Bab 6 Pengelolaan Keuangan Usaha
6.2 Pengelolaan Kas
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa pengurangan pada total aktiva akan menurunkan angka pembilang dari persamaan tersebut. Dengan demikian kebijakan C memberikan potensi kemampuan memperoleh laba pada tingkat yang lebih tinggi.
Selain berpengaruh terhadap kemampuan memperoleh laba, pergerakan kebijakan antara A, B sampai dengan C akan berpengaruh juga kepada risiko. Pada kebijakan C, berkurangnya aktiva lancar akan mengurangi likuditas perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya. Kemudian juga akan mengurangi piutang atau pemberian kredit kepada pelanggan sehingga berpeluang menyebabkan menurunnya penjualan produk.
Dengan demikian kebijakan C merupakan kebijakan modal kerja paling berisiko.
Perbandingan antara ketiga kebijakan modal kerja tersebut dan pengaruhnya terhadap lab, likuditas dan risiko dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini
Gambar 6.2
Pengaruh Kebijakan Modal Kerja terhadap Likuiditas, Laba, dan Risiko
Tinggi Rendah
Likuditas Kebijakan A Kebijakan B Kebijakan C Profitabilitas Kebijakan C Kebijakan B Kebijakan A Risiko Kebijakan C Kebijakan B Kebijakan A
Sumber: Horne and Wachowicz (1997
Berdasarkan paparan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan modal kerja akan memberikan pengaruh sebagai berikut:
• Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuditas
• Kemampuan memperoleh laba bergerak searah dengan risiko
Bab 6: Pengelolaan Keuangan Usaha 103
• Motif transaksi yaitu untuk melakukan pembayaran operasional usaha, seperti pembelian, gaji, pajak, dividen, dan lain-lain yang timbul dari operasi bisnis sehari- hari.
• Motif spekulatif yaitu untuk mengambil keuntungan dari kesempatan sementara, seperti penurunan tiba-tiba harga bahan baku
• Motif berjaga-jaga yaitu untuk menyediakan dana bagi pengeluaran yang tidak terduga. Semakin ada kepastian arus kas masuk dan keluar, semakin sedikit kebutuhan akan kas untuk berjaga-jaga. Kemampuan untuk meminjam dengan segera jika membutuhkan kas juga dapat mengurangi kebutuhan untuk memenuhi motif ini.
Dalam mengelola kas perusahaan perlu menjaga jumlah uang kas yang optimal.
Terlalu banyak menyimpan uang kas menyebabkan dana yang menganggur (idle cash) dan hilangnya peluang perusahaan melakukan investasi produktif sehingga menimbulkan biaya peluang (opportunity cost). Perusahaan seharusnya dapat memanfaatkan uang kas tersebut untuk kegiatan investasi yang lebih produktif. Sebaliknya kas yang terlalu rendah dapat menyebabkan perusahaan mengalami kekurangan kas dan masalah likuditas atau dikenal juga dengan istilah cash shortage untuk membayar kewajiban lancar dan operasionalnya. Oleh karena itu penting bagi para entrepreneur untuk menerapkan manajemen kas yang meliputi penyimpanan kas yang efisien, penerimaan, pembayaran dan alokasi kas. Setiap usaha perlu membuat dan merencanakan anggaran kas sehingga dapat diketahui berapa banyak kas yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan dan untuk berapa lama. Anggaran kas ini berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk melakukan estimasi dan memantau pergerakan kas.
Pada prinsipnya dalam menjalankan usaha akan lebih diuntungkan jika penerimaan kas dapat dipercepat dan pembayaran kas dapat diperlambat. Perusahaan akan lebih baik dapat menjual produknya secara tunai, namun seringkali tidak dapat dihindari untuk para pelanggan tertentu pembayaran penjualan dilakukan dengan memberikan tempo pembayaran (piutang). Perusahaan ingin mempercepat pengumpulan piutang agar dapat menggunakan uang dengan segera Sebaliknya, perusahaan ingin memperlambat pembayaran kewajiban dan utangnya sehingga dapat menggunakan uang yang mereka miliki untuk keperluan lain. Untuk dapat menerapkan prinsip ini maka para manajer perlu memahami perputaran operasional dan kas masing-masing usahanya. Berikut di bawah ini dijelaskan bagaimana siklus operasional dan kas tersebut dapat terjadi.
Untuk memudahkan pembaca memahami perputaran operasional dan perputaran kas, sebelum membahas secara detil perputaran kas maka ada baiknya terlebih dahulu
Prinsip-Prinsip Keuangan Wirausaha
104
memperhatikan ilustrasi pada gambar di bawah ini. Gambar ini menyajikan disebut dengaan konsep perputaran kas dan oeprasional dengan kondisi konkrit usaha.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku sering kali para pengusaha melakukan pembayaran dengan secara bertahap. Periode ini dikenal istilah account payable periode.
Bahan baku tersebut kemudian diolah dalam proses produksi sampai menghasilkan barang jadi yang siap untuk dijual, periode ini disebut dengan istilah account receivable periode. Barang jadi atau produk kemudian dijual kepada konsumen, dengan cara pembayaran tunai atau bertahap. Apabila pembayaran dilakukan dengan bertahap maka periode ini dikenal dengan isitilah account receivable periode.
Gambar 6.3 Perputaran Kas
Yang tercantum
Koreksi
A. Siklus operasional (Operating Cycle)
Adalah siklus yang diperlukan untuk membeli persediaan, menyimpannya, menjualnya dan mendapatkan kas dari hasil pembayaran piutang. Bagian awal yang disebut waktu untuk membeli persediaan dan menyimpannya disebut dengan periode persediaan (inventory periode). Sedangkan bagian kedua yaitu waktu yang pada saat menjual sampai dengan mendapatkan kas dari hasil pembayaran piutang disebut dengan periode piutang (account receveivable periode). Dengan demikian periode waktu yang diperlukan
Bab 6: Pengelolaan Keuangan Usaha 105
dalam siklus operasional ini dapat dihitung dengan menjumlahkan kedua periode tersebut, dengan formula di bawah ini:
Operating Cycle = inventory periode + account receivable periode Di bawah ini adalah ilustrasi grafik siklus operasional
134
Dibawah ini adalah ilustrasi grafik siklus operasional
Sumber : Ross, Westerfield and Jordan (2008)
B. Siklus Kas
Siklus kas adalah periode untuk mendapatkan kas berdasarkan siklus operasional setelah memperhitungkan periode persediaan yang sudah dibayar.
Seringkali suatu usaha ketika membeli barang dagangan untuk persediaan perusahaan mendapatkan fasilitas tempo pembayaran yang dicatat sebagai hutang usaha. Oleh karena itu untuk mengetahui siklus kas harus memperhitungkan periode pembayaran hutang usaha. Dengan demikian siklus kas ini dapat dihitung dengan menggunakan formula dibawah ini :
Cash Cycle = Operating Cycle – Account Payable Periode
Sumber : Ross, Westerfield and Jordan (2008)
Account Receivable Periode Inventory Periode
Operating Cycle
Operating Cycle
Cash Received Account Payable
Periode Cash Cycle
Sumber: Ross, Westerfield and Jordan (2008)
B. Siklus Kas
Siklus kas adalah periode untuk mendapatkan kas berdasarkan siklus operasional setelah memperhitungkan periode persediaan yang sudah dibayar.
Seringkali suatu usaha ketika membeli barang dagangan untuk persediaan perusahaan mendapatkan fasilitas tempo pembayaran yang dicatat sebagai utang usaha. Oleh karena itu untuk mengetahui siklus kas harus memperhitungkan periode pembayaran utang usaha. Dengan demikian siklus kas ini dapat dihitung dengan menggunakan formula di bawah ini:
Cash Cycle = Operating Cycle – Account Payable Periode
134
Dibawah ini adalah ilustrasi grafik siklus operasional
Sumber : Ross, Westerfield and Jordan (2008)
B. Siklus Kas
Siklus kas adalah periode untuk mendapatkan kas berdasarkan siklus operasional setelah memperhitungkan periode persediaan yang sudah dibayar.
Seringkali suatu usaha ketika membeli barang dagangan untuk persediaan perusahaan mendapatkan fasilitas tempo pembayaran yang dicatat sebagai hutang usaha. Oleh karena itu untuk mengetahui siklus kas harus memperhitungkan periode pembayaran hutang usaha. Dengan demikian siklus kas ini dapat dihitung dengan menggunakan formula dibawah ini :
Cash Cycle = Operating Cycle – Account Payable Periode
Sumber : Ross, Westerfield and Jordan (2008)
Account Receivable Periode Inventory Periode
Operating Cycle
Operating Cycle
Cash Received Account Payable
Periode Cash Cycle
Sumber: Ross, Westerfield and Jordan (2008)
Untuk lebih memperjelas maka kita akan akan menggabungkan kedua siklus tersebut ke dalam suatu ilustrasi seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Prinsip-Prinsip Keuangan Wirausaha
106
Untuk lebih memperjelas maka kita akan akan menggabungkan kedua siklus tersebut ke dalam suatu ilustrasi seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Sumber : Ross, Westerfield and Jordan (2008)
Kebutuhan manajemen kas jangka pendek adalah bagaimana mengelola gap antara cash diterima (cash received) dengan cas yang dikeluarkan (cash paid for inventory) , yang juga dipengaruhi oleh panjangnya siklus operasional (operating cycle) dan periode pembayaran hutang (account payable periode). Untuk mempersingkat perputaran kas (cash cycle) maka perusahaan dapat memperpendek periode persediaan (inventory peiode) dan periode penerimaan piutang (account receivable periode) serta memperpanjang periode pembayaran hutang usaha (account payable periode).
Cash Paid for Inventory
Cash Received Inventory Periode
Account Payable
Periode Cash Cycle
Operating Cycle
Account Receivable Periode
Sumber: Ross, Westerfield and Jordan (2008)
Kebutuhan manajemen kas jangka pendek adalah bagaimana mengelola gap antara cash diterima (cash received) dengan cas yang dikeluarkan (cash paid for inventory), yang juga dipengaruhi oleh panjangnya siklus operasional (operating cycle) dan periode pembayaran utang (account payable periode). Untuk mempersingkat perputaran kas (cash cycle) maka perusahaan dapat memperpendek periode persediaan (inventory peiode) dan periode penerimaan piutang (account receivable periode) serta memperpanjang periode pembayaran utang usaha (account payable periode).
Contoh kasus 6.1:
Sebuah UKM bergerak dalam bidang produksi sepatu. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya UKM ini mendapatkan tempo pembayaran dari pemasok selama 7 hari.
Bahan baku tersebut dipergunakan untuk memproduksi sepatu selama 3 hari. Hasil produksi kemudian dijual kepada para pengecer dengan waktu pembayaran lebih kurang selama 15 hari. Dalam kasus ini berapa lama UKM ini dapat memperoleh uang kasnya kembali?
Operating Cycle = inventory periode + account receivable periode Operating Cycle = 7 hari + 15 hari
Cash Cycle = Operating Cycle – Account Payable Cycle Cash Cycle = 22 hari – 7 hari
Cash cycle = 15 hari
Bab 6: Pengelolaan Keuangan Usaha 107