• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Modal Kerja

5. Pengelolaan Modal Kerja

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) saat dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai pada saat kembali lagi menjadi kas.

Semakin pendek suatu periode tersebut berarti semakin cepat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan tinggi. Sebaliknya semakin panjang periode perputaran modal kerja berarti semakin lambat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan rendah. Apabila suatu saldo yang kas yang besar dapat juga mempengaruhi perputaran suatu modal kerja dalam perusahaan.

Lama suatu periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut Riyanto, (2013:61).

Untuk menilai efisiensi modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata yang sering disebut working capital turnover (perputaran modal kerja). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah

menujukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar.

Perputaran modal kerja menurut Riyanto (2013:64), antara lain sebagai berikut:

a. Perputaran Kas (Cash Turnover)

Kas adalah merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah yang ada dalam perusahan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti suatu perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil dalam memenuhi suatu kewajiban finansialnya. Tetapi tidak berarti bahwa perusahaan harus mempertahankan uang kas dalam jumlah yang relatif besar, karena makin besar kas makin banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas.

Menurut Rudianto (2016:206), kas adalah suatu alat pembayaran yang dimiliki perusahaan dan siap digunakan untuk investasi maupun menjalankan operasi perusahaan setiap saat dibutuhkan. Karena itu kas mencakup semua alat-alat pembayaran yang dapat dimiliki sebuah perusahaan yang dapat disimpan didalam perusahaan maupun juga di bank dan siap digunakan.

Menurut Firdaus (2016:125), yang dimaksud dengan kas adalah uang kas yang ada di perusahaan dan uang yang disimpan di bank, yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Sedangkan menurut Kamaruddin (2017:61), kas adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain

yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan financial, yang mempunyai sifat yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan cara besarnya jumlah aktiva lancar dan hutang lancer, jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan hasil dengan jumlah penjualan. Perbandingan hasil antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover).

Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode.

Menurut Hanafi dan Halim (2013:111), perputaran kas dapat dihitung dengan menggunakan rumus penjualan bersih dibagi rata-rata kas per tahunnya. Karena itu kas mencakup semua alat-alat pembayaran yang dapat dimiliki sebuah perusahaan yang dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu.

Semakin tinggi perputaran kas akan semakin baik, karena semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Akan tetapi cash turnover yang berlebih-lebihan tingginya dapat berarti bahwa jumlah kas yang tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan jadi dapat berdampak pada kas suatu perusahaan.

b. Perputaran Piutang (Receivables Turnover)

Setiap pemimpin perusahaan harus selalu menginginkan penjualan barang dagangannya dibayar secara tunai. Namun dilain pihak penjualan secara kredit justru memberi tambahan laba usaha.

Menurut Fees dan Warren (2018:356), jenis-jenis piutang yang dialih bahasakan oleh Amanugrahani dan Hendrawan. diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Piutang Usaha

Transaksi paling umum yang dapat menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau suatu jasa secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha dapat diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.

2) Wesel Tagih

Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah yang dapat terutang bagi pelanggan disaat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan dan akan tertagih dalam proses setahun, maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.

3) Piutang Lain-lain

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi.

Piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2014:67), perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus penjualan kredit dibagi rata- rata piutang tiap tahunnya. Dimana dalam perputaran piutang proses penagihan menjadi hal yang paling penting.

Perputaran piutang dalam suatu perusahaan tergantung dan bagaimana sebuah perusahaan mengaturnya. Semakin besar tingkat perputaran piutang menandakan semakin singkat waktu antara piutang tercipta karena penjualan kredit dengan pembayaran piutang maka semakin baik begitu pula sebaliknya.

c. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Menurut Wibowo dan Arif (2018:144) definisi persediaan adalah sebagai asset berwujud yang diperoleh perusahaan dan yang diperoleh untuk diproses lebih dulu dan dijual. Sedangkan menurut Ristono (2015:11), dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk dapat digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.

Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi, semua persediaan hanya untuk kebutuhan mendesak.

Menurut Kasmir (2015:160), mendefinisikan bahwa persediaan adalah nama yang diberikan untuk barang-barang baik yang dibuat atau dibeli untuk dijual kembali dalam bisnis normal. Jadi persediaan merupakan sejumlah barang yang disediakan dan bahan-bahan yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang

atau produk jadi yang disebabkan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu.

Persediaan merupakan salah satu unsur yang penting dalam perusahaan karena jumlah persediaan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran produksi serta efektivitas dan efesiensi perusahaan. Persediaan barang yang terdapat di dalam perusahaan dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan produk.

Dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang menurut Mulyadi (2017:353), persediaan terdiri dari perusahaan manufaktur:

1) Persediaan barang jadi

2) Persediaan produk dalam proses 3) Persediaan bahan baku

4) Persediaan penolong

5) Persediaan bahan habis pakai pabrik 6) Persediaan suku cadang.

Inventory atau persediaan merupakan juga prioritas yang utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus menerus mengalami perubahan. Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besar investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang berdampak langsung terhadap semua keuntungan perusahaan.

Perputaran persediaan (inventory turnover) yang terjadi dengan membandingkan antara harga pokok penjualan (HPP) dengan nilai

membandingkan rata-rata persediaan yang dimiliki, Munawir, (2013:98), dapat dinyatakan dengan rumus harga pokok penjualan dibagi dengan rata-rata persediaaan tiap tahunnya.

Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar dalam suatu periode.

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah.

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

Barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan dating terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan barang jadi.

Berdasarkan dari pendapat ahli, maka dapat dikatakan persediaan merupakan sejumlah barang yang disediakan dan bahan-bahan yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi.

Dokumen terkait