunakan sebaik-baiknya untuk mengaktualisasikan diri atau melakukan hal yang menyenangkan lainnya.

Konsumerisme juga telah membuat kaum perempuan single yang bekerja menganggap bahwa melakukan pembelian barang adalah self reward system (sistem pemberian upah) terbaik dari kehidupan mereka. Ketika mereka merasa bahagia, mereka

dibuat” untuk melakukan banyak pembelian untuk merayakan kebahagiaan tersebut.

Kaum perempuan single di paksa untuk memiliki pandangan bahwa perayaan belum bisa dinyatakan berhasil jika tidak disertai dengan pembelian barang.

Semakin besar sukses yang ingin dirayakan, semakin mahal barang yang harus di beli. Jika barang yang di beli nilainya tidak besar, mereka akan merasa bahwa mereka tidak merayakan kesuksesan mereka sebagaimana mestinya. Tidak hanya itu saja, ketika sudah bekerja maka waktu luang yang dimiliki untuk melakukan hal yang diinginkan atau bersenang-senang hanya sedikit. Waktu untuk bekerja dihabiskan dalam 5 atau 6 hari dalam seminggu sehingga waktu luang/hari libur kerja digunakan orang yang sudah bekerja untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.

Ini yang seperti di katakan oleh informan Dhie berikut ini:

“…..kalau ada waktu luang seperti merayakan hari libur kerja atau dapat tambah bonus dari gajian, biasanya jalan-jalan sama teman-teman ke mall kayak pergi makan, beli pakaian, sepatu atau nonton pokoknya melakukan hal yang menyenangkan diri supaya gak bosan waktu masuk kerja….(Sumber: Penelitian Lapangan, 2007).”

Lebih lanjut Dina mengatakan:

“……kalau lagi ada waktu luang atau libur kerja, biasanya langsung pergi belanja mungkin ke mall atau ke pasar tergantung barang yang Dina mau. Biasanya kalau belanja beli pakaian seperti baju casual atau baju kantor yang ada di butik atau toko di mall soalnya lebih modis. Kalau gak belanja, biasanya pergi ke salon untuk menghilangkan rasa bosan dan merawat diri jadi waktu masuk kerja lebih semangat. Terkadang pergi juga nonton konser musik atau ke diskotik bersama teman-teman tergantung situasinya……(Sumber: Penelitian Lapangan, 2007)”.

Informan Etha juga mengatakan :

“….kalau udah hari libur kerja atau lagi dapat bonus dari gaji biasanya dirayakan dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti jalan-jalan ke mall pastinya lihat barang di toko butik atau toko bermerek yang lagi mode dan trend kalau ada yang cocok langsung dibeli. Kalau gak pergi ke salon atau pergi jalan- jalan keluar kota atau ke luar sumatera supaya menyegarkan diri dari aktivitas rutin pekerjaan….(Sumber: Penelitian Lapangan, 2007).”

Keseluruhan informan mengakui kalau mereka ketika ada waktu luang atau merayakan sesuatu akan digunakan sebaik-baiknya untuk mengaktualisasikan diri atau melakukan hal yang menyenangkan untuk dirinya sendiri. Menurut para informan, ketika ada waktu luang atau bebas dari beban pekerjaan maka sebuah kewajiban untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan bagi para informan. Hal menyenangkan yang biasa dilakukan para informan yaitu berbelanja barang-barang yang diinginkan, merawat diri ke salon, jalan-jalan ke Mall dengan teman atau keluarga, pergi makan di luar rumah, pergi keluar kota ketika libur panjang dan ada yang pergi menonton konser musik atau ke diskotik bersama teman-teman.

Mall adalah salah satu tempat yang paling sering dikunjungi seluruh informan. Ini di dukung tempat yang strategis dalam membeli berbagai barang yang diinginkan. Ini merupakan alat-alat konsumsi baru sesuai dengan konteks deskripsi Baudrillard. Di mana Mall dapat dideskripsikan sebagai “mesin pembelian” yang sangat efisien dari perspektif konsumen. Konsumsi jelas di buat menjadi lebih efisien untuk konsumen karena tersedia semua jenis toko dalam satu tempat yang juga punya tempat parkir berdekatan yang luas.

Mall mempunyai tujuan untuk mengontrol konsumen. Mall megontrol apa-apa yang kita beli bukan dengan cara menetapkan apa yang ada dan apa yang tidak ada, tetapi juga menggunakan prinsip “daya tarik yang berdekatan” (adjacent attraction). Di mana obyek-obyek yang biasa saja di bikin tampak lebih menarik dengan menempatkannya di sekeliling obyek yang berbeda dan lebih eksotis. Mall mengatur emosi konsumen dengan memberi cahaya, keceriaan, dan lingkungan menarik. Pada saat melakukan hal-hal menyenangkan, para informan merasa tidak bosan ketika masuk dan melakukan pekerjaan pada hari saat bekerja.

Seluruh informan menyatakan bahwa hari yang bisa untuk memanfaatkan waktu luang atau merayakan sesuatu adalah hari libur pada saat bekerja yaitu hari Sabtu, hari Minggu dan hari libur umum. Keharusan untuk melakukan perayaan secara berlebihan ini sengaja diciptakan oleh produsen untuk membuat masyarakat khususnya kaum perempuan single banyak melakukan pembelian barang dan jasa ketika mereka merayakan sesuatu.

Pada saat merayakan sesuatu kesuksesan atau kesedihan, masyarakat khususnya kaum perempuan “dipaksa” untuk melakukan banyak pembelian ketika mereka merasa senang atau sedih. Kesenangan atau kesedihan yang mereka alami di anggap sebagai alasan yang

bisa di terima untuk mengeluarkan banyak uang di pakai untuk melakukan pembelian.

Dengan mengaitkan pembelian barang dengan self reward system, produsen akan mendatangkan keuntungan, baik ketika masyarakat khususnya kaum perempuan single menjadi senang atau sedih maupun ketika mereka merayakan sesuatu.

Oleh karena itu, mereka seharusnya tidak melakukan pembelian barang secara berlebihan pada self reward system dalam diri mereka, di mana ini akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Kaum perempuan muda membeli atau menunjukkan barang-barang yang mereka beli dan dipertontonkan kepada orang lain untuk menengaskan status mereka dan menunjang gaya hidup mereka di waktu luang.

4.3.3 Gaya Hidup Konsumtif Perempuan Kota Muda Single Bekerja.

Gaya hidup merupakan cara bertindak yang bersifat kebiasaan yang dilandasi pada pengalaman-pengalaman dalam status dan peranannya dalam kehidupan. Dengan kata lain, gaya hidup seseorang itu merupakan gambaran dari watak, status, perilaku dan peranannya dalam masyarakat.55

Gaya hidup dapat diasumsikan sebagai cara-cara bertindak yang sering disebut mekanisme penyesuaian, yakni cara-cara itu menjadi cara-cara bertindak yang bersifat

Perkembangan perilaku setiap individu merupakan gambaran dari perkembangan wataknya. Perkembangan watak lebih jauh dapat menimbulkan pola interaksi yang khas pada setiap individu manakala individu tersebut mengadakan interaksi dengan individu yang lain, sehingga muncullah pola interaksi antar individu dalam suatu masyarakat yang menggambarkan gaya hidup suatu masyarakat tertentu.

55 Winarno, Thomas. 1980. Pengembangan Gaya Hidup dan Mekanisme Penyesuaian Dalam Perkembangan Pribadi dan Keseimbangan Mental. Hal 85. Bandung: Jemnas.

kebiasaan. Cara-cara itu pada kenyataannya didasarkan pada pengalaman-pengalaman seseorang dalam kehidupannya. Secara harfiah gaya hidup itu merupakan komposisi keseluruhan dan motivasi, sikap, minat, nilai-nilai seseorang yang termodifikasi pada keseluruhan tingkah laku yang cenderung berusaha hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang, gaya hidup yang demikian dapat dikatakan gaya hidup masyarakat modern. Ini di dukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan industri saat ini memberikan pengaruh terhadap gaya hidup masyarakat yang tinggal di perkotaan.

Dapat kita lihat dalam gaya hidup yang ditampilkan antara satu kelompok sosial dengan kelompok sosial yang lain dalam banyak hal tidak sama, bahkan ada kecenderungan masing-masing kelompok mencoba mengembangkan gaya hidup yang eksklusif untuk membedakan dirinya dengan kelompok yang lain. Ada perbedaan gaya hidup yang konsumtif antara kelompok kaum perempuan yang remaja dengan kelompok kaum perempuan muda single yang sudah bekerja.

Kedua kelompok ini gaya hidupnya yang konsumtif cenderung sama tapi kepentingan dalam membeli sesuatu barang sudah berbeda. Maksud kepentingan di sini adalah kalau kebanyakan remaja membeli sesuatu barang karena mengikuti pergaulan teman-temannya dan ingin dikatakan hebat jika membeli barang tersebut. Kaum perempuan single yang sudah bekerja membeli sesuatu barang karena selain tampil ingin cantik dan tetap mengikuti mode juga tuntutan dari pekerjaan yang mengharuskan mereka berpenampilan bagus.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia selalu mengkonsumsi barang- barang kebutuhannya. Apakah itu barang-barang kebutuhan primer, sekunder, maupun kebutuhan tersier. Semua barang-barang kebutuhan di atas dapat di peroleh dengan

menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Banyak sedikitnya barang-barang kebutuhan itu diperoleh tergantung pada sumber dana yang tersedia.

Kemampuan seseorang untuk mengkonsumsi barang-barang kebutuhan hidup harus disesuaikan dengan pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka semakin banyak pula barang-barang kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam hal ini tubuh, pakaian, waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, mobil, pilihan liburan dan lain-lain menjadi indikator cita rasa individualitas, gaya hidup dan pembentuk idenditas seseorang.

Demikian juga halnya dengan kaum perempuan kota muda single yang sudah bekerja, di mana sudah mempunyai pendapatan yang tetap. Ini membuat mereka bisa mengikuti gaya hidup yang mereka inginkan. Gaya hidup yang sudah mempengaruhi masyarakat khususnya kaum perempuan single adalah gaya hidup konsumtif. Di mana masyarakat yang tinggal di perkotaan khususnya kaum perempuan kota single yang sudah bekerja ketika mempunyai penghasilan maka akan membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan objektif menurut realita kebutuhan yang sebenarnya.

Perilaku konsumtif kaum perempuan single bekerja terlihat pada kebiasaan mereka membeli barang-barang yang memang dan tidak dibutuhkan. Barang-barang yang akan di konsumsi harus disesuaikan dengan pendapatan yang tersedia. Banyak sedikitnya barang yang dapat dikonsumsikan tergantung pada anggaran dana yang disediakan untuk membeli barang-barang kebutuhan tersebut.

Begitu juga dengan kualitas barang yang dapat di peroleh semakin tinggi dana yang disediakan maka kualitas barang yang dapat di peroleh semakin baik pula. Barang yang di beli memang dibutuhkan untuk mendukung dalam lingkungan pekerjaan dan barang yang tidak dibutuhkan hanya digunakan untuk menyenangkan diri atau memanfaatkan

waktu luang (hari libur) pada saat tidak bekerja serta menjadi self reward system bagi orang yang bekerja. Seperti pergi ketempat yang biasa dikunjungi oleh seluruh informan yang salah satunya adalah Mall. Menurut mereka Mall dapat memberikan hal yang menyenangkan bagi mereka melalui berbelanja.

Di mana Mall dijadikan rumah kedua bagi mereka ketika hari libur bekerja. Belanja atau shopping tampaknya sudah berkembang menjadi suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu, kelompok tertentu dan segala usia.

Kegemaran belanja yang memungkinkan seseorang berprilaku konsumtif secara berlebihan. Sebagian informan tidak hanya berbelanja terkadang mereka pergi menonton konser musik dan ke diskotik yang mempunyai kelas tertentu.

Jika ada waktu luang atau hari libur yang panjang maka mereka akan mempergunakan waktunya dengan berlibur keluar kota. Pola kehidupan yang konsumtif sangat mempengaruhi bagi perkembangan jiwa, mental, perilaku masyarakat khususnya kaum perempuan single yang sudah bekerja perlu dikendalikan secara khusus. Gaya hidup yang demikian pada akhirnya membawa masyarakat lebih material atau mendorong seseorang mengejar materi sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat.

Berdasarkan hasil penelitian ini, kaum perempuan single bekerja yang mengikuti perkembangan mode dan trend cenderung memiliki gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini terletak pada keterlekatan yang kuat dalam belanja. Di mana mereka terus menerus mengikuti perkembangan mode dan trend yang popular untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan di tempat kerja dan memanfaatkan waktu luang.

Adanya penghasilan sendiri, maka kaum perempuan single yang bekerja dapat membeli apa saja yang diinginkan dari hasil gaji bulanan mereka. Jadi penulis berasumsi

bahwa gaya hidup masyarakat di dalam lingkungan kerja mereka akan memberi pengaruh yang besar. Melalui interaksi mereka akan mendapatkan yang diinginkan atau dituju seperti ketika seseorang masuk ke dalam lingkungan yang baru yaitu lingkungan kerja.

Adanya interaksi antar sesama pekerja akan dapat diketahui situasi dalam lingkungan kerja tersebut. Di samping ada tujuan lain mereka melakukan interaksi yaitu mendapatkan ganjaran. Ganjaran terbagi dua yaitu ganjaran ekstrinsik dan instrinsik.

Ganjaran ekstrinsik yaitu ketika bekerja mendapat penghasilan karena menjual jasa dalam pekerjaanya, dan dari penghasilan dapat membeli barang-barang yang dibutuhkan. Untuk ganjaran intrinsik yaitu dari penghasilan yang didapat maka seseorang akan menjaga kecantikannya seperti pergi ke salon untuk merilekskan fisik yang lelah dan mendapatkan kehormatan akan statusnya yang meningkat juga citra diri yang lebih tinggi.

Pada akhirnya tergambarlah perilaku gaya hidup seseorang dari lingkungan kerja dan ganjaran yang di terima. Ini dapat juga di lihat dari pengaruh media dari segi mode dan trend yang semakin berkembang di dalam masyarakat. Di mana pengaruh mode menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dan tolak ukur gaya hidup menjadi konsumtif.

Gaya hidup seorang masyarakat secara tidak sadar akan di tiru oleh masyarakat lainnya sehingga tergambarlah kepribadian masyarakat secara kolektif. Penggambaran kepribadian, watak, dan perilaku yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari itulah yang disebut dengan gaya hidup.

Pada saat ini telah banyak kaum perempuan muda khususnya yang masih single sudah bekerja. Akan tetapi, motivasi dan latar belakang mereka bekerja adalah berbeda- beda. Untuk kalangan kaum perempuan kalangan menengah keatas dan berpendidikan

yang cukup. Bekerja bagi mereka adalah sarana sebagai penunjuk eksistensi diri mereka yang nyata sesuai dengan konteks manusia bekerja sebenarnya.

Hal ini selain terkait dengan semakin terbukanya peluang bagi kaum perempuan untuk memasuki sektor-sektor yang pada awalnya diperuntukkan hanya untuk laki-laki.

Semakin banyaknya perempuan berpendidikan yang berkeinginan untuk aktif di sektor publik merupakan konsekuensi logis dari pembukaan peluang yang lebih besar bagi anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan pilihan dalam memilih pekerjaan.

Di samping dapat menafkahi diri sendiri tanpa meminta kepada orang lain khususnya orang tua. Umumnya kaum perempuan yang bekerja dari kalangan ini sudah cukup mandiri dan mampu menentukan pilihan mereka sendiri. Ini membuat kaum perempuan kota muda single yang sudah bekerja mempunyai kehidupan dan gaya hidup yang diinginkannya. Semakin banyak pilihan dalam mengkonsumsi gaya hidup yang di lihat dari segi selera seseorang atau kelompok bahkan masyarakat.

Ini terus berubah sesuai dengan selera yang berkembang setiap saat sesuai tuntutan zaman. Kaum perempuan single yang sudah bekerja mempunyai selera masing-masing dalam menentukan gaya hidupnya. Kebanyakan kaum perempuan single bekerja mempunyai selera dari apa yang di lihat, di dengar, dan di baca juga lingkungannya. Ini dikarenakan selera, pilihan konsumsi dan praktik gaya hidup berkait dengan pekerjaan yang memungkinkan dibuatnya peta alam selera, gaya hidup sesuai dengan keinginannya dan perkembangan di masyarakat serta mendapatkan penghargaan atas dasar selera dengan mengkonsumsi sesuatu.

Dapat kita lihat juga pada perilaku kaum perempuan muda dalam kegiatan konsumsi di Mall, tidak semata hanya membeli atau berbelanja barang. Ada makna-makna tertentu

Dokumen terkait