• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Perlindungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN

C. Pengaturan Perlindungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Aturan-aturan itu menjadi suatu batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan seperti itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.

Dengan demikian, kepastian hukum mengandung dua pengertian:

pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.

Kepastian hukum bukan hanya merupakan pasal dalam undang-undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim yang lainnya untuk kasus serupa yang telah diputusankan.

C. Pengaturan Perlindungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif

dikatakan perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan dengan berlandaskan Undang-Undang yang berlaku.69 Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan memberikan kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam memenuhi kepentingannya terebut. Pemberian kuasa atau yang sering disebut dengan hak ini dilakukan secara terukur keluasan dan kedalamannya.70

Satjipto Raharjo mengatakan bahwa perlindungan hukum hadir di masyarakat untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan- kepentingan yang bisa bertabrakan satu sama lain. Pengkoordinasian kepentingan-kepentingan tersebut dilakukan dengan cara membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut.

Menurut Satjipto Raharjo perlindungan hukum adalah pemberian pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semu hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum juga dapat digunakan untuk untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, malainkan prediktif dan antisipatif. Hukum dibutuhkan bagi masyarakat yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.

Perlindungan hukum bagi setiap warga negara Indonesia dapat ditemukan didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

69 Harjono, 2008, Konstitusi sebagai Rumah Bangsa, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, hlm.357

70 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.53

Tahun 1945, untuk itu setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif harus mampu memberikan jaminan perlindungan hukum bagi semua orang bahkan harus mampu menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang dimasyarakat, karna hal terseut dapat dilihat dari ketentuan yang mengatur tentang adanya persamaan kedudukan hukum bagi setiap warga negara.

Perlindungan hukum juga dapat diartikan sebagain upaya untuk melindungi setiap wrga negara dari perbuatan sewenang-wenang dari penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, bertujuan agar menciptakan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan masyarakat menikmati hak-haknya.71

2. Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga banyak korban kekerasan dalam rumah tangga merasa haknya terlindungi oleh hukum. Banyak korban yang melaporkan kekerasan yang menimpa diri mereka kepada pihak yang berwajib dengan tujuan untuk memperjuangkan hak mereka kembali, terutama hak untuk tidak disiksa. Sehingga dapat dikatakan, perempuan pasca berlakunya Undang-Undang PKDRT adalah perempuan yang berani memperjuangkan haknya.

Berkaitan dengan proses penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga yang mana dalam Undang-Undang PKDRT disebutkan bahwa kekerasan

71 Setiono, 2004, Rule of Law (Supremasi Hukum), Tesis Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, hlm.3

fisik, psikis, dan seksual dalam rumah tangga merupakan delik aduan, maka untuk dapat diselesaikannya perkara tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga harus didasarkan pada adanya aduan terlebih dahulu yang dibuat oleh korban atau berdasarkan laporan yang diberikan oleh keluarga atau orang lain yang mendapat kuasa dari korban yang ditujukan kepada pihak kepolisian. Hal setelah diterimanya aduan tentang terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, kepolisian wajib memberikan perlindungan kepada korban. Perlindungan tersebut diatur dalam Pasal 16 Undang- undang PKDRT berbunyi :

(1) Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak mengetahui atau menerima laporan kekerasan dalam rumah tangga, kepolisian wajib segera memberikan perlindungan sementara pada korban. (2) Perlindungan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 7 (tujuh) hari sejak korban diterima atau ditangani. (3) Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepolisian wajib meminta surat penetapan perintah

perlindungan dari pengadilan.

Selain memberikan perlindungan kepada korban kekerasan, kepolisian juga harus membantu korban untuk mendapatkan surat visum et repertum dalam terjadinya tindak kekerasan fisik atau seksual, atau surat visum psikitarium dalam terjadinya tindak pidana kekerasan psikis. Hal ini dilakukan untuk menguatkan bukti bahwa telah terjadi tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, mengingat alat bukti pendukung dalam perkara tindak kekerasan dalam rumah tangga sangat minim. Setelah kepolisian menyatakan berkas lengkap (P-21), maka berkas perkara diajukan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu kejaksaan, untuk dilakukan penuntutan. Penuntutan adalah tindakan

penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan cara yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan permintaan untuk diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.

3. Bentuk Perlindungan Hukum Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pasal 10 dan pasal 40 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dijelaskan bahwasannya korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga wajib mendapatkan perlindungan hukum berupa :

a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.

b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.

c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan keseharian korban.

d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada seiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Pelayanan bimbingan rohani.

f. Tenaga kesehatan wajib memeriksa korban sesuai dengan standar profesinya.

g. Dalam hal korban memerlukan perawatan, tenaga kesehatan wajib memulihkan dan merehabilitasi kesehatan korban.

Selain dari perlindungan korban dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang wajib didapatnya adapula kewajiban pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada yang bersangkutan berupa perlindungan seperti yang tercantum dalam pasal 13 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang berbunyi :

“Untuk penyelenggaraan pelayanan terhadap korban, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing dapat melakukan upaya: a. penyediaan ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian; b. penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial, dan pembimbing rohani c. pembuatan dan pengembangan sistem dan mekanisme kerja sama program pelayanan yang melibatkan pihak yang mudah diakses oleh korban; dan d. memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga, dan teman korban.”

Perlindungan hukum kepada korban kekerasan dalam rumah tangga yang tertera diatas itu tidak hanya dapat digunakan oleh istri yang menjadi korban tetapi suami yang menjadi korban juga mendapatkan perlindungan hukum yang sama yang telah diberikan oleh Undang- Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

D. Pengaturan Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan